Jumat, 25 November 2016

"Muslim" yang terjebak dalam komunisme



Muhammad Atim

Bagi kaum komunis, meski mengaku muslim, tapi sebenarnya tidak bisa dipisahkan dari atheis dan materialis, yakni "tidak ada Tuhan, dan kehidupan hanyalah materi". Maka wajar Marx berseloroh "agama adalah candu masyarakat". Ini muslim yang telah tercerabut dari keislamannya. Bagaimana tidak, konsep Islam bertolak belakang. Bagi Islam, tiada Tuhan selain Alloh, Dialah Sang Pencipta segala makhluk. Makhluk ada bukan karena evolusi teori darwinisme, yang menjadi landasan juga bagi komunisme. Tapi ia hasil penciptaan yang sempurna. Dialah Alloh yang Maha Mengatur, Menguasai. Dialah yang memberikan hukum untuk diterapkan demi kedamaian dan kesejahteraan.

Sang komunis akan berapologis, "inikan hanya sistem ekonomi saja, aqidahnya tetap islam". Justru apologi ini dapat menghilangkan makna keislamannya sendiri. Yakni ia menuduh bahwa Islam tidak sempurna, sehingga memerlukan sistem dan paham yang lain. Ia menganggap bahwa berislam hanya urusan aqidah saja, sedangkan urusan lainnya dibiarkan bebas. Ia tidak mengerti bahwa Islam ini adalah agama yang sempurna, sistem ajarannya lengkap, mengatur seluruh aspek kehidupan. Bagian-bagiannya tak bisa dipisahkan. Kita diseru, "Wahai orang-orang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah mengikuti langkah-langkah syetan, begitu firman Alloh dalam Al-Qur'an. Bahkan sang komunis lupa bahwa komunisme lahir dan tidak bisa dilepaskan dari atheisme (anti-tuhan dan agama). Maka wajar, bagi mereka agama dijadikan sebatas permainan dan alat belaka.

Memang komunisme lahir sebagai respon dari kapitalisme. Para pemilik modal yang semena-mena, buruh hanya dijadikan alat tanpa diberi kesejahteraan yang layak, menguasai hasil-hasil bumi dan produksi dan mengesampingkan hak rakyat. Maka lahirlah komunisme yang menuntut persamaan hak. Sama rasa, sama rata, begitu slogan mereka. Menggulirkan kepemilikan bersama dan tidak mengakui hak individu, kemudian harta benda dan hasil produksi diatur oleh suatu negara atau apapun dari kelompok mereka. Justru yang lahir juga kesemena-menaan. Membela rakyat hanya sebatas bualan belaka, pada kenyataannya juga menyengsarakan rakyat. Revolusi berdarah adalah cara mereka yang keji. Berapa juta jiwa yang dimusnahkan tanpa hak oleh kumunisme? Pengaturan ekonomi menjadi hak perut kelompok mereka yang semena-mena, bahkan tak segan-segan menghabisi yang berseberangan dengan mereka. Komunisme tak lain hanyalah menghadapi kezhaliman kapitalis dengan kezhaliman pula. Namun sebenarnya, karena keduanya adalah saudara kandung yang lahir dari rahim yang sama, yaitu atheisme dan materialisme, maka akhirnya mereka bergandengan tangan demi suatu kepentingan materi, dan menghadapi musuh bersama: ISLAM.

"Muslim" yang terjebak dalam komunisme, betapa sempit pikiran mereka, terjerat dalam sistem-sistem ekonomi materialis. Andai saja mereka mau membaca sejarah peradaban Islam dan mengkaji Islam secara lebih dalam, maka mereka akan menyadari bahwa muslim tak butuh dengan paham-paham tersebut, bahkan kita dilarang mengikuti langkah-langkah syetan yang mengelabui tersebut,

Islam telah meretas jalan sistem sosial dan ekomomi yang berkesejahteraan. Islam mengakui adanya hak individu dan kelompok secara adil dan seimbang. Bahkan tak hanya hak, namun kewajiban pun ditetapkan. Hak individu dibatasi dengan adanya kewajiban berzakat dan infak serta anjuran waqaf, infak dan shodaqoh. Dalam harta orang kaya ada hak orang fakir miskin. Orang yang tidak peduli dengan orang miskin, anak yatim dan menolak memberi meskipun barang-barang yang sederhana, diangga sebagai pendusta agama, pendusta hari pembalasan. Dalam praktek-praktek ekonomi ada hukum dan aturannya yang mengikat, agar tidak terjadi kezhaliman dan sewenang-wenangan. Bahkan jika anda mempekerjakan orang, berilah makan sebagaimana anda makan, pakaian seperti anda berpakaian, dan jika membebaninya di luar kemampuannya, maka bantulah ia. Berikan pula upahnya sebelum keringatnya kering. Begitulah Rasulullah saw menggariskan sistem Islam yang memberikan keadilan sebenar-benarnya, bukan bualan belaka. Dalam kepemilikan bersama pun diantaranya beliau menyatakan, "kalian bersyerikat dalam tiga hal: air, api dan padang rumput"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar