Hijrah adalah satu kosa kata yang ada di dalam kamus orang-orang pemberani. Tidak ada satu peristiwa hijrah yang terjadi di muka bumi ini, kecuali mengharuskan adanya perjuangan. Karena hijrah itu ada bersama kesulitan, rintangan bahkan ancaman.
Sejak pertama kali hijrah karena Allah dilakukan oleh keluarga nabi Ibrahim as, kemudian keluarga nabi Luth as. Begitu pula Utsman bin Affan ra bersama istrinya, Roqoyyah binti Rasulillah saw. Sebagaimana sabda Rasulullah saw tentang mereka berdua saat hijrah ke Habasyah, “Sesungguhnya mereka berdua adalah keluarga pertama yang hijrah di jalan Allah setelah Ibrahim as dan Luth as.” (Ringkasan Sirah Nabawiyah, hal.31).
Untuk itulah Allah SWT mencela orang-orang yang tidak mau berhijrah ketika telah diperintahkan dan hanya membolehkan orang-orang yang lemah saja untuk tidak berhijrah.
“Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam keadaan menzhalimi diri sendiri, mereka (para malaikat) bertanya, “Bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab, “Kami orang-orang yang tertindas di bumi (Mekkah)”. Mereka (para malaikat) bertanya, “Bukankah bumi Allah luas sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?” Maka orang-orang itu tempatnya di neraka Jahannam dan itu seburuk-buruk tempat kembali. Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau perempuan dan anak-anak yang tidak berdaya dan tidak mengetahui jalan.” (QS. An-Nisa : 97-98).
Maka, berbicara tentang hijrah adalah berbicara tentang orang-orang yang memilih jalan yang penuh perjuangan. Itulah yang dialami oleh para sahabat ketika berhijrah ke Madinah, begitu pun Rasulullah saw yang menyusul berikutnya. Mereka harus meninggalkan segala harta yang mereka miliki di Mekkah, yang kemudian harta mereka dirampas oleh orang-orang kafir. Mereka pergi dengan tangan hampa. Tapi begitulah mereka teguh pendirian dengan sikap tawakal mereka. Bahkan sebagian mereka ada yang rela meninggalkan keluarganya, yang kemudian dapat bertemu kembali setelah masa bertahun-tahun.
Di antara deretan panjang kisah para sahabat dalam berhijrah yang kaya akan pelajaran, adalah kisah Shuhaib bin Sinan Ar-Rumi yang membuat kita berdecak kagum akan pengorbanannya. Suhaib adalah perantau di Mekkah yang mengawali perjalanan hidupnya dengan keras. Ia menjadi budak lalu dibebaskan, kemudian berbisnis hingga menjadi kaya. Tapi saat ia memilih Islam, ia termasuk orang-orang yang disiksa secara sadis. Saat ia hendak berhijrah orang-orang kafir menahannya dan berkata, “Dulu engkau datang kepada kami dalam keadaan hina dan melarat. Setelah hidup dengan kami, harta bendamu melimpah ruah dan engkau mendapatkan apa yang engkau dapatkan, kini engkau hendak pergi begitu saja memboyong hartamu. Demi Allah itu tidak akan terjadi!”
Shuhaib menjawab, “Apakah kalau aku berikan harta bendaku, kalian akan melepaskanku?” mereka menjawab, “Ya.”
Suhaib pun memberikan harta bendanya lalu pergi berhijrah. Ketika Rasulullah saw mendengarnya melalui wahyu yang disampaikan, beliau bersabda, “Shuhaib beruntung...Shuhaib beruntung... (Ar-Rahiqul Makhtum, hal.111, Ringkasan Sirah Nabawiyah, hal.55).
Bayangkan, siapa di antara kita yang mampu melakukan seperti yang dilakukan oleh Shuhaib? Membangun bisnis dari nol, lalu sukses, tapi setelah itu semua hasil kesuksesannya dikorbankan untuk hijrah.
Hijrah, apapun bentuknya ternyata harus dibayar dengan pengorbanan. Baik itu hijrah makani berpindah dari tempat kekufuran yang membuat kita terkekang ke tempat yang Islami, ataupun hijrah dalam bentuk ma’nawi, seperti dari kemaksiatan menuju taat, dari syirik menuju tauhid, dari yang haram menuju yang halal, dari berpoya-poya menuju zuhud, dsb.
Ketika kita diberi hidayah oleh Allah SWT untuk berhijrah menuju keridhoan-Nya, selanjutnya kita mesti siap untuk rela berkorban. Karena jika tidak, berapa banyak orang yang telah berhijrah tapi kemudian karena tidak siap berkorban, ia kembali kepada kehidupan semula yang kelam.
*****
Yang ingin memiliki buku Ringkasan Sirah Nabawiyyah, Butir-butir Perjalanan Hidup Rasulullah saw karya penulis, silahkan order melalui WA 085320759353 Harga 55rb, diskon jadi 40rb
Join Channel : telegram.me/kajianilmusyari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar