Kamis, 16 Juni 2022

Ringkasan Tafsir Surat Al-Fatihah

 

Pembuka & Induk Al-Qur’an

 

Oleh : Muhammad Atim, Lc

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ ۝١ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ ۝٢ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ ۝٣ مَـٰلِكِ یَوۡمِ ٱلدِّینِ ۝٤ إِیَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِیَّاكَ نَسۡتَعِینُ ۝٥ ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِیمَ ۝٦ صِرَٰطَ ٱلَّذِینَ أَنۡعَمۡتَ عَلَیۡهِمۡ غَیۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَیۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّاۤلِّینَ ۝٧

“(1) Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. (2) Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. (3) Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. (4) Yang Menguasai hari pembalasan. (5) Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. (6) Tunjukilah kami jalan yang lurus.

(7) Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat atas mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.”

Pendahuluan

Surat Al-Fatihah adalah surat yang memiliki banyak nama, dan itu menunjukkan keistimewaannya. As-Suyuthi dalam kitabnya Al-Itqan menghitung ada 25 nama. Namun, yang disebutkan secara jelas dalam hadits ada tiga nama, dan itu cukup untuk menggambarkan kandungannya. Pertama Al-Fatihah atau Fatihatul Kitab (pembukaan Al-Qur’an), karena ia adalah surat pertama dalam urutan mushaf, meskipun bukan yang pertama turun. Kedua, Ummul Qur’an (induk Al-Qur’an), karena seperti ibu yang menjadi asal-usul dan kelahiran surat-surat lain, dan mencakup seluruh kandungan Al-Qur’an yaitu tiga macam: aqidah, hukum dan kisah. Ketiga, As-Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang), karena ia selalu dibaca di dalam shalat.

Keutamaan surat Al-Fatihah yang disebutkan di dalam hadits diantaranya; sebagai surat paling agung di dalam Al-Qur’an, sebagai komunikasi dengan Allah saat dibaca dalam shalat, dan bisa dibaca sebagai ruqyah (doa memohon kesembuhan).

Poin-poin penafsiran

o  Dianjurkan membaca ta’awudz/isti’adzah sebelum membaca Al-Qur’an sebagaimana dalam surat An-Nahl : 98. Berlindung dari godaan syetan sebelum membaca Al-Qur’an agar tidak terhalang dari kekhusyuan, pemahaman dan pengamalannya.

o  Ada perbedaan pendapat diantara para ulama tentang apakah basmalah termasuk Al-Fatihah atau bukan, yang lebih kuat insya Allah ia termasuk Al-Fatihah sehingga wajib dibaca.

o  Ayat 1 sd 4 mencakup perkara aqidah, ayat 5-6 mencakup perkara hukum, dan ayat 7 mencakup kisah yang di dalamnya terdapat janji dan ancaman,

o  Makna huruf “ba” dalam basmalah bisa menunjukkan “penyertaan” dan “pertolongan”, dan kaitannya dengan pekerjaan yang dilakukan, kalau di sini berarti membaca. Maka maknanya, “Aku membaca Al-Qur’an dengan disertai atau dengan pertolongan nama Allah”. Disebutkan nama Allah agar mendapat keberkahan darinya. Ar-Rahman adalah sifat kasih sayang Allah yang umum untuk seluruh makhluk-Nya, sedangkan Ar-Rahim adalah sifat kasih sayang Allah khusus untuk orang beriman.

o  Hamdalah adalah pujian yang diucapkan bagi yang layak dipuji disertai rasa pengagungan. Maka pujian ini hanya layak ditujukan kepada Allah, dan merupakan ucapan syukur atas segala ni’mat yang Ia berikan. Ada perbedaan antara pujian dan syukur. Pujian hanya dengan lisan, tapi kaitannya lebih umum yaitu terhadap nikmat maupun ujian. Sedangkan syukur hanya terhadap nikmat, tapi tidak hanya dengan lisan, bisa dengan hati dan anggota badan. Disebutkan sifat Rabb (pencipta, pemelihara dan penguasa) alam semesta, adalah sebagai alasan bahwa Ia layak dipuji. Alam itu segala sesuatu selain Allah. Ia diambil dari kata “alamah” (tanda) karena merupakan tanda/bukti akan adanya Allah. Jadi, sesuatu yang ada (wujud) itu ada dua, yaitu Allah Sang Pencipta (khaliq) dan selain-Nya adalah makhluk.

o  Disebutkan kembali sifat Ar-Rahman Ar-Rahim adalah sebagai alasan kedua bahwa Ia layak dipuji. Juga sebagai penjelasan bahwa pengaturan dan pemeliharaan-Nya itu meski Ia adalah Sang Maha Kuasa, dilakukan di atas prinsip rahmat (kasih sayang), dan ini menjadi dasar bagi seluruh syariat-Nya.

 

 

o  Huruf mim pada kata malik dalam qiroat kita dibaca panjang, sedangkan dalam qiroat lain dibaca pendek. Dibaca panjang maknanya pemilik, dibaca pendek maknanya penguasa. Kedua makna itu bisa digunakan. Dinisbatkan secara khusus kepada hari pembalasan, padahal dia adalah pemilik dan penguasa segala sesuatu, untuk menunjukkan kehebatan hari itu, yaitu menjadi tampak jelas kekuasaan-Nya. Disebutkan sifat ini setelah sifat rahmat, agar kita tidak terlena dengan rahmat-Nya, tapi waspada dalam setiap perbuatan karena Dia Maha Berkuasa akan menghisab seluruh amal perbuatan dan memberikan balasan yang setimpal.

o  Dalam ayat “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”, mengalihkan pembicaraan dari pihak ketiga (ghaib) kepada pihak kedua (mukhatab) karena beralih dari pujian kepada pernyataan dan doa, juga untuk memberi variasi. Mendahulukan objek dalam ayat ini bertujuan untuk mengkhususkan, artinya hanya kepada Allah, tidak kepada yang lain. Mengandung pernyataan tauhid dan tidak melakukan syirik. Mendahulukan beribadah daripada memohon pertolongan adalah mendahulukan kewajiban daripada hak. Memohon pertolongan yang hanya kepada-Nya adalah dalam perkara besar yang tidak bisa dilakukan kecuali oleh-Nya.

o  Memohon hidayah yang terus kita ucapkan meskipun kita telah berada dalam hidayah Islam maksudnya adalah memohon ketetapan agar terus berada di atas hidayah hingga akhir hayat, juga memohon tambahan hidayah. Hidayah itu ada dua; hidayah irsyad/dilalah (petunjuk ilmu) dan hidayah taufiq (untuk mampu mengamalkannya). Orang yang selamat hanya yang mengikuti kedua hidayah ini, yaitu mengetahui ilmu dan mengamalkannya. Jalan yang lurus adalah Islam atau Al-Qur’an, kedua tafsir ini tidak bertentangan.

o  Mengetahui jalan yang lurus itu tidak cukup dengan konsep ajaran, tetapi juga perlu mengetahui contoh pelaksanaannya. Dalam ayat terakhir ini berisi contoh pelaksanaannya yaitu “jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat atas mereka.” Tafsirnya adalah dalam QS. An-Nisa : 69 yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin. Ini menunjukkan pentingnya mempelajari kisah mereka agar menjadi teladan. Juga perlu mengetahui orang-orang yang menyimpang dari jalan yang lurus. Di sini disebutkan dua golongan, yaitu “bukan jalan mereka yang dimurkai” Rasulullah menafsirkan mereka adalah Yahudi, yaitu tahu ilmunya tapi tidak mengamalkan. Yang kedua “dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat” Rasulullah menafsirkan mereka adalah Kristen, yaitu rajin beramal tapi tidak tahu ilmunya.

o  Menyandarkan langsung kepada Allah dalam hal kebaikan dalam kata “Engkau beri nikmat” dan tidak menyandarkan kepada-Nya dalam hal keburukan dalam kata “mereka yang dimurkai” walaupun kemurkaan itu berasal dari Allah, adalah sebagai bentuk adab kepada Allah. Dalam hadits disebutkan “Kebaikan itu seluruhnya dinisbatkan kepada-Mu, dan keburukan itu tidak disandarkan kepada-Mu”. Karena walaupun kemurkaan itu berasal dari Allah, tapi penyebabnya adalah orang-orang yang ingkar itu, karena mereka telah diberikan kebebasan untuk memilih jalan hidup.

o  Aamiin artinya “Ya Allah, kabulkanlah doa kami”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar