Minggu, 07 Februari 2021

Toleransi Tidak Mesti Mengucapkan Selamat

 Artikel ini diitulis tanggal 25 Desember 2020

Oleh : Muhammad Atim

 Toleransi dengan mengucapkan selamat beda ga sih?

 Saya kira ini sangat mudah sekali dipahami perbedaannya.

 Toleransi artinya menghargai hak orang lain untuk menganut pendapat dan keyakinan yang berbeda dengan kita. Implementasinya adalah dengan memberi kebebasan kepada mereka dalam menjalankan pendapat dan keyakinannya, tanpa diganggu dan dihina. Selama masih dalam batas tidak mencedrai yang lain. Ini sesuai dengan ajaran Islam, bahwa tidak ada paksaan agar orang menganut agama Islam. Da'wah di dalam syariat Islam itu artinya menawarkan dan mengajak, tidak memaksa.

 Sedangkan mengucapkan selamat, ini sudah melebihi makna toleransi. Ada rasa saling mencintai dan senang terhadap suatu keberhasilan yang diraih atau terhadap suatu perayaan. Di dalam Islam tidak dilarang adanya rasa cinta terhadap sesama manusia meskipun berbeda agama. Kita mencintai orang di luar agama kita dalam batas kemanusiaan dan keduniaan. Bahkan kita diperintahkan untuk berbuat baik dan berbuat adil kepada mereka. Inilah makna Islam membawa rahmat bagi seluruh alam. Maka dalam hal-hal keduniaan, kita boleh mengucapkan selamat. Misalnya selamat atas kelulusan studinya, selamat atas pernikahannya, dan sebagainya. Ini boleh kita ucapkan kepada non-muslim yang mau hidup rukun bersama kita, mau menjalin tali kasih dalam persaudaraan kemanusiaan, bukan kepada mereka yang memusuhi dan memerangi kita.

 Adapun dalam perayaan-perayaan khusus keagamaan, yang sangat erat kaitannya dengan keyakinan. Ini adalah wilayah yang tidak boleh dilabrak. Karena akan mengaburkan keyakinan itu sendiri. Perayaan Natal itu adalah perayaan khusus keagamaan. Dimana kaum kristiani merayakan kelahiran yesus yang mereka klaim sebagai Tuhan dan anak Tuhan. Sedangkan kita, sebagai muslim tidak meyakini itu. Maka sudah sewajarnya untuk konsisten dalam keyakinan sendiri. Mengucapkan selamat terhadap perayaan tersebut berarti ikut senang terhadapnya. Padahal dalam pandangan keyakinan seorang muslim, natal berisi kemungkaran yang sangat besar karena merayakan kelahiran anak tuhan yang termasuk kategori kekufuran. Di sini bukanlah tempatnya toleransi. Maka wajar jika mengucapkan selamat atas perayaan ini dihukumi haram, meskipun pengucapnya tidak setuju dengan isinya. Hal ini sama seperti mengucapkan selamat atas kemungkaran yang lain, misalnya selamat atas minum khomer, selamat atas makan babi, mencuri, berzina dan lain sebagainya. Jika mengucapkannya disertai dengan sikap setuju atas isinya, artinya menyetujui kelahiran yesus sebagai tuhan, maka jelas ini adalah kekufuran.

Sebagai seorang muslim, harusnya senantiasa mengahayati aqidahnya. Takut akan kemarahan Allah yang dipersekutukan dengan yang lain, dan dikatakan memiliki anak.

 وَيُنْذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا (4) مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ ۚ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ ۚ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا (5)

 "Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: "Allah mengambil seorang anak. Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta." (QS. Al-Kahfi : 4-5).

 تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (90) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا (91) وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَٰنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا (92

 "Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak." (QS. Maryam : 90-92).

Semoga Allah senantiasa menjaga iman kita hingga akhir hayat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar