Ngaji Alfiyah Ibnu Malik 3
CIRI-CIRI ISIM, FI'IL & HURUF
[١٠] بِالجَرّ وَالتَّنْوِينِ وَالنِّدَا وَآلْ ۞ وَمُسْنَدٍ لِلاسْمِ تَمْيِيزٌ حَصَل
Dengan jar, tanwin, nida, al dan musnad isim dapat dibedakan (dari lainya)
[١١] بِتَا فَعَلْتَ وَأَتَتْ وَيَا افْعَلِي ۞ وَنُونِ أَقْبِلَنّ فِعْلٌ يَنْجَلِي
Dengan huruf ta’ pada lafadz fa’alta dan atat, huruf ya pada lafadz yaf’ali dan nun pada lafaz aqbilanna, fi’il tampak jelas
[١٢] سِوَاهُمَا الحَرُْف كَهَلْ وَفِي وَلَم ۞ فِعْلٌ مُضَارِعُ يَلِي لَمْ كَيَشَمْ
Selain isim dan fi’il ialah huruf, seperti hal, fi, dan lam. Fi’il mudhari ialah yang terletak setelah lam, seperti lam yasyam
[١٣] وَمَاضِيَ الأَفْعَالِ بِالتَّا مِزْ ، وَسِم ۞ بِالنُّونِ فِعْلَ الأمرِ إنْ أَمْرٌ فُهِم
Bedakanlah fiil madhi dengan ta’, dan tandailah fi’il amar dengan nun, jika mengandung arti perintah
[١٤] وَالأَمْرُ إنْ لَمْ يَكُ لِلنُّونِ مَحَلْ ۞ فِيهِ هُوَ اسمٌ نَحْوُ صَهْ وَحَيَّهَل
Amr (perintah) jika tidak menerima nun taukid adalah isim (isim fi’il), seperti lafadz shah (diamlah) dan hayyahal (menghadaplah)
SYARAH RINGKAS
Dalam bait-bait ini penulis menyebutkan ciri-ciri untuk membedakan di antara isim, fi'il dan huruf.
Ciri-ciri Isim, beliau sebutkan ada 5, yaitu :
1. Dengan Jar (yang menjadikannya majrur)
Karena kondisi majrur itu khusus untuk isim, diantara tandanya adalah berakhiran kasroh. Yang membuatnya majrur itu bisa oleh huruf jar, atau idhafah, atau taba'iyyah. Ketiganya terkumpul dalam contoh :
مَرَرْتُ بِغُلَامِ زَيْدٍ الفَاضِلِ
Ghulami majrur oleh huruf jar, zaidin majrur oleh idhafah dan al-fadhili majrur oleh taba'iyyah (sebagai sifat).
Atau sebagaimana dalam Basmalah,
بسم الله الرحمن الرحيم
Ismi majrur oleh huruf jar, Allahi majrur oleh idhafah dan arrahmani dan arrahimi majrur oleh taba'iyyah (sifat).
2. Tanwin
Tanwin (di huruf terakhir) menjadi ciri bagi isim, karena tidak ada pada fi'il dan huruf. Macam-macamnya sebagai berikut :
1. Tanwin Tamkin
Yaitu yang menyertai isim mu'rob seperti : زَيْدٍ - رَجُلٍ
Kecuali yang ada pada Jama muamnats salim dan pada kata seperti ٍجَوَار akan masuk pada macam berikutnya
2. Tanwin Tankir
Yaitu yang digunakan pada isim mabni dengan tujuan membuatnya nakirah dan membedakannya dengan yang ma'rifah. Seperti pada kata ٍسِبَوَيْه dalam kalimat
مَرَرْتُ بِسِبَوَيْهِ وَسِبَوَيْهٍ آخَرَ
"Aku melewati Sibawaih (ma'rifah) dan Sibawaih (nakirah) yang lain"
3. Tanwin Muqabalah (perbandingan)
Yaitu yang ada pada Jama muannats salim seperti مُسْلِمَاتٌ sebagai perbandingan dengan nun yang ada pada jama mudzakkar salim, مسلمون
4. Tanwin 'Iwadh (pengganti)
Ada 3 :
1. Pengganti dari kalimat (jumlah)
Contoh :
وَأَنْتُمْ حِيْنَئِذٍ تَنْظُرُوْنَ
Tanwin pada kata إذ adalah pengganti dari kalimat, asalnya
حِيْنَ إِذْ بَلَغَتِ الرُّوْحُ الْحُلْقُوْمَ
2. Pengganti dari kata
Contoh :
كُلٌّ قَائِمٌ
Tanwin pada kata كل adalah pengganti dari kata, asalnya :
كُلُّ إِنْسَانٍ قَائِمٌ
3. Pengganti dari huruf
Contoh :
جَوَارٍ - غَوَاشٍ
Tanwin tersebut pengganti dari huruf, asalnya :
جَوَارِي - غَوَاشِي
Selain empat macam tanwin di atas, ada lagi yang dinamakan tanwin taronnum dan tanwin ghali, yaitu yang menyertai akhiran kata pada bait syair, hanya saja keduanya bukan tanda isim, karena bisa juga bersambung dengan fi'il dan huruf.
3. Nida (terletak setelah huruf Nida/panggilan)
Yang dipanggil itu pasti isim, contoh :
يَا مُحَمَّدُ - يَا رَجُلُ
4. Terdapat Alif-Lam (ال)
Contoh : ُالرَّجُل
5. Bisa diberi keterangan/predikat (musnad)
Contoh :
زَيْدٌ قَائِمٌ
Zaid berdiri
Kata زيد diberi keterangan/predikat/musnad dengan kata قائم maka kata زيد adalah isim.
Selanjutnya Ibnu Malik menyebutkan ciri-ciri Fi'il, yaitu :
1. Bisa dimasuki huruf "Ta" di akhirnya baik ta fail contoh (فَعَلْتَ) atau ta ta'nits sakinah (yang sukun) contoh (أَتَتْ). Adapun ta ta'nits yang tidak sukun ia bersambung dengan isim seperti مسلمة
2. Bisa dimasuki huruf "Ya" di akhirnya, maksudnya ya fail seperti اِفْعَلِي yang bersambung dengan fiil amar. Atau َتَفْعَلِيْن yang bersambung dengan fiil mudhari.
3. Bisa dimasuki huruf nun taukid, baik nun taukid tsaqilah (bertasydid) seperti أَقْبِلَنَّ atau nun taukid khafifah (tidak bertasydid) seperti يَذْهَبَنْ
Selanjutnya Ibnu Malik menyebutkan tentang huruf. "Selain itu maka termasuk huruf". Artinya yang tidak memiliki tanda isim dan tanda fiil, adalah termasuk huruf. Hal ini menunjukkan bahwa huruf tidak memiliki tanda khusus. Walaupun sebenarnya huruf dapat diketahui dari bentuknya yang biasanya terdiri dari satu atau dua huruf hijaiyyah.
Dari contoh yang disebutkan penulis mencerminkan tiga macam huruf, yaitu :
1. Dapat masuk ke isim dan ke fi'il seperti هَلْ
Contoh :
هل زيد قائم
هل قام زيد
2. Hanya masuk ke isim saja contoh فِي
زيد في الدار
3. Hanya masuk ke fiil saja contoh لَمْ
لم يقم زيد
Selanjutnya membahas pembagian Fi'il
1. Fi'il Mudhari (kata kerja menunjukkan waktu saat ini dan akan datang) cirinya dapat didahului oleh لَمْ contohnya لَمْ يَشَمْ
2. Fi'il Madhi (kata kerja menujukkan waktu lampau) cirinya dimasuki huruf "Ta" di akhirnya, maksudnya ta fail dan ta ta'nits sakinah, sebagimana telah disebut sebelumnya pada contoh فعلتَ dan أتتْ
3. Fi'il Amr (kata kerja yang menunjukkan perintah) yaitu fi'il yang bermakna perintah dan bisa dimasuki huruf nun taukid contohnya أَقْبِلَنَّ. Namun jika bermakna perintah tapi tidak bisa dimasuki huruf nun taukid maka ia bukan fi'il Amr tetapi Isim Fi'il Amr, contohnya صَهْ yang berarti اُسْكُتْ (diamlah) dan حَيَّهَلْ yang berarti أَقْبِلْ (menghadaplah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar