Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam Ibadah
Kajian Fiqih Pilihan dari Ringkasan Zadul Ma'ad
Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam Shalat (3)
Duduk di antara Dua Sujud, Bangkit untuk Rakaat berikutnya, Tasyahud Awal dan Akhir
Rasulullah ﷺ mengangkat
kepalanya dari sujud seraya bertakbir tanpa mengangkat tangan, kemudian duduk iftirosy
yaitu dengan duduk di atas kaki kiri dan menegakkan kaki kanan dengan
menjadikan jari-jari kaki kanan tersebut menghadap kiblat, sambil meletakkan
kedua tangan di atas kedua paha beliau yaitu dengan meletakkan sikut di atas
paha dan ujung tangan (telapak tangan) di atas kedua lutut beliau.[1]
Beliau duduk di antara dua sujud ini seukuran durasi
sujud. Beliau berdoa,
اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي
وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي
“Ya Allah! Ampunilah aku, rahmatilah aku, tutupilah
kekuranganku, tunjukilah aku dan berilah aku rizki”[2]
Atau beliau berdoa dengan,
رَبِّ اغْفِرْلِي رَبِّ اغْفِرْلِي
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, YaTuhanku! Ampunilah aku.”[3]
Kemudian beliau bangkit (dari sujud untuk rakaat
berikutnya) dengan berpijak di atas bagian depan telapak kaki dan kedua lutut
beliau, sedangkan tangan memegang kedua paha, tidak menahan di atas bumi dengan
kedua tangannya.[4]
Apabila telah bangkit, beliau memulai kembali bacaan
seperti pada rakaat pertama, hanya saja tidak ada diam sejenak, tidak ada
iftitah, tidak ada takbirotul ihram, dan beliau lebih memendekkan bacaannya.
Apabila beliau duduk pada tasyahud awal, beliau duduk iftirosy
seperti pada duduk di antara dua sujud, yaitu dengan duduk di atas kaki kiri
dan menegakkan kaki kanan dengan menjadikan jari-jari kaki kanan tersebut
menghadap kiblat, sambil meletakkan tangan kiri di atas paha kiri dan tangan
kanan di atas paha kanan dan berisyarat dengan telunjuk, yaitu dengan cara
menggenggam dua jari (jari manis dan jari kelingking) dan membuat lingkaran
dengan jari tengah bersama ibu jari[5]
dan mengangkat telunjuk, menjauhkan dan menggerak-gerakkannya sambil berdoa dan
mengarahkan pandangan kepada telunjuk tersebut dan menghamparkan tangan kiri di
atas paha kiri.
Beliau berdoa
dalam tasyahudnya dan mengajarkan doa ini kepada para sahabatnya,
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ،
السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ،
السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
“Segala penghormatan hanya milik
Allah, juga segala rahmat dan kebaikan. Semoga kesejahteraan terlimpahkan
kepada engkau wahai Nabi dan juga rahmat dan berkah-Nya. Dan juga semoga
kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih.
Aku bersaksi tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."[6]
Beliau sangat meringankan tasyahud awal ini. Kemudian
beliau bangkit seraya bertakbir dengan mengangkat tangan. Tidak ada dalil yang
kuat bahwa beliau menambah bacaan surat selain Al-Fatihah setelah dua rakaat
pertama.
Apabila beliau duduk tasyahud akhir, beliau duduk tawaruk
yaitu duduk dengan posisi mengeluarkan kaki kiri di bawah kaki kanan dan
menegakkan kaki kanan lalu duduk pada tempat duduknya di atas lantai.
Dalam tasyahud akhir beliau berisyarat dengan telunjuk dan
berdoa seperti pada tasyahud awal, dan menambah bacaan shalawat kepada Nabi[7]
ﷺ dan berlindung dari siksa kubur, siksa
neraka, fitnah (ujian besar) dalam hidup dan mati, dan fitnah al-Masih Dajjal. Yaitu
dengan doa,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ
فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ
الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari siksa kubur dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al Masihid Dajjal,
dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan hutang”.[8]
Kemudian beliau mengucapkan salam ke arah kanan dan ke arah
kirinya dengan ucapan,
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
“Semoga keselamatan dilimbahkan kepada
kalian dan juga rahmat Allah.” [9]
[1] Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah
menyebutkan dalam duduk di antara dua sujud ini berisyarat dengan telunjuk, ini
kurang tepat, karena yang disebutkan dalam hadits bahwa Rasulullah ﷺ duduk lalu berisyarat dengan
telunjuk, telah diperjelas (ditaqyid) di hadits lain bahwa maksudnya adalah
duduk tasyahud, jadi berisyarat dengan telunjuk hanya pada saat tasyahud.
[2] HR. Tirmidzi no. 284
[3] HR. Abu Dawud no. 874, Ibnu Majah no. 897
[4] Adapun duduk
sejenak sebelum bangkit yang disebut dengan duduk istirahat, itu dilakukan saat
dibutuhkan saja, yaitu ketika dalam keadaan lemah atau sakit
[5] Membentuk angka 53 dalam angka Arab (HR.
Muslim no.580)
[6] HR. Bukhari no.831, Muslim no. 402. Dalam
shahih Muslim ada redaksi lain,
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
“Segala penghormatan, keberkahan, rahmat dan kebaikan hanya milik Allah.
Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada engkau wahai Nabi dan juga rahmat dan
berkah-Nya. Dan juga semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan kepada
hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi tidak ada tuhan yang berhak
disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
اللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ
إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Ya Allah, berilah shalawat atas Muhammad dan
keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi shalawat atas keluarga Ibrahim,
dan berilah berkah atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau
memberi berkah kepada keluarga Ibrahim di dunia. Engkau Maha Terpuji dan Maha
Mulia”. (HR. Muslim no. 405).
[8] HR. Bukhari no.832. Dalam shahih Muslim dengan redaksi yang sedikit berbeda,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ
وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ
فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa
jahannam dan siksa kubur, dan fitnah kehidupan dan kematian, serta keburukan
fitnah Masihid Dajjal.” (HR.
Muslim no. 588).
Selain itu bisa ditambah dengan doa,
اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ
وَارْحَمْنِي إِنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Ya Allah, sungguh aku telah menzhalimi diriku
sendiri dengan kezhaliman yang banyak, sedangkan tidak ada yang dapat
mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka itu ampunilah aku dengan suatu
pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (HR. Bukhari no.832).
[9] Bisa juga dengan redaksi lain yaitu
“Assalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh” atau “Assalamu’alaikum”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar