Minggu, 10 September 2017

Sejarah Ilmu Balagoh






Pada mulanya ilmu ini tersebar dalam kitab-kitab Tafsir Al-Qur’an ketika menjelaskan kemukjizatannya, begitu pula dalam kitab-kitab syarah (penjelasan) sya’ir dan naqd (kritik)nya, serta dalam teks-teks pidato para ahli sastra Arab pada pertengahan abad ke-2 H. Pada saat itu Abu Ubaidah Ma’mar bin Al-Mutsanna (w.144 H) menulis kitab Majaz Al-Qur’an dan Al-Jahizh ‘Amr bin Bahr (w.344 H) banyak menulis kitab-kitab sastra. Sebagian ilmu ini juga tersebar dalam kitab-kitab Nahwu seperti Kitab Sibawaih. Tidak ada yang menulis secara khusus dalam ilmu ini selain pada akhir abad ke-3 H, dimana Abdullah Al-Mu’taz; khalifah Daulah ‘Abbasiyyah  (lahir tahun 247 H, wafat tahun 296 H, beliau terbunuh saat setelah dibai’at menjadi khalifah, hanya satu hari ia menjabat sebagai khalifah) menulis buku Al-Badi’, dalam kitab itu ia menuliskan 12 macam ilmu badi’ dan memasukkan Al-Isti’aroh sebagai bagian darinya.

Kemudian datang Syaikh Abdul Qahir Al-Jurjani Al-Asy’ari Asy-Syafi’i (w.471 H), ia menulis dua kitabnya yaitu Dalail Al-I’jaz dan Asrar Al-Balagoh, yang pertama adalah kitab tentang ilmu Ma’ani dan yang kedua tentang ilmu Bayan. Kedua kitab ini adalah karya pertama yang membuat ilmu Balagoh menjadi ilmu tersendiri dan terpisah dari yang lainnya, hanya saja keduanya tidak terpoinkan dan tidak sempurna susunannya. Keduanya bagaikan mutiara yang tercecer yang disimpan oleh pemiliknya untuk kemudian disusun menjadi suatu kalung oleh pelanjutnya. Maka bersegeralah setelahnya Sirojuddin Yusuf bin Muhammad bin ‘Ali As-Sikaki Al-Khowarizmi Al-Mu’tazili (lahir tahun 555 H, wafat tahun 626 H) menyusun mutiara-mutiara itu, maka ia menulis bukunya yang menakjubkan yang diberi nama Miftahul ‘Ulum fii ‘Ulum Al-‘Arabiyyah, ia meletakkan permasalahan-permasalahan ilmu Balagoh di bagian ketiga darinya yang merupakan maksud dari karyanya ini, ia menyusunnya dengan metode ilmiah yang layak untuk dijadikan pengajaran (tadris) dan pengusaan (dobt). Kitab ini menjadi kitab satu-satunya, yang disarikan dari dua kitab Syekh Abdul Qahir tersebut dan permasalahan-permasalahan dalam tafsir Al-Kasyaf karya Az-Zamakhsyari, maka kitab ini menjadi pegangan utama bagi para pelajar untuk ilmu Balagoh ini, kemudian setelahnya para ahli sastra susul-menyusul mengikutinya dalam menulis karya-karya dalam ilmu yang mulia ini.  

(Diterjemahkan dari kitab Mujaz Al-Balagoh, karya Syekh Muhammad Thahir Ibnu ‘Asyur)

Muhammad Atim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar