Senin, 14 Maret 2022

Kerancuan Liberal

 



Oleh : Muhammad Atim

 

Begitulah. Orang-orang liberal (bebas, tanpa -mau- tahu batas), selalu kontradiktif dalam pemikiran dan sikapnya, sehingga selalu melakukan standar ganda.

Mereka bilang tidak boleh meyakini kebenaran satu agama, agama-agama lain pun mengandung kemungkinan benar. Jadi, semua agama itu benar (pluralisme). Satu tuhan, banyak jalan, ibarat jari-jari yang berputar menuju tujuan yang sama, kata Cak Nur. Tidak boleh memaksakan pendapat dan keyakinan, harus toleran, karena kebenaran itu relatif. Tapi, mereka sendiri memaksakan pendapat dan keyakinan liberalnya. Mereka tidak toleran kepada orang untuk meyakini kebenaran agamanya. Jadi bebas untuk mereka saja, yang lain tidak boleh bebas.

Kalau semua agama benar, agama itu ada yang meyakini satu tuhan (Islam), dan ada yang meyakini banyak tuhan. Jika semuanya dianggap benar, inilah kontradiktif paling besar sepanjang sejarah. Akal manusia sehat mana yang bisa menerima, meyakini tuhan itu satu, pada saat yang sama meyakini tuhan itu banyak?

Mereka mulai bicara akhlaq dan adab. Harus sopan dan hormat kepada guru, yang senior dalam keilmuan. Yang sudah bertitel dan telah melakukan banyak riset, kata mereka. Tapi ternyata hal itu mereka terapkan bagi guru-guru mereka saja. Pada saat yang sama mereka sangat tidak beradab kepada Rasulullah saw. Padahal tidak beradab kepada Rasulullah saw bisa menyebabkan kemurtadan. Memanggil dengan panggilan tidak layak, mengumbar tuduhan negatif. Belum lagi kepada para sahabat, lalu ulama-ulama Islam sepanjang sejarah yang hidup mereka, mereka curahkan untuk ilmu dan kemaslahatan umat. Gelar mereka tidak didapatkan hanya dengan secarik kertas, tapi melalui pengakuan dan pengujian ulama-ulama hebat, dan penerimaan umat tingkat dunia.

Mereka begitu luar biasa mengkritik para ulama, tapi pada saat yang sama lidah mereka kelu, otak mereka tumpul, tidak berani mengkritik, mereka hanya mem-beo dan mem-bebek saja pada orang-orang Barat jungjungan mereka itu. Fanatik dan taklid buta pada mereka.

Ilmu Islam itu kuat dan kokoh di atas hujjah. Tapi mereka ga peduli, mereka terus berusaha mencari celah untuk membuat kerancuan dan keraguan. Meski dengan cara yang sangat rapuh, tapi mereka kemas dengan bahasa-bahasa yang seakan ilmiah, agar terlihat mentereng. Agar orang awam tertipu. Islam mereka samakan dengan agama lain yang penuh dengan mitos dan khurafat. Di sini saja mereka sudah gagal memahami sejarah kemunculan agama Islam. Padahal katanya "sejarah" itu selalu mereka jadikan alat utama keilmuan mereka. Islam itu datang justru membawa semangat keilmuan. Wahyu yang turun pertama saja "iqro" (bacalah). Dengan datangnya Islam dan turunnya wahyu, justru menjadi faktor utama perkembangan keilmuan. Baik keilmuan Islam, maupun ilmu-ilmu duniawi yang banyak diinspirasi oleh Al-Qur'an dan Hadits. Dan dalam sejarahnya, ilmu Islam tidak pernah mengalami perseturuan dengan ilmu duniawi atau sains, justru dapat seiring dan sejalan, dan saling mengokohkan. Berbeda dengan agama di barat (Kristen-Yahudi) yang mengalami perseteruan hebat dengan ilmu pengetahuan dan sains, yang menjadi tempat lahirnya gerakan liberal dan sekuler ini.

 

Ibaratnya, mereka ingin memadamkan cahaya matahari dengan tiupan dari mulut-mulut mereka. Sebuah usaha yang sia-sia dan bodoh. Apalagi mereka ingin memadamkan cahaya Allah, yang terang benderang dan berlapis-lapis cahayanya. Mereka tak akan pernah mampu.

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

"Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya". (QS. Ash-Shaf : 8).

Dan konyolnya mereka terus melakukan ini. Membuat kata-kata yang manis, istilah-istilah yang keren. Kerapuhan argumen dan kecacatan logika mereka tutupi dengan istilah-istilah tipuan ini, yang membuat orang awam atau yang malas belajar ilmu Islam tertipu. Dan ternyata hal seperti ini telah dilakukan sejak dulu, usaha yang kompak antara syetan manusia dan jin.

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ

"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan." (QS. Al-An'am : 112).

Mereka terus berusaha mencari celah kekurangan dan kesalahan dari ilmu-ilmu Islam yang telah kokoh dibangun di atas hujjah ini, dan kepada Al-Qur'an dan Sunnah. Satu penemuan mereka, mereka apresiasi luar biasa. Dan tentu membuat orang-orang kafir jungjungan mereka itu senang. Dan dari sanalah mereka "cari makan". Mereka terus utak-atik Al-Qur'an dan Hadits. Mereka mencari keragu-raguan untuk diri mereka sendiri, tapi tidak untuk orang beriman dan orang yang berakal tajam. Kesalahpahaman mereka terhadap ayat atau hadits, lalu mereka klaim sebagai kesalahan, sebabnya tiada lain karena mereka "kurang tadabur" terhadap Al-Qur'an. Mereka memahaminya dengan akal pendek dan tumpul, tidak dengan akal yang tajam.

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا

"Maka apakah mereka tidak mentadaburi (menghayati secara mendalam) Al Quran? Kalau sekiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (QS. An-Nisa : 82).

Karena mereka tidak tadabur dalam melakukan penelitian terhadap Al-Qur'an, maka mereka menemukan kontradiktif yang banyak pada pemahaman mereka, bukan pada Al-Qur'annya.

Bahkan, tantangan Allah, jika mereka meragukan kebenaran Al-Qur'an dan merasa diri benar, untuk membuat satu surat saja yang semisal dengan Al-Qur'an, hingga hari ini tidak ada yang mampu melakukannya! Bahkan selamanya tidak akan pernah mampu!

Dari tingkah laku yang mereka tampakkan, mereka sudah masuk kategori munafik yang disebutkan Al-Qur'an. Yaitu keragu-raguan yang menjadi penyakit dalam hati mereka. Mengklaim diri pembuat perbaikan dan pembaharuan, padahal pembuat kerusakan. Menyebut orang beriman bodoh dan merasa diri pintar, padahal hakikatnya merekalah yang bodoh. Bermuka dua, berpura-pura sebagai orang beriman, tapi bersekongkol dengan orang-orang kafir dalam memusuhi Islam. Dengan segala ucapan dan tingkah laku mereka, justru menggugurkan klaim keimanan mereka. Dst...

Yang mudah terpengaruh oleh tipuan mereka hanyalah orang yang malas belajar ilmu Islam. Yang tidak bersungguh-sungguh dalam menikmati suguhan keilmuan Islam yang memuaskan akal dan menyegarkan dahaga rohani. Yang tidak ada rasa bangga terhadap turats (warisan ilmu) para ulama yang megah dan kokoh itu. Tiba-tiba tersilaukan oleh kata-kata manis mereka, lalu membeo dan membebek pada mereka.

Bagi orang yang kuat keimanannya dan tajam akalnya, tentu tidak akan terpengaruh sedikitpun oleh tipuan murahan mereka. Tiada yang mereka lakukan selain mengikuti arahan Allah sebagaimana dalam ayat di atas :

فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ

"Tinggalkanlah mereka dan kedustaan mereka"

Semoga Allah SWT menjaga kita dari syubhat paham liberal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar