Muhammad Atim
Bagi kaum komunis, meski mengaku muslim, tapi
sebenarnya tidak bisa dipisahkan dari atheis dan materialis, yakni "tidak
ada Tuhan, dan kehidupan hanyalah materi". Maka wajar Marx berseloroh
"agama adalah candu masyarakat". Ini muslim yang telah tercerabut
dari keislamannya. Bagaimana tidak, konsep Islam bertolak belakang. Bagi Islam,
tiada Tuhan selain Alloh, Dialah Sang Pencipta segala makhluk. Makhluk ada
bukan karena evolusi teori darwinisme, yang menjadi landasan juga bagi
komunisme. Tapi ia hasil penciptaan yang sempurna. Dialah Alloh yang Maha
Mengatur, Menguasai. Dialah yang memberikan hukum untuk diterapkan demi
kedamaian dan kesejahteraan.
Sang komunis akan berapologis, "inikan hanya
sistem ekonomi saja, aqidahnya tetap islam". Justru apologi ini dapat
menghilangkan makna keislamannya sendiri. Yakni ia menuduh bahwa Islam tidak
sempurna, sehingga memerlukan sistem dan paham yang lain. Ia menganggap bahwa
berislam hanya urusan aqidah saja, sedangkan urusan lainnya dibiarkan bebas. Ia
tidak mengerti bahwa Islam ini adalah agama yang sempurna, sistem ajarannya
lengkap, mengatur seluruh aspek kehidupan. Bagian-bagiannya tak bisa
dipisahkan. Kita diseru, "Wahai orang-orang beriman, masuklah ke dalam
Islam secara keseluruhan dan janganlah mengikuti langkah-langkah syetan, begitu
firman Alloh dalam Al-Qur'an. Bahkan sang komunis lupa bahwa komunisme lahir
dan tidak bisa dilepaskan dari atheisme (anti-tuhan dan agama). Maka wajar,
bagi mereka agama dijadikan sebatas permainan dan alat belaka.
Memang komunisme lahir sebagai respon dari
kapitalisme. Para pemilik modal yang semena-mena, buruh hanya dijadikan alat
tanpa diberi kesejahteraan yang layak, menguasai hasil-hasil bumi dan produksi
dan mengesampingkan hak rakyat. Maka lahirlah komunisme yang menuntut persamaan
hak. Sama rasa, sama rata, begitu slogan mereka. Menggulirkan kepemilikan
bersama dan tidak mengakui hak individu, kemudian harta benda dan hasil
produksi diatur oleh suatu negara atau apapun dari kelompok mereka. Justru yang
lahir juga kesemena-menaan. Membela rakyat hanya sebatas bualan belaka, pada
kenyataannya juga menyengsarakan rakyat. Revolusi berdarah adalah cara mereka
yang keji. Berapa juta jiwa yang dimusnahkan tanpa hak oleh kumunisme? Pengaturan
ekonomi menjadi hak perut kelompok mereka yang semena-mena, bahkan tak
segan-segan menghabisi yang berseberangan dengan mereka. Komunisme tak lain
hanyalah menghadapi kezhaliman kapitalis dengan kezhaliman pula. Namun
sebenarnya, karena keduanya adalah saudara kandung yang lahir dari rahim yang
sama, yaitu atheisme dan materialisme, maka akhirnya mereka bergandengan tangan
demi suatu kepentingan materi, dan menghadapi musuh bersama: ISLAM.
"Muslim" yang terjebak dalam komunisme,
betapa sempit pikiran mereka, terjerat dalam sistem-sistem ekonomi materialis.
Andai saja mereka mau membaca sejarah peradaban Islam dan mengkaji Islam secara
lebih dalam, maka mereka akan menyadari bahwa muslim tak butuh dengan
paham-paham tersebut, bahkan kita dilarang mengikuti langkah-langkah syetan
yang mengelabui tersebut,
Islam telah meretas jalan sistem sosial dan
ekomomi yang berkesejahteraan. Islam mengakui adanya hak individu dan kelompok
secara adil dan seimbang. Bahkan tak hanya hak, namun kewajiban pun ditetapkan.
Hak individu dibatasi dengan adanya kewajiban berzakat dan infak serta anjuran
waqaf, infak dan shodaqoh. Dalam harta orang kaya ada hak orang fakir miskin.
Orang yang tidak peduli dengan orang miskin, anak yatim dan menolak memberi
meskipun barang-barang yang sederhana, diangga sebagai pendusta agama, pendusta
hari pembalasan. Dalam praktek-praktek ekonomi ada hukum dan aturannya yang
mengikat, agar tidak terjadi kezhaliman dan sewenang-wenangan. Bahkan jika anda
mempekerjakan orang, berilah makan sebagaimana anda makan, pakaian seperti anda
berpakaian, dan jika membebaninya di luar kemampuannya, maka bantulah ia.
Berikan pula upahnya sebelum keringatnya kering. Begitulah Rasulullah saw
menggariskan sistem Islam yang memberikan keadilan sebenar-benarnya, bukan
bualan belaka. Dalam kepemilikan bersama pun diantaranya beliau menyatakan,
"kalian bersyerikat dalam tiga hal: air, api dan padang rumput"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar