Tadabur Ayat-ayat Shaum - 4
Oleh : Muhammad Atim
شَهْرُ
رَمَضَانَ ...
“Bulan Ramadhan ..." (QS. Al-Baqarah : 185).
Ayat ini sebagai penjelas dari ayat sebelumnya bahwa yang
dimaksud dengan “hari-hari yang terhitung” adalah satu bulan Ramadhan. Penyebutan
kata “bulan Ramadhan” adalah suatu keistimewaan, karena tidak semata-mata Allah
menyebutkan sesuatu secara khusus kecuali terdapat keistimewaan di dalamnya. Keistimewaan
dan keutamaan bulan Ramadhan disebutkan di dalam berbagai hadits. Imam Muslim rahimahullah
menuliskan di dalam shahihnya tentang bab keutamaan bulan Ramadhan, ia
mengemukakan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata,
bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ
فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ
“Apabila telah datang Ramadhan, dibukalah pintu-pintu
surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan dibelenggulah syetan-syetan.” (HR. Muslim no.1079).
Imam Bukhari pun meriwayatkan hadits yang senada di tiga
tempat dalam kitab shahihnya yaitu dengan nomer 1898,1899 dan 3277. Dari tiga
jalur tersebut, ada satu hadits yang menyebutkan “dibukakan pintu langit”
sebagai pengganti dari “dibukakan pintu surga”.
Imam Nasai meriwayatkan dengan redaksi yang lebih panjang
berikut ini,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ
صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ
الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ
مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
Dari Abu Hurairah radhiayallahu ‘anhu, dia
berkata, Rasulullah ﷺ bersabda : "Ramadlan telah datang
kepada kalian, ia adalah bulan yang diberkahi, Allah -Azza wa Jalla- telah
mewajibkan kepada kalian berpuasa. Di bulan itu pintu langit dibuka, dan pintu
neraka Jahim ditutup dan syetan pembangkang dibelenggu. Demi Allah di bulan itu
ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang terhalangi
mendapatkan kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi mendapatkannya." (HR.
Nasai no. 2106).
Apa yang dimaksud dengan pintu surga / pintu langit
dibuka, pintu neraka ditutup, dan syetan-syetan dibelenggu?
Imam Nawawi di dalam syarah shahih Muslim menukil uraian
Qadhi ‘Iyadh, ia berkata :
“Hadits tersebut berkemungkinan untuk dipahami secara
zhahir dan hakikatnya, bahwa dibukakannya pintu surga, ditutupnya pintu neraka
jahannam dan dibelenggunya syetan-syetan adalah sebagai tanda masuknya bulan
Ramadhan dan sebagai pengagungan terhadap kemuliaannya. Dibelenggunya syetan
itu untuk mencegah dari mengganggu dan merusak orang-orang beriman.” Ia berkata, “Dan berkemungkinan
yang dimaksud adalah makna majaz, ia menjadi isyarat dari banyaknya pahala dan
ampunan, dan bahwa syetan-syetan itu sedikit dalam menggoda dan mengganggu
mereka, maka para syetan itu seperti dibelenggu. Dibelenggunya syetan itu dari
melakukan suatu hal, tetapi tidak dalam hal lain, terhadap sebagian manusia,
tetapi tidak terhadap sebagian yang lain. Hal ini dikuatkan dengan riwayat yang
kedua yaitu “dibukakan pintu-pintu rahmat”, dan terdapat di dalam hadits lain “dibelenggu
syetan-syetan pembangkang”. Qadhi ‘Iyadh berkata, “Dan berkemungkinan
dibukanya pintu-pintu surga adalah suatu ungkapan dari Allah subhanahu wata’ala
membukakan bagi hamba-hamba-Nya berbagai ketaatan di bulan ini yang tidak ada
pada bulan yang lain, secara umum seperti shaum, qiyam Ramadhan, mengerjakan
kebaikan-kebaikan dan terlepas dari melakukan banyak pelanggaran-pelanggaran,
dan ini semua adalah sebab-sebab untuk masuk ke dalam surga dan pintu-pintunya.
Begitu pula ditutupnya neraka dan dibelenggunya syetan-syetan adalah ungkapan dari
terlepasnya mereka dari melakukan pelanggaran-pelanggaran. Makna “shuffidat”
adalah “ghullilat” (dibelenggu). Ash-Shafadu itu dengan memfathahkan fa, dan
al-ghull dengan mendhamahkan ghain, dan ia bermakna dirantai dalam riwayat
lain.” Ini adalah perkataan Qadhi ‘Iyadh,
atau ada perubahan redaksi yang semakna dengan makna perkataannya.”[1]
Hadits di atas menunjukkan keistimewaan bulan Ramadhan,
bahwa ia adalah waktu berseminya berbagai kebaikan dan bergugurannya berbagai keburukan,
hawa surga itu semakin dekat terasa, sedangkan hawa neraka menjadi jauh tak
terasa, dan tak ada celah bagi syetan-syetan untuk menggoda. Tentu saja ini
berlaku bagi orang-orang beriman dan gemar beramal shaleh, tidak bagi
orang-orang kafir dan orang-orang fasik. Bagi mereka, Ramadhan sama sekali tidak
memberi pengaruh. Meskipun secara khusus Allah ﷻ mengutus
malaikat pada setiap malam Ramadhan untuk menyeru, sebagaimana disebutkan di
dalam hadits, “Dan menyerulah sang penyeru pada setiap malam, “Wahai pencari
kebaikan, menghadaplah! Dan wahai pencari keburukan, berhentilah! (HR. Nasai,
no. 2107).
Keistimewaan dan keutamaan bulan Ramadhan dapat kita
pahami dengan disebutkannya ia sebagai bulan yang diberkahi, artinya ia adalah
bulan yang terdapat banyak kebaikan di dalamnya. Ia adalah bulan diampuninya
dosa dan diselamatkannya seorang hamba dari siksa neraka. Juga karena ada
berbagai ibadah istimewa yang dilakukan padanya, yaitu shaum Ramadhan yang
merupakan rukun Islam keempat, dengan berbagai keutamaan dan hikmahnya, qiyam
Ramadhan yang kemudian dikenal dengan istilah shalat Tarawih, lebih
memperbanyak “tadarus” Al-Qur’an dan berdoa karena doa orang yang shaum itu
diijabah, lebih dermawan, melaksanakan i’tikaf, dan ringkasnya agar menjadi
lebih bertakwa. Dan secara khusus Rasulullah ﷺ menyebutkan
bahwa orang yang melaksanakan umrah pada bulan Ramadhan pahalanya sama dengan
pahala haji. Dan juga di bulan Ramadhan terdapat satu malam yang lebih baik
dari seribu bulan yaitu Lailatul Qadar, artinya jika kita beribadah pada malam
itu pahalanya lebih baik dari beribadah pada seribu bulan yang tidak terdapat lailatul
qadar di dalamnya. Itu semua yang disebutkan di dalam ayat dan hadits-hadits
yang shahih. Adapun tentang dilipatgandakannya pahala dalam berbagai ibadah,
memang tidak ada nash shahih yang jelas di dalam penyebutannya. Namun,
waktu-waktu yang istimewa yang disediakan oleh Allah itu menunjukkan bahwa
ibadah yang dilakukan padanya menjadi istimewa. Wallahu A’lam.
Ada satu penggambaran yang menarik tentang keutamaan
bulan Ramadhan ini, yaitu keutamaannya dibanding sebelas bulan lainnya
diumpamakan seperti keutamaan nabi Yusuf ‘alaihissalam dibanding sebelas
saudaranya, sebagaimana dikemukakan oleh imam Ibnul Jauzi rahimahullah[2].
Seperti halnya Nabi Yusuf as adalah anak yang paling
dicintai oleh Nabi Ya'qub as, begitu pula Ramadhan, bulan yang paling dicintai
oleh Allah ﷻ.
Nabi Yusuf ‘alaihissalam memiliki sifat penyayang
dan pemaaf kepada saudara-saudaranya meskipun telah banyak berbuat jahat
padanya, menyiksanya dan melemparkannya ke sumur. Beliau mengatakan kepada
saudara-saudaranya itu pada akhirnya, "Tidak ada cercaan terhadap
kalian pada hari ini, semoga Allah mengampuni kalian dan Dia Maha Penyayang di
antara para penyayang".
(QS. Yusuf : 92). Begitu pun Ramadhan, satu
bulan yang penuh keberkahan, ampunan dan
penyelamatan dari siksa neraka, yang membuat dosa-dosa pada sebelas bulan
lainnya dapat diampuni.
Pada saat sebelas saudaranya itu datang di kala paceklik
memohon bantuan pemenuhan kekurangannya dan penyelesaian masalahnya, maka Yusuf
‘alaihissalam menyambut kedatangannya, menjamunya, memberi makan saat
mereka lapar, memenuhi kebutuhan dan kekurangannya, menambal kebolongannya, dan
meringankan kesulitannya meskipun mereka dahulu telah berbuat salah. Bahkan
"Yusuf ‘alaihissalam berkata kepada para pelayannya, "Masukkanlah
barang-barang (penukar) mereka ke dalam karung-karungnya, agar mereka
mengetahuinya apabila telah kembali kepada keluarganya, mudah-mudahan mereka
kembali lagi". (QS. Yusuf : 62). Begitulah
Ramadhan mampu memberikan solusi bagi permasalahan di sebelas bulan lainnya,
menambal kebolongan-kebolongannya berupa kekurangan ibadah dan ketergelinciran
dalam dosa.
Nabi Ya'qub as meskipun bersama sebelas anak lainnya
dalam waktu lama, tidak ada di antara baju mereka yang aromanya mampu menyembuhkan
kebutaannya, tetapi aroma baju Nabi Yusuf ‘alaihissalam mampu
mengembalikan kebutaannya bahkan lebih terang benderang. Seperti itulah Ramadhan, aromanya dan
suasananya dapat menyembuhkan si pendosa meski dosanya berlumuran, asalkan dia
mau menghirup dalam-dalam aromanya dengan tenggelam dalam ibadah, memohon
ampunan, berdoa, membaca Al-Qur'an, bersama dengan orang-orang shaleh dengan
syarat adanya keislaman dan keimanan, maka insya Allah ia akan diampuni dan
dibuat melihat kembali mata hatinya yang sebelumnya buta, dan dapat melihat
cahaya petunjuk dengan terang benderang.
Semoga Allah ﷻ memberikan
kesempatan kepada kita di bulan Ramadhan ini untuk menjadi lebih baik, dan
tidak terhalang dari berbagai kebaikan yang disediakan di dalamnya. Aamiin
Ya Rabbal ‘Alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar