Jumat, 02 September 2016

Beramal jangan menunggu esok



Abdullah bin Umar ra ketika masa remajanya mendapatkan nasihat yang sangat berharga dari Rosululloh saw. Nasihat dari seorang Pendidik ulung yang telah melahirkan generasi sahabat, generasi terbaik sepanjang zaman. Pada saat itu usia Abdullah bin Umar ra bersama Rasulullah saw di Madinah antara 13 – 21 tahun. Siapa yang tidak kenal Abdullah bin Umar ra? Sahabat muda yang mendapat pendidikan langsung dari Rosululloh saw dan dari ayahnya sendiri, Umar bin Khottob ra. Sehingga kemuliaannya mirip dengan kemuliaan ayahnya. Dia terkenal dengan ketakwaannya, kezuhudannya, kedermawanannya dan keilmuannya. Rosululloh saw pernah bersabda tentangnya: “Sebaik-baik laki-laki adalah Abdullah bin Umar, jika ia sholat malam, ia memanjangkannya.” Ia banyak bershodaqoh untuk fakir miskin. Dengan keilmuan yang telah dia raih, ia adalah ulama sahabat yang banyak tahu tentang hadits Rosululloh saw, sebagai seorang hakim, bahkan sangat layak untuk menjadi kholifah sehingga sering sekali beliau diminta untuk menjadi kholifah, namun karena kezuhudannya dia selalu menolak. Terlebih ayahnya berpesan agar jangan ada lagi dari pihak keluarganya yang memikul beban kholifah selain dirinya.
Suatu ketika Rosululloh saw menepuk punggung Abdullah bin Umar ra, sebuah sentuhan fisik yang menunjukkan kasih sayang dan rasa persahabatan Rosululloh saw terhadap Ibnu Umar yang saat itu masih belia. Ibnu Umar menceritakan: “Rosululloh saw menepuk kedua punggungku seraya berkata:
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ

Jadilah engkau hidup di dunia ini bagaikan orang asing atau orang yang sedang dalam perjalanan.”
Pesan Rosululloh saw itu ditafsirkan oleh Ibnu Umar dengan berkata:
إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِسَقَمِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
“Apabila kamu berada di sore hari, maka janganlah menunggu pagi. Dan apabila kamu berada di pagi hari, janganlah menunggu sore hari. Ambillah masa sehatmu untuk masa sakitmu, dan dari masa hidupmu untuk masa meninggalmu.” (HR. Bukhori, Kitab Roqoiq No. 6416, Bulugul Marom, Kitab Zuhud Wal Waro, Bab Al-Hatsu ‘alaz zuhdi fid dunya, no.1388).
Nasihat singkat Rosululloh saw itu sangat berbekas dalam jiwa Abdullah bin Umar ra sehingga ia menjadikan setiap waktu dalam hidupnya adalah amal sholeh yang dipersimbahkan untuk Alloh, dan tak mau melewati sedetikpun untuk kesia-siaan.
Semasa bersama Rosululloh saw baik di Mekah ketika masih kecil, ataupun di Madinah ketika menginjak remaja, Ibnu Umar selalu meneladani Rosululloh saw, bahkan dalam hal sekecil apapun. Nafi’ berkata: “Kalau kamu melihat Ibnu Umar sedang mengikuti Rosululloh saw, kamu akan berkata: “Ini orang gila”. Nafi’ melanjutkan: bahwa Ibnu Umar selalu mengikuti jejak-jejak Rosululloh saw di setiap tempat dimana beliau sholat padanya, hingga Rosululloh saw duduk di bawah pohon pun, maka Ibnu Umar selalu mendatangi pohon tersebut, lalu dia menyiram akarnya agar tidak kekeringan.” (Siyar A’lam An-Nubala, hl. 2437). Begitulah hebatnya Ibnu Umar ra mengikuti jejak Rosululloh saw, yang keteladanannya selalu ia jadikan prinsip dalam hidupnya. Rosululloh saw sangat berkesan di hatinya, hingga setiap beliau menyebutkan nama Rosululloh saw, berlinanglah air matanya.
Pesan Rosululloh saw itu selalu ia amalkan. Ia jadikan seluruh hidupnya untuk meneladani Nabi saw. Ia jadikan siang dan malamnya untuk beribadah kepada Alloh SWT. Bahkan, semenjak ia bermimpi melihat neraka, lalu Rosululloh saw berpesan kepadanya agar melaksanakan sholat malam, maka ia pun tak pernah meninggalkan sholat malam. Ibnu Umar ra menceritakannya: “Apabila ada seseorang yang bermimpi pada masa Rasulullah saw, maka ia pun akan menceritakan mimpi itu kepada Rasulullah, hingga saya juga ingin sekali bermimpi dan menceritakannya kepada beliau. Ketika remaja, pada masa Rasulullah saw, saya pernah tertidur di masjid. Dalam tidur itu saya bermimpi bahwa ada dua malaikat yang menangkap saya dan membawa saya ke neraka yang tepinya berdinding seperti sumur dengan dua tali seperti tali sumur. Ternyata di dalam sumur tersebut ada beberapa orang yang saya kenal dan segera saya ucapkan: ‘Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka. Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka. Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka.’ Tak lama kemudian, kedua malaikat tersebut ditemui oleh satu malaikat lain dan ia berkata kepada saya; ‘Kamu akan aman.’ Lalu saya ceritakan mimpi saya itu kepada Hafshah ra dan Hafshah menceritakannya kepada Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw bersabda: ‘Sebaik-baik orang adalah Abdullah bin Umar ra, jika ia berkenan melaksanakan shalat di sebagian malam.’ Salim ra berkata; ‘Setelah itu Abdullah bin Umar ra tidak pernah tidur di malam hari kecuali sebentar.’ (Siyar A’lam An-Nubala, hal.2436).
Itulah Abdullah bin Umar ra yang pernah diberi nasihat oleh Rosululloh saw agar hidup di dunia ini seperti orang asing atau yang sedang dalam perjalanan. Ibnu Hajar Al-Asqolani menempatkan hadits tersebut dalam kitab Zuhud dan Waro’. Zuhud artinya memalingkan hati dari kesenangan dunia untuk berharap kesenangan di akhirat, tidak memasukkan dunia ke dalam hatinya walaupun ada di tangannya. Sedangkan waro adalah derajat ketakwaan yang tinggi, cirinya adalah meninggalkan yang syubhat (yang samar-samar) karena takut terjerumus kepada yang haram. Nasihat Rosululloh saw tersebut adalah motivasi agar kita berambisi meraih kesenangan di akhirat, bukan di dunia, karena dunia ini fana, cepat lenyapnya. Saat kita merasa senang, tak berapa lama akan berganti menjadi kesusahan. Begitupun sebaliknya, saat kita merasa susah, tak berapa lama akan berganti dengan kesenangan. Kesenangan dan kesusahan yang kita rasakan di dunia lenyap begitu saja tanpa bekas manakala kita tiba di akhirat. Maka kata Rosul saw, jadilah seperti orang asing. Orang asing itu ketika berada di suatu tempat ia selalu berhati-hati dan selalu menjaga sikapnya. Tidak sembarangan bergaul dengan siapa saja, karena khawatir teman pergaulan itu akan mencelakakan dirinya. Ia tidak terlalu mengikuti kebanyakan orang, karena hal itu dapat menyesatkannya, sebagaimana disebutkan Alloh SWT dalam surat Al-An’am ayat 116. Ia selalu berpegang teguh kepada prinsip ajaran Islam, meskipun orang-orang di sekitarnya merasa aneh terhadapnya.
Rosululloh saw juga berpesan agar hidup di dunia bagaikan seorang musafir yang sedang dalam perjalanan. Seorang musafir tentunya selalu menyiapkan bekal dalam perjalanannya. Hidup kita di dunia ini adalah perjalanan yang singkat menuju akhirat, maka saat inilah kita berbekal dengan amal sholeh kita untuk tempat yang kita tuju di akhirat kelak. Untuk itu Ibnu Umar menyambung nasihatnya untuk kita agar jangan menunda-nunda suatu amal sholeh untuk dilakukan. Jika kita memiliki amal sholeh untuk dikerjakan di sore hari  jangan menunggu esok pagi. Dan jika kita memiliki amal sholeh untuk dilakukan di pagi hari, jangan menunggu sore hari. Karena siapa yang mampu menjamin bahwa umur kita akan sampai ke waktu berikutnya.
Bersegera melakukan amal sholeh dan tidak menunda-nundanya merupakan pola hidup seorang muslim. Para salafus sholih telah mengamalkannya. Diantaranya tercermin dalam surat Umar bin Khottob ra kepada Abu Musa Al-‘Asy’ari.
كَتَبَ عُمر بْنُ الخَطَّاب اِلىَ أَبىِ مُوسَى الأشْعَرِى وَهُوَ بالبَصْرَةِ : "لاَ تُؤَجِّلْ عَمَلَ اليَومِ الِىَ الغَدِّ فَتَزْدَحِمُ عَلَيْكَ الأَعْمَالُ فَتَضِيْعُ "
“Suatu ketika Umar bin Khattab menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari –waktu itu beliau sedang di Bashrah- : “ Janganlah anda menunda  pekerjaan hari ini pada esok hari, karena pekerjaan anda akan menjadi menumpuk sehingga (tidak sanggup anda kerjakan ) dan akan hilang semuanya.
Begitu pula layak kita contoh Umar bin Abdul Azis sikap disiplinnya dalam waktu:
Ada seseorang bertanya kepada Umar bin Abdul Aziz: “Sebaiknya tuan bertamasya dan beristirahat. Beliau bertanya: “Jika saya beristirahat siapa yang menggantiku? Mereka berkata: “Anda bisa menundanya sampai besok. Beliau berkata: “Pekerjaan satu hari saja sudah menyusahkanku, apalagi kalau saya harus mengerjakan dua pekerjaan dalam satu hari.
Itu menunjukkan betapa berharganya waktu. Beberapa saat saja kita lalaikan, kerugian besar yang akan menimpa kita. Itulah mengapa Alloh SWT sering bersumpah atas nama waktu dalam Al-Qur’an.
Rosululloh saw berpesan: “Pergunakanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa luangmu sebelum datang masa sempitmu, dan masa hidupmu sebelum masa meninggalmu.” (HR. Hakim dari Ibnu Abbas).
Ibnu Umar ra sejak masa remajanya sudah diajarkan untuk memanfaatkan masa mudanya dengan baik. Karena dalam masa muda itulah justeru terdapat potensi yang maksimal untuk beribadah kepada Alloh. Mencari ilmu, beramal sholeh, jihad, dst. Berbeda dengan anak muda sekarang yang suka leha-leha. Dan mereka menganggap masa muda itu untuk leha-leha. Padahal di sana terdapat pertanggungjawaban dari Alloh SWT.
Dari lima perkara tersebut, Ibnu Umar ra menekankan dua diantaranya: masa sehat dan hidup. Jika sekarang sehat, bisa jadi besok akan sakit. Dan jika sekarang kita masih hidup, bisa jadi esok hari kita hanya menjadi seonggok jasad yang tak bernyawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar