Minggu, 18 April 2021

Tiga Madzhab Aqidah Ahlus Sunnah

 


Sepengetahuan saya, tiga madzhab dalam aqidah; Asy'ariyyah, Maturidiyyah dan Atsariyyah (Salafi/Wahabi) adalah sama-sama Ahlus Sunnah, seperti yang dikatakan oleh Syekh Muhammad As-Safarini Al-Atsari Al-Hanbali :

أَهْلُ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ ثَلَاثُ فِرَقٍ : الأَثَرِيَّةُ وَإِمَامُهُمْ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، وَالْأَشْعَرِيَّةُ وَإِمَامُهُمْ أَبُو الْحَسَنِ الْأَشْعَرِيُّ، وَالْمَاتُرِيْدِيَّةُ وَإِمَامُهُمْ أَبُو مَنْصُوْرٍ الْمَاتُرِيْدِي، وَأَمَّا فِرَقُ الضَّلَالِ فَكَثِيْرَةٌ جِدًّا.

"Ahlus Sunnah wal Jama'ah itu ada tiga kelompok : (1). Al-Atsariyah, imam mereka adalah Ahmad bin Hanbal ra, (2). Al-'Asy'ariyyah, imam mereka adalah Abul Hasan Al-'Asy'ari rh, dan (3). Al-Maturidiyyah, imam mereka adalah Abu Manshur Al-Maturidi rh. Adapun kelompok-kelompok kesesatan, maka banyak sekali." (Syarah Aqidah As-Safarini, Jilid 1, hal. 73)

Secara pokok akidah mereka sama. Khususnya berkaitan dengan sifat-sifat Allah, yaitu sama-sama dalam tanzih, mensucikan dan menafikan kesamaan dengan makhluk, karena ayatnya qath'i

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

“Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al-Ikhlas : 4).

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

“Tidak ada yang semisal dengan-Nya sesuatu pun, dan Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura : 11).

Begitu pula dalam istbat, yaitu menetapkan semua sifat-sifat Allah yang datang dari Allah dan rasul-Nya, dalam ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits-hadits shahih.

Sepakat untuk tidak tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk), tidak ta'thil  (menolak dan menafikan sifat Allah) dan tidak takyif (menanyakan dan memikirkan "bagaimana").

Hanya, dalam menyikapi ayat-ayat sifat yang "seakan menyamai makhluk" ada perbedaan ijtihad sehingga ini adalah wilayah ijtihadiyyah (furu aqidah).

Asy'ariyyah dan Maturidiyyah melebih-lebihkan (mubalaghah) dalam sisi tanzih, sehingga memilih metode ta'wil karena dikhawatirkan terjerumus kepada tasybih, sehingga sering dituduh ta'thil.

Sedangkan Atsariyyah (salafi/wahabi) melebih-lebihkan (mubalaghah) dalam sisi itsbat, menetapkan semua sifat yang ada dalam dalil, dan memilih menetapkan makna zhahir, karena menurut mereka metode ta'wil bisa berakibat kepada ta'thil, maka mereka menetapkan makna zhahir yang yaliqu bijalalihi (yang sesuai dengan keagungan-Nya), sehingga sering dituduh tasybih dan tajsim.

Jadi, yang diperselisihkan sebetulnya dalam wilayah ijtihadiyyah, dalam wilayah furu aqidah.

Wallahu A'lam.

Muhammad Atim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar