Inspirasi pemuda Ashabul Kahfi (2)
(QS. Al-Kahfi : 9-13)
Oleh : Muhammad Atim
Simak dan download kajiannya : di sini
“Apakah engkau
mengira bahwa orang yang mendiami gua, (dan yang mempunyai) Ar-Raqim itu,
termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan? (Ingatlah) ketika
pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami,
berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang
lurus bagi kami dalam urusan kami”. Maka Kami tutup telinga mereka di dalam gua
itu selama beberapa tahun. Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui
manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa
lamanya mereka tinggal (di dalam gua itu). Kami ceritakan kepadamu (Muhamamd)
kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang
beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka”. (QS. Al-Kahfi : 9-13).
Kesedihan
karena melihat kemungkaran juga pernah dialami oleh Ashabul Kahfi (orang-orang
yang mendiami suatu gua), para pemuda yang berusaha menggenggam iman mereka.
Kisah mereka adalah suatu keajaiban. Meskipun bukanlah yang paling ajaib
–karena orang kafir pun banyak yang merasa takjub ketika itu- karena masih
banyak keajaiban-keajaiban yang lebih dari itu seperti penciptaan langit dan
bumi, pergantian siang dan malam, dlsb, yang menunjukkan kekuasaan Allah. Ibnu
Abbas berkata mengenai ayat “Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami
gua, (dan yang mempunyai) Ar-Raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami
yang menakjubkan? Maksudnya Allah berfirman, “Yang aku berikan kepadamu
(Muhammad) berupa ilmu, Sunnah dan Kitab, lebih baik daripada urusan Ashabul
Kahfi dan Ar-Raqim.”[1] Yang
pada intinya, bukanlah sebatas takjub kepada kisahnya, tetapi yang lebih
penting adalah dapat mengambil pelajaran dan petunjuk darinya.
Yang menakjubkan
bukan hanya kisahnya, tetapi keadaan mereka yang masih muda justru berani untuk
menolak kemungkaran dan memilih berlindung di dalam gua yang tentunya penuh
gelap, pengap, beralas bebatuan dan pasir yang tidak membuatnya nyaman berbeda
dengan tempat mereka sebelumnya di istana yang serba ni’mat karena mereka
adalah anak para pembesar kerajaan Romawi yang –menurut pendapat yang paling
kuat- jumlah mereka tujuh orang, demi menyelamatkan iman mereka agar tidak
terpengaruh oleh kemungkaran yang dilakukan oleh masyarakatnya. Tetapi kemudian
Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada mereka di dalam gua itu, membuat mereka
tidur selama beberapa tahun lamanya, sebagai karunia bagi kesungguhan dan doa
mereka, “Ya Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami”. Kemudian
mereka dibuat bangun kembali, agar Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya. Yang
dimaksud dengan Ar-Raqim –menurut pendapat yang paling kuat- adalah
kitab yang berupa lembaran dari batu yang ditulis padanya kisah-kisah Ashabul
Kahfi, kemudian mereka meletakkannya di pintu gua.[2]
Masa tidur
mereka yang lama menjadi keajaiban dari pertolongan Allah. Ketika Allah
membangkitkan mereka, Allah hendak menguji siapakah yang paling tepat
perhitungannya dari dua kelompok yang berbeda pendapat, yaitu dari penduduk
kota itu yang ada ketika itu. Hal ini untuk membuktikan bahwa manusia banyak
berselisih tentang peristiwa-peristiwa sejarah, dan hanya dari Allah-lah sumber
yang pasti kebenarannya. Oleh karena itu Allah mengatakan “Kami ceritakan
kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya.”
Allah
SWT memberikan penegasan (taukid), “Sesungguhnya mereka adalah
pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk
kepada mereka”. Mereka adalah anak-anak muda, Fityah, Asy-Syabab. Anak-anak
muda itu ternyata mampu menolak kemungkaran dan berpegang teguh menggenggam
iman di tengah merebaknya fitnah. Ini mematahkan anggapan keliru selama ini
bahwa anak muda itu identik dengan kenakalan, bahkan banyak orang menganggapnya
hal yang wajar. Padahal kata syabab itu bermakna kekuatan, muda, baru,
indah, tumbuh dan awal dari segala sesuatu.[3] Memang sudah muncul gejolak hawa nafsu pada diri mereka, tetapi pada saat yang sama muncul pula gejolak ruhaninya yang besar. Tinggal kita mau mengarahkan kepada yang mana. Yang jelas Allah memberikan bekal kekuatan kepada mereka karena Allah menyebut fase muda itu dengan kekuatan, “Alloh yang menciptakan kalian dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan setelah lemah itu KUAT, kemudian Dia menjadikan setelah kuat itu lemah dan beruban, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, dan Dia Maha Mengetahui dan Maha Berkuasa.” (QS. Ar-Rum: 54).
Untuk itulah Ibnu Katsir menjelaskan, “Maka Allah SWT menyebutkan sesungguhnya mereka adalah anak-anak muda, mereka lebih mudah menerima kebenaran, lebih mudah mengikuti petunjuk jalan daripada orang tua yang telah menyimpang dan terjerumus ke dalam agama yang batil. Oleh karena itu, kebanyakan orang yang menyambut seruan Allah dan rasul-Nya adalah anak-anak muda. Adapun orang-orang tua dari Quraisy kebanyakan mereka tetap berada dalam agama mereka, tidak masuk Islam dari mereka kecuali sedikit. Begitulah Allah SWT mengabarkan tentang Ashabul Kahfi bahwa sesungguhnya mereka adalah anak-anak muda.”[4]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar