Inspirasi pemuda Ashabul Kahfi (4)
(QS. Al-Kahfi : 16)
Oleh Muhammad Atim
Simak dan download kajiannya : di sini
“Dan apabila
kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah
tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian
rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam
urusanmu.” (QS. Al-Kahfi : 16).
Ketika para
pemuda itu telah menyeru raja untuk beriman kepada Allah, raja pun menolak
bahkan mengancam dan menakut-nakuti bahwa ia akan memerintahkan pengawalnya
untuk melucuti pakaian mereka yang merupakan pakaian tradisi kaumnya. Tetapi
raja memberikan tangguh hingga esok hari agar mereka memikirkan kembali urusan
mereka dan barangkali mau kembali kepada agama mereka. Masa tangguh ini
merupakan karunia Allah yang menjadi kesempatan bagi mereka untuk melarikan
diri. Malam hari itu mereka beranjak pergi meninggalkan istana.
Salah seorang
dari mereka berkata memberikan nasihat -yang bisa jadi saat itu mereka sedang
bermusyawarah-, “Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka
sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya
Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu
yang berguna bagimu dalam urusanmu.”
Allah meneguhkan
hati mereka untuk menyelamatkan iman mereka ke dalam gua. Mereka berangkat ke
suatu gua dari tempat mereka yang jaraknya dua farsakh (satu farsakh sekitar 6
kilometer). Pagi harinya mereka telah sampai di gua. Kemudian raja dan
pasukannya mengejarnya dan sempat masuk ke dalam gua tersebut, tetapi dengan
izin Allah mata mereka dibuat tidak melihat para pemuda itu. Hal ini seperti
yang dialami oleh Rasulullah saw bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq saat hijrah ke
Madinah. Ketika keduanya berlindung di gua Tsur, Allah melindungi mereka.
Sampai Abu Bakar merasa sedih dan khawatir kepada Rasulullah saw karena andai
saja orang-orang kafir Quraisy itu menundukkan kepalanya ke bawah niscaya
mereka akan mengetahui keberadaan mereka. Tapi saat itu Rasulullah saw menenangkannya
dan mengingatkannya akan pertolongan Allah, “Janganlah engkau bersedih,
sesungguhnya Allah bersama kita.”[1]
Tetapi tentu kisah Rasulullah saw itu lebih baik dari kisah Ashabul Kahfi.
Ini merupakan
hal yang disyariatkan. Ketika kita tidak mampu lagi merubah kemungkaran yang
terjadi, maka hendaklah kita mencari tempat yang dapat menyelamatkan kita dari
fitnah. Jangan kita membiarkan diri kita terpengaruh oleh lingkungan yang
buruk, karena diri kita sendirilah yang akan bertanggungjawab di hadapan Allah
atas perbuatan yang kita lakukan, bukan orang lain. Ketika Allah melarang kita “Janganlah
kamu dekati zina”, itu artinya janganlah kita mendekati tempat-tempat
fitnah yang dapat merobohkan keimanan kita. Ibnu Jauzi mengatakan, “Siapa
yang mendekati fitnah, maka ia jauh dari keselamatan. Siapa yang mengaku-ngaku
dirinya bisa sabar, maka ia akan dibebankan kepada dirinya sendiri”[2]
Rasulullah saw mengingatkan bahwa kita seperti penggembala yang menjaga
gembalaannya, agar jangan berada di batas tempat penggembalaan yang dekat
dengan tanaman yang bukan haknya, karena kebanyakan akan menerobosnya. Termasuk
juga dalam pergaulan, kita harus punya prinsip memegang ajaran Islam yang kita
yakini, dan hanya berteman dekat dengan orang-orang yang shaleh saja.
Di akhir zaman,
ketika fitnah telah merebak di mana-mana, Rasulullah saw menjelaskan bahwa
sebaik-baik harta adalah kambing-kambing yang digembalakan di atas gunung.
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri ia berkata, Rasulullah saw bersabda : “Sudah
dekat waktunya akan terjadi sebaik-baik harta seorang muslim adalah kambing
yang di gembalakan di puncak-puncak gunung dan tempat-tempat turunnya hujan, ia
lari membawa agamanya dari fitnah-fitnah.” (HR. Bukhari).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar