Tahapan belajar dalam Islam sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an adalah : tilawah (pembacaan ayat-ayat-Nya agar tumbuh keimanan), lalu tazkiyyah (pensucian jiwa), lalu ta'lim (pengajaran ilmu dengan prioritas ilmu Al-Qur'an dan Sunnah).
Jelaslah, jika kita ingin berhasil dalam belajar ilmu, khususnya ilmu Islam, setelah tumbuh keimanan dalam hati yang mendorong untuk belajar, lalu mulailah dengan kebersihan hati. Agar ilmu itu bisa meresap ke dalam hati, memberi manfaat dan menjadi penerang jalan.
Allah SWT telah memberi contoh di dalam Al-Qur'an tentang sifat-sifat pembelajar yang baik, yaitu kisah Abdullah bin Ummi Maktum, meskipun ia seorang yang buta.
عَبَسَ وَتَوَلَّىٰۤ (١) أَن جَاۤءَهُ ٱلۡأَعۡمَىٰ (٢) وَمَا یُدۡرِیكَ لَعَلَّهُ یَزَّكَّىٰۤ (٣) أَوۡ یَذَّكَّرُ فَتَنفَعَهُ ٱلذِّكۡرَىٰۤ (٤) أَمَّا مَنِ ٱسۡتَغۡنَىٰ (٥) فَأَنتَ لَهُ تَصَدَّىٰ (٦) وَمَا عَلَیۡكَ أَلَّا یَزَّكَّىٰ (٧) وَأَمَّا مَن جَاۤءَكَ یَسۡعَىٰ (٨) وَهُوَ یَخۡشَىٰ (٩) فَأَنتَ عَنۡهُ تَلَهَّىٰ (١٠)
"Dia telah bermuka masam dan berpaling. Karena datang kepadanya seorang yang buta. Tahukah engkau, barangkali ia ingin membersihkan diri) Atau mendapat pengajaran lalu pengajaran itu bermanfaat untuknya. Adapun orang yang merasa diri serba cukup. Engkau memberikan pelayanan kepadanya. Padahal tidak ada celaan atasmu kalau dia tidak membersihkan diri. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersusah payah. Dan dia memiliki rasa takut (kepada Allah). Engkau mengabaikannya." (QS. 'Abasa : 1-10).
Allah menyebutkan sifat-sifat Abdullah bin Ummi Maktum yang ingin belajar kepada Rasul saw, sebagai teladan bagi setiap pembelajar. Yaitu tekad ingin membersihkan diri, berorientasi mendapat manfaat dari pengajaran yang diberikan, datang dengan bersusah payah dan memiliki rasa takut kepada Allah.
Untuk itu, Syekh Badruddin Ibnu Jama'ah dalam kitabnya; Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim menyebutkan adab paling pertama bagi seorang penuntut ilmu adalah membersihkan hatinya.
(الأول) أن يطهر قلبه من كل غش ودنس وغلّ وحسد وسوء عقيدة وخلق؛ ليصلح بذلك لقبول العلم وحفظه، والاطلاع على دقائق معانيه وحقائق غوامضه، فإن العلم ـ كما قال بعضهم ـ صلاة السر وعبادة القلب وقربة الباطن، وكما لا تصح الصلاة التي هي عبادة الجوارح الظاهرة إلا بطهارة الظاهر من الحدث والخبث فكذلك لا يصح العلم الذي هو عبادة القلب إلا بطهارته عن خبث الصفات وحدث مساوئ الأخلاق ورديئها.
وإذا طيب القلب للعلم ظهرت بركته ونما، كالأرض إذا طيبت للزرع نما زرعها وزكا، وفي الحديث: "إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد كله ألا وهي القلب"، وقال سهل: "حرام على قلب أن يدخله النور وفيه شيء مما يكره الله عز وجل".
(Adab pertama) Hendaklah seorang penuntut ilmu mensucikan hatinya dari setiap kecurangan dan sikap kotor, iri dan dengki, serta buruknya aqidah dan akhlaq. Agar dengan itu ia layak memperoleh ilmu dan menghapalnya, mengamati kedalaman-kedalaman maknanya dan hakikat-hakikatnya yang tersembunyi. Karena ilmu -sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama- adalah shalat rahasia, ibadah hati, dan mendekatkan diri kepada Allah secara batin. Sebagaimana tidak sah shalat yang merupakan ibadah anggota badan yang zahir kecuali dengan kesucian zahir dari hadats dan najis, begitu pula tidak sah ilmu yang merupakan ibadah hati kecuali dengan kesuciannya dari kenajisan sifat dan hadatsnya keburukan akhlaq dan kejelekannya.
Apabila hati itu telah bersih untuk ilmu maka nampaklah keberkahannya dan tumbuh, seperti halnya tanah apabila dibersihkan untuk tanaman, maka tumbuhlah tanamannya dan berkembang. Di dalam hadits disebutkan : "Sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, ia adalah hati. (HR. Bukhari no.52, Muslim no.1599). Sahl (At-Tustari) berkata : "Haram bagi hati untuk masuk cahaya ke dalamnya, sedangkan di dalamnya ada sesuatu yang dibenci oleh Allah." (Tadzkirotus Sami' wal Mutakallim, hal.86).
(Muhammad Atim, Jalan Menuntut Ilmu Syar'i).
Sabtu, 10 September 2022
Memulai dengan Kebersihan Hati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar