Abdullah bin Umar ra ketika masa
remajanya mendapatkan nasihat yang sangat berharga dari Rosululloh saw. Nasihat
dari seorang Pendidik ulung yang telah melahirkan generasi sahabat, generasi
terbaik sepanjang zaman. Pada saat itu usia Abdullah bin Umar ra bersama
Rasulullah saw di Madinah antara 13 – 21 tahun. Siapa yang tidak kenal Abdullah
bin Umar ra? Sahabat muda yang mendapat pendidikan langsung dari Rosululloh saw
dan dari ayahnya sendiri, Umar bin Khottob ra. Sehingga kemuliaannya mirip
dengan kemuliaan ayahnya. Dia terkenal dengan ketakwaannya, kezuhudannya,
kedermawanannya dan keilmuannya. Rosululloh saw pernah bersabda tentangnya: “Sebaik-baik
laki-laki adalah Abdullah bin Umar, jika ia sholat malam, ia memanjangkannya.” Ia
banyak bershodaqoh untuk fakir miskin. Dengan keilmuan yang telah dia raih, ia
adalah ulama sahabat yang banyak tahu tentang hadits Rosululloh saw, sebagai
seorang hakim, bahkan sangat layak untuk menjadi kholifah sehingga sering
sekali beliau diminta untuk menjadi kholifah, namun karena kezuhudannya dia
selalu menolak. Terlebih ayahnya berpesan agar jangan ada lagi dari pihak
keluarganya yang memikul beban kholifah selain dirinya.
Suatu ketika Rosululloh saw menepuk
punggung Abdullah bin Umar ra, sebuah sentuhan fisik
yang menunjukkan kasih sayang dan rasa persahabatan Rosululloh saw terhadap
Ibnu Umar yang saat itu masih belia. Ibnu Umar
menceritakan: “Rosululloh saw menepuk kedua punggungku seraya berkata:
كُنْ فِي
الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ
“Jadilah engkau hidup di dunia
ini bagaikan orang asing atau orang yang sedang dalam perjalanan.”
Pesan Rosululloh saw itu ditafsirkan
oleh Ibnu Umar dengan berkata:
إِذَا
أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ
الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِسَقَمِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
“Apabila kamu berada di sore hari, maka janganlah
menunggu pagi. Dan apabila kamu berada di pagi hari, janganlah menunggu sore
hari. Ambillah masa sehatmu untuk masa sakitmu, dan dari masa hidupmu untuk
masa meninggalmu.” (HR. Bukhori, Kitab
Roqoiq No. 6416, Bulugul Marom, Kitab Zuhud Wal Waro, Bab Al-Hatsu
‘alaz zuhdi fid dunya, no.1388).
Nasihat singkat Rosululloh saw itu
sangat berbekas dalam jiwa Abdullah bin Umar ra sehingga ia menjadikan setiap
waktu dalam hidupnya adalah amal sholeh yang dipersimbahkan untuk Alloh, dan
tak mau melewati sedetikpun untuk kesia-siaan.
Semasa bersama Rosululloh saw baik di
Mekah ketika masih kecil, ataupun di Madinah ketika menginjak remaja, Ibnu Umar
selalu meneladani Rosululloh saw, bahkan dalam hal sekecil apapun. Nafi’
berkata: “Kalau kamu melihat Ibnu Umar sedang mengikuti Rosululloh saw, kamu
akan berkata: “Ini orang gila”. Nafi’ melanjutkan: bahwa Ibnu Umar
selalu mengikuti jejak-jejak Rosululloh saw di setiap tempat dimana beliau
sholat padanya, hingga Rosululloh saw duduk di bawah pohon pun, maka Ibnu Umar
selalu mendatangi pohon tersebut, lalu dia menyiram akarnya agar tidak
kekeringan.” (Siyar A’lam An-Nubala, hl. 2437). Begitulah hebatnya Ibnu
Umar ra mengikuti jejak Rosululloh saw, yang keteladanannya selalu ia jadikan
prinsip dalam hidupnya. Rosululloh saw sangat berkesan di hatinya, hingga
setiap beliau menyebutkan nama Rosululloh saw, berlinanglah air matanya.
Pesan Rosululloh saw itu selalu ia
amalkan. Ia jadikan seluruh hidupnya untuk meneladani Nabi saw. Ia jadikan
siang dan malamnya untuk beribadah kepada Alloh SWT. Bahkan, semenjak ia
bermimpi melihat neraka, lalu Rosululloh saw berpesan kepadanya agar
melaksanakan sholat malam, maka ia pun tak pernah meninggalkan sholat malam.
Ibnu Umar ra menceritakannya: “Apabila ada seseorang yang bermimpi pada masa
Rasulullah saw, maka ia pun akan menceritakan mimpi itu kepada Rasulullah,
hingga saya juga ingin sekali bermimpi dan menceritakannya kepada beliau.
Ketika remaja, pada masa Rasulullah saw, saya pernah tertidur di masjid. Dalam
tidur itu saya bermimpi bahwa ada dua malaikat yang menangkap saya dan membawa
saya ke neraka yang tepinya berdinding seperti sumur dengan dua tali seperti
tali sumur. Ternyata
di dalam sumur tersebut ada beberapa orang yang saya kenal dan segera saya
ucapkan: ‘Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka. Aku berlindung kepada
Allah dari siksa neraka. Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka.’ Tak
lama kemudian, kedua malaikat tersebut ditemui oleh satu malaikat lain dan ia
berkata kepada saya; ‘Kamu akan aman.’ Lalu saya ceritakan mimpi saya itu
kepada Hafshah ra dan Hafshah menceritakannya kepada
Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw bersabda:
‘Sebaik-baik orang adalah Abdullah bin Umar ra, jika ia berkenan melaksanakan
shalat di sebagian malam.’ Salim ra berkata; ‘Setelah itu Abdullah bin Umar ra
tidak pernah tidur di malam hari kecuali sebentar.’ (Siyar A’lam An-Nubala, hal.2436).
Itulah Abdullah bin Umar ra yang pernah
diberi nasihat oleh Rosululloh saw agar hidup di dunia ini seperti orang asing
atau yang sedang dalam perjalanan. Ibnu Hajar Al-Asqolani menempatkan hadits
tersebut dalam kitab Zuhud dan Waro’. Zuhud artinya memalingkan hati dari
kesenangan dunia untuk berharap kesenangan di akhirat, tidak memasukkan dunia
ke dalam hatinya walaupun ada di tangannya. Sedangkan waro adalah derajat
ketakwaan yang tinggi, cirinya adalah meninggalkan yang syubhat (yang
samar-samar) karena takut terjerumus kepada yang haram. Nasihat Rosululloh saw
tersebut adalah motivasi agar kita berambisi meraih kesenangan di akhirat,
bukan di dunia, karena dunia ini fana, cepat lenyapnya. Saat kita merasa
senang, tak berapa lama akan
berganti menjadi kesusahan. Begitupun sebaliknya, saat
kita merasa susah, tak berapa lama akan berganti dengan kesenangan. Kesenangan dan kesusahan yang kita rasakan di
dunia lenyap begitu saja tanpa bekas manakala kita tiba di akhirat. Maka kata
Rosul saw, jadilah seperti orang asing. Orang asing itu ketika berada di suatu
tempat ia selalu berhati-hati dan selalu menjaga sikapnya. Tidak sembarangan
bergaul dengan siapa saja, karena khawatir teman pergaulan itu akan
mencelakakan dirinya. Ia tidak terlalu mengikuti kebanyakan orang, karena hal
itu dapat menyesatkannya, sebagaimana disebutkan Alloh SWT dalam surat Al-An’am
ayat 116. Ia selalu berpegang teguh kepada prinsip ajaran Islam, meskipun
orang-orang di sekitarnya merasa aneh terhadapnya.
Rosululloh saw juga berpesan agar hidup
di dunia bagaikan seorang musafir yang sedang dalam perjalanan. Seorang musafir
tentunya selalu menyiapkan bekal dalam perjalanannya. Hidup kita di dunia ini
adalah perjalanan yang singkat menuju akhirat, maka saat inilah kita berbekal
dengan amal sholeh kita untuk tempat yang kita tuju di akhirat kelak. Untuk itu
Ibnu Umar menyambung nasihatnya untuk kita agar jangan menunda-nunda suatu amal
sholeh untuk dilakukan. Jika
kita memiliki amal sholeh untuk dikerjakan di sore hari jangan menunggu esok pagi. Dan jika kita
memiliki amal sholeh untuk dilakukan di pagi hari, jangan menunggu sore hari.
Karena siapa yang mampu menjamin bahwa umur kita akan sampai ke waktu
berikutnya.
Bersegera
melakukan amal sholeh dan tidak menunda-nundanya merupakan pola hidup seorang
muslim. Para salafus sholih telah mengamalkannya. Diantaranya tercermin dalam surat Umar bin Khottob ra kepada Abu Musa
Al-‘Asy’ari.
كَتَبَ عُمر بْنُ الخَطَّاب اِلىَ أَبىِ مُوسَى الأشْعَرِى
وَهُوَ بالبَصْرَةِ : "لاَ تُؤَجِّلْ عَمَلَ اليَومِ الِىَ الغَدِّ
فَتَزْدَحِمُ عَلَيْكَ الأَعْمَالُ فَتَضِيْعُ
"
“Suatu
ketika Umar bin Khattab menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari –waktu itu
beliau sedang di Bashrah- : “ Janganlah anda menunda pekerjaan hari
ini pada esok hari, karena pekerjaan anda akan menjadi menumpuk sehingga (tidak
sanggup anda kerjakan ) dan akan hilang semuanya.”
Begitu pula layak kita contoh Umar bin
Abdul Azis sikap disiplinnya dalam waktu:
Ada
seseorang bertanya kepada Umar bin Abdul Aziz: “Sebaiknya tuan bertamasya
dan beristirahat.” Beliau bertanya: “Jika
saya beristirahat siapa yang menggantiku?”
Mereka berkata: “Anda bisa menundanya sampai besok.”
Beliau berkata: “Pekerjaan satu hari saja sudah menyusahkanku, apalagi kalau
saya harus mengerjakan dua pekerjaan dalam satu hari.”
Itu menunjukkan betapa berharganya
waktu. Beberapa saat saja kita lalaikan, kerugian besar yang akan menimpa kita.
Itulah mengapa Alloh SWT sering bersumpah atas nama waktu dalam Al-Qur’an.
Rosululloh saw berpesan: “Pergunakanlah
lima perkara sebelum datangnya lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa
tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang
masa miskinmu, masa luangmu sebelum datang masa sempitmu, dan masa hidupmu
sebelum masa meninggalmu.” (HR. Hakim dari Ibnu Abbas).
Ibnu Umar ra sejak masa remajanya sudah
diajarkan untuk memanfaatkan masa mudanya dengan baik. Karena dalam masa muda
itulah justeru terdapat potensi yang maksimal untuk beribadah kepada Alloh.
Mencari ilmu, beramal sholeh, jihad, dst. Berbeda dengan anak muda sekarang
yang suka leha-leha. Dan mereka menganggap masa muda itu untuk leha-leha.
Padahal di sana terdapat pertanggungjawaban dari Alloh SWT.
Dari
lima perkara tersebut, Ibnu Umar ra menekankan dua diantaranya: masa sehat dan
hidup. Jika sekarang sehat, bisa jadi besok akan sakit. Dan jika sekarang kita
masih hidup, bisa jadi esok hari kita hanya menjadi seonggok jasad yang tak
bernyawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar