Jumat, 02 September 2016

Ilmu, Pembuka Peradaban


Oleh : Muhammad Atim
Di zaman ini banyak orang yang terkagum-kagum dengan peradaban barat dengan pencapaian ilmu pengetahuan dan teknologinya. Ia dianggap sebagai pusat peradaban yang menyebarkan ilmu pengetahuan ke berbagai negara. Maka, buku-buku dan sumber-sumber keilmuan yang diambil dari mereka dijadikan sebagai rujukan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Termasuk di Negara kita, Indonesia. Jika kita mau membaca sejarah, ada pertanyaan yang patut kita lontarkan, apakah yang melatarbelakangi munculnya peradaban barat itu?
Dahulu, abad pertengahan dalam sejarah bangsa Eropa adalah sebuah abad yang mereka sebut sebagai The Dark Age (Abad kegelapan). Mereka belum mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi sama sekali. Mereka mendapatkan kesewenang-wenangan dari kekuasaan geraja yang zalim dengan lembaga inkuisisinya yang memberangus habis siapapun yang bersebrangan paham dengan gereja. Di tempat lain pada saat itu, umat Islam justru sedang mencapai puncak peradabannya dengan pencapaian ilmu dan teknologi. Pengaruh peradaban Islam terhadap mereka tak dapat dipungkiri mengantarkan mereka kepada masa kebangkitan yang mereka sebut sebagai renaissance. Tokoh-tokoh Ilmuwan Islam seperti Ibnu Sina (Avicena), Ibnu Rusyd (Averrous), Al-Razi (Razes), Ibnu Battuta (Al-Batros) dan yang lainnya menjadi rujukan utama bagi mereka. Muhammad Quthb dalam bukunya Ash-Shiro’ bainal fikri Al-Ghorbi wal fikri Al-Islami (Perseteruan antara pemikiran barat dan pemikiran Islam) hal.10 mengatakan: “Sungguh gereja telah melakukan penganiayaan terhadap ilmuwan di awal kebangkitan ilmu, dan mengancam mereka dengan pembunuhan, penyiksaan dan pembakaran dalam oven ketika mereka mengatakan bahwa bumi itu bulat atau bahwa bumi itu bukanlah pusat alam semesta. Hal itu merupakan ketakutan dari pengaruh penyebaran ilmu terhadap kedudukan gereja di hati masyarakat. Kedudukan yang terikat dengan kebodohan dan khurafat sebagaimana disebutkan dalam literatur-literatur sejarah Eropa. Dan juga karena sebab lain yang tidak disebutkan dalam literatur-literatur tersebut bahwa ilmu mereka diambil dari madrasah-madrasah kaum muslimin di Andalusia, Afrika utara, Sevilla dan Italia selatan, yang diambil oleh para utusan Eropa ke madrasah-madrasah itu, dan mereka mengambil bersama dengan itu pengaruh Islam secara jelas, maka gereja memerangi pengaruh itu dengan pembakaran, pembunuhan dan penyiksaan, dan hal itu mengantarkan kepada gap yang keras antara agama dan ilmu di Eropa, sampai penyebutan nama Alloh dalam penelitian ilmiah dianggap dapat merusak konsep penelitian ilmiah mereka.”     
Bangkitnya peradaban di Eropa ternyata diawali dengan bangkitnya semangat menuntut ilmu di antara mereka. Pada saat otak mereka dipenuhi dengan kebodohan, mitos-mitos dan khurafat-khurafat, hidup mereka tidak mengalami kemajuan. Dan sejarah tak dapat dibohongi bahwa ada jasa besar ulama-ulama Islam yang telah menyampaikan ilmu kepada mereka. Peradaban Islam yang telah menyinari bumi ini selama berabad-abad sebelumnya telah memberikan kontribusi yang besar terhadap dunia, dan hal itu tak mudah begitu saja dilupakan.
Peradaban Islam tentu lebih baik daripada peradaban barat. Di tangan umat Islam, ilmu pengetahuan dan sains menjadi mulia dan lebih memberikan manfaat yang besar karena dibarengi dengan adanya ketundukan kepada Alloh dan adab yang mulia. Sedangkan ditangan orang-orang barat, ilmu pengetahuan dan sains tidak lebih dari sekedar dijadikan sebagai alat pemuas hawa nafsu, karena mereka menyingkirkan Sang Pencipta dan agama dari ilmu sama sekali. Tujuan mereka hanya sebatas mencapai kesenangan di dunia tanpa memikirkan kehidupan akhirat. Alloh SWT akan membiarkan mereka mencapai penemuan-penemuan baru untuk kemajuan kehidupan di dunia namun tanpa ada berkah sedikit pun. Firman Alloh SWT, “Maka ketika mereka melupakan peringatan-peringatan untuk mereka, Kami bukakan bagi mereka pintu-pintu segala sesuatu, sehingga apabia mereka bergembira terhadap apa-apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 40).
Jika barat telah bangkit dengan ilmu, Islam pun telah bangkit dengan ilmu. Semestinya kita sebagai muslim lebih berhak untuk mengemban ilmu itu karena agama kita adalah agama ilmu, ditegakkan dengan ilmu dan dibangun di atas dasar ilmu. Maka tak heran ayat yang pertama turun adalah perintah yang berkaitan dengan keilmuan. “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Maha Mulia. Yang telah mengajarkan melalui perantaraan pena. Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5).
Kita diperintah untuk membaca, menuntut ilmu. Namun bukan sekedar menuntut ilmu, tetapi menuntut ilmu dengan nama Alloh, dengan rasa penghambaan kepada Alloh, dengan sikap ketundukan kepada Alloh. Sehingga tujuan menuntut ilmu pada akhirnya adalah menjadi hamba yang semakin dekat dengan Alloh, semakin takut kepada Alloh. Karena  dengan ilmu itu kita semakin mengetahui besarnya kekuasaan Alloh.
Dalam Islam, yang disebut dengan ilmu bukan sebatas ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan keduniaan, tetapi ada yang lebih penting dari itu, yaitu ilmu agama, ilmu yang bersumber dari wahyu Alloh SWT. Ilmu itulah yang diberikan kepada Rosululloh saw yang kemudian disampaikan kepada umatnya. Dengan ilmu itulah Rosululloh saw berda’wah menyebarkan Islam kepada seluruh manusia, sebuah agama yang akan mengangkat derajat manusia kepada kemuliaan.
Ilmu wahyu itu telah merubah pola pikir, keyakinan dan tingkah laku dari yang salah kepada yang benar. Persangkaan yang salah terhadap tuhan yang digambarkan dengan berhala-berhala dan makhluk-makhluk, ilmu ini datang untuk memperbaikinya dan menegaskan bahwa tiada tuhan melainkan Alloh dengan segala hujjah dan argumen yang tak terbantahkan. Tingkah laku manusia yang seringkali merugikan diri sendiri dan mencelakakan orang lain, ilmu ini datang untuk membimbing dan memberikan aturan-aturannya. Sehingga terciptalah kedamaian dan ketentraman dalam hidup tanpa ada penindasan dan penganiayaan satu sama lain. Dan itu sebagai wujud dari Islam yang merupakan rahmat bagi seluruh alam.
Ilmu wahyu yang telah mengakar kuat dalam diri kaum muslimin, secara otomatis menjadikan mereka sebagai manusia-manusia yang aktif untuk selalu memberikan manfaat yang sebanyak-banyaknya bagi kehidupan. Karena ibadah dalam pandangan mereka tidak hanya dipahami sebagai kegiatan ritual belaka, tetapi seluruh aktifitas yang mereka lakukan merupakan ibadah. Mereka tidak memfokuskan diri hanya terhadap urusan-urusan akhirat saja sambil meninggalkan urusan dunia. Bagi mereka, urusan dunia juga merupakan ibadah. Karena Alloh SWT telah memerintahkan mereka untuk berperan sebagai Kholifah di muka bumi ini untuk mengatur dan memakmurkannya. Maka tak heran jika kemudian kaum muslimin dapat melahirkan karya-karya kelimuan mereka yang besar untuk dapat memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan.
Semangat berilmu kaum muslimin dengan bimbingan Rosululloh saw telah mengantarkan mereka kepada kehidupan yang berperadaban mulia. Tercatat sepeninggal Rosululloh saw ada ribuan sahabat yang mulia. Yang memiliki iman, ilmu dan amal sholeh yang luar biasa. Pada mereka ada banyak ahli di berbagai bidang. Ada ahli ilmu Al-Qur’an, ilmu hadits, ilmu fiqih, ilmu bahasa Arab, ahli ekonomi, ahli kepemimpinan, ahli diplomasi, ahli militer, ahli intelejen, ahli kenegaraan dan lain sebagainya. Setelah masa sahabat kemudian diikuti oleh masa tabi’in, kemudian tabi’ut tabiin dan seterusnya. Ilmu-ilmu itu terus diwariskan dari generasi ke generasi. Hingga peradaban Islam itu terus bersinar menerangi seantero alam semesta ini, padahal sebelumnya umat manusia berada dalam kejahiliyahan. Inilah bentuk keberhasilan Rosululloh saw melaksanakan amanah risalah dari Alloh SWT. Firman Alloh SWT, “Alloh pelindung orang-orang yang beriman, mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan kepada cahaya..” (QS. Al-Baqoroh: 257). Dan sepanjang kaum muslimin menjadi umat berilmu maka derajat mereka akan selalu diangkat oleh Alloh. “Alloh mengangkat orang-orang beriman dari kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (Al-Mujadilah: 11).
Namun, umat Islam pada saat ini telah mengalami kemunduran dalam kehidupan mereka kerena mereka tidak lagi menjadi generasi yang cinta ilmu. Oleh karena itu, jika kita ingin kembali berjaya dengan memiliki peradaban yang mulia, maka kita mesti memulainya dengan semangat menuntut ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar