Keterangan foto :
Suasana pembelajaran di Masjid Al-Hidayah Cipageran Asri Cimahi Utara
Program 2 tahun setiap hari Ahad sore ba'da ashar s.d. 17.30 WIB
Suasana pembelajaran di Masjid Al-Hidayah Cipageran Asri Cimahi Utara
Program 2 tahun setiap hari Ahad sore ba'da ashar s.d. 17.30 WIB
Oleh : Muhammad Atim
Allah
subhanahu wata'ala telah menjamin wahyu yang Ia turunkan baik
Al-Qur'an maupun hadits akan tetap terjaga keasliannya hingga hari
kiamat. Allah berfirman,
إِنَّا
نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا
لَهُ لَحَافِظُوْنَ
"Sesungguhnya
Kami telah menurunkan peringatan (Al-Qur'an) dan sesungguhnya Kami
baginya benar-benar sebagai penjaganya" (QS. Al-Hijr : 9).
Munculnya
ilmu-ilmu Al-Qur'an dan Hadits adalah fakta yang membuktikan
kebenaran janji-Nya tersebut. Begitupun munculnya ilmu-ilmu bahasa
Arab. Karena Al-Qur'an dan Hadits itu berbahasa Arab, bahasa yang
telah dipilih oleh-Nya sebagai bahasa wahyu terakhir, jika Allah
berjanji menjaga keaslian wahyu-Nya maka secara otomatis Ia juga
menjaga keaslian bahasa Arab. Maka tak heran musuh-musuh Islam
berusaha untuk menjauhkan kaum muslimin dari bahasa Arab, agar
kemudian mereka jauh dari Al-Qur'an dan Hadits sebagai panduan hidup
mereka. Memang mereka tidak akan mampu merubah keaslian wahyu-Nya
sekaligus bahasanya, tapi mereka telah berhasil menjauhkan kaum
muslimin darinya.
Meskipun
Allah telah berjanji, dalam proses pembuktian janji-Nya itu Ia
memberi kesempatan kepada para pemeluk agama-Nya untuk mendapat
kemuliaan dengan ikut berperan di dalamnya. Maka banyak dari para
sahabat, tabi'in dan ulama-ulama berikutnya yang telah mendapat
kemuliaan dengan ikut andil dalam menjaga wahyu-Nya tersebut.
Selepas
Rasulullah saw, para sahabat yang telah terdidik oleh beliau
melanjutkan tugas mengemban amanah risalah. Mereka benar-benar
menjaga amanah itu. Mereka sangat menjaga keaslian bahasa Arab,
karena mereka meyakini itu artinya menjaga keaslian Al-Qur'an.
Khulafaurrasyidin yang menggantikan kepemimpinan Rasulullah saw telah
berhasil melakukan peran itu, bahkan peran mereka sangat besar.
Kesalahan
(lahn) dalam bahasa Arab yang tentu saja berpengaruh pada Al-Qur'an
terjadi secara perlahan. Pada zaman Nabi saw sudah terjadi lahn ini
tetapi sangat jarang sekali, dan beliau langsung menegurnya dengan
keras. Misalnya dalam sebuah hadits riwayat Hakim, jika hadits ini
hasan karena memang ada syawahid yang menguatkan dari kedhaifannya,
bahwa ada seorang lelaki yang melakukan lahn di hadapan Rasulullah
saw, beliau bersabda :
أَرْشِدُوا
أَخَاكُمْ فَقَدْ ضَلَّ
"Bimbinglah
saudara kalian ini, sungguh dia telah sesat".
Betapa
besar kesalahan melakukan lahn ini sampai beliau nenyebutnya sebagai
sebuah kesesatan.
Begitu
pula pada masa kekhalifahan Abu Bakar Shiddiq ra, lahn itu jarang
terjadi, karena belum terlalu banyak orang-orang non-Arab yang masuk
Islam. Peran terbesar beliau adalah jam'ul qur'an (mengumpulkan
al-qur'an) dalam satu mushaf karena banyaknya para penghapal
Al-Qur'an yang meninggal dalam perang riddah (memerangi orang-orang
yang murtad), khawatir al-qur'an itu lenyap. Beliau juga sangat
mewanti-wanti terjadinya lahn, seperti perkataan beliau yang
diriwayatkan oleh Asy-Sya'bi,
لَأَنْ
أَقْرَأَ فَأُسْقِطَ أَحَبُّ إلِيَّ
مِنْ أَنْ أَقْرَأَ فَأَلْحَنَ
"Aku
membaca lalu aku menggugurkan (suatu pembacaan) / tidak membacanya,
lebih aku sukai daripada aku membaca lalu aku melakukan lahn
(kesalahan dalam pembacaan)".
Di
zaman Umar bin Khattab ra mulai bermunculan lahn, maka banyak riwayat
yang menyebutkan teguran beliau terhadap lahn ini.
Diriwayatkan
bahwa Umar melewati sekelompok orang yang sedang memanah tetapi
mereka salah dalam memanah. Umar menegur kesalahan mereka. Lalu
mereka berkata,
نَحْن
قَوْمٌ مُتَعَلِّمِيْنَ
Ini
adalah sebuah lahn. Kata muta'allimin tidak dibaca manshub dengan
"ya" tetapi marfu dengan "wawu", harusnya mereka
mengatakan :
نَحْن
قَوْمٌ مُتَعَلِّمُوْنَ
"Kami
adalah kelompok yang masih belajar"
Lalu
Umar berkata,
وَاللّهِ
لَخَطَؤُكُمْ فِي كَلَامِكُمْ أَشَدُّ
مِنْ خَطَئِكُمْ فِي رَمْيِكُمْ
"Demi
Allah, kesalahan kalian dalam perkataan kalian lebih fatal daripada
kesalahan kalian dalam memanah".
Suatu
hari pada masa kekhalifahan Umar, datang seorang Arab badui. Ia
berkata "Siapa yang mau membacakan untukku sesuatu dari apanyang
diturunkan kepada Muhammad". Lalu ada seorang lelaki yang
membacakan surat Al-Baroah (At-Taubah) dengan lahn,
وَأَذَانٌ
مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ
يَوْمَ الْحَجِّ الأَكْبَرِ أَنَّ اللَّهَ
بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولِهِ
Yaitu
dengan mengkasrohkan huruf lam pada rosulih, maka tentu maknanya
menjadi salah fatal, "bahwa Allah berlepas diri dari orang-orang
musyrik dan rasulnya". Maka karuan saja orang Arab badui itu
salah dalam memahami, ia mengatakan, "Jika Allah berlepas diri
dari rasul-Nya, maka aku lebih berlepas diri darinya". Lalu
sampailah perkataan ini kepada Umar, maka Umar menegurnya, "Bukan
begitu wahai Arab badui!" Orang itu berkata, "Lalu
bagaimana wahai Amirul Mu'minin?" Lalu Umar membacakan ayat
tersebut dengan benar,
وَأَذَانٌ
مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ
يَوْمَ الْحَجِّ الأَكْبَرِ أَنَّ اللَّهَ
بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهِ
Dengan
mendhomahkan lam pada rosuluh yang berarti "bahwa Allah berlepas
diri dari orang-orang musyrik, begitu pula rasul-Nya berlepas diri
dari mereka"
Maka
orang Arab badui itu berkata, "Aku berlepas diri dari yang Allah
dan rasul-Nya berlepas diri dari mereka"
Lalu
Umar menyuruh agar jangan membacakan Al-Qur'an kecuali yang memiliki
ilmu terhadap bahasa Arab.
Selain
itu, dikisahkan bahwa Abu Musa Al-Asy'ari mengirim surat kepada Umar
bin Khattab yang awalnya berisi,
مِنْ
أَبُو مُوْسَى الأَشْعَرِي
Harusnya,
مِنْ
أَبِي مُوْسَى الأَشْعَرِي
Kata
abi majrur karena terletak setelah huruf jar.
Maka
umar menyuruh untuk menghukum juru tulisnya dengan mencambuknya dua
kali karena telah melakukan lahn dan ia merupakan kesalahan fatal.
Dalam riwayat lain disebutkan Umar menyuruhnya untuk
memberhentikannya.
Maka
terkenallah perkataan Umar yang menyuruh untuk mempelajari bahasa
Arab,
تَعَلَّمُوا
الْعَرَبِيَّةَ فَإِنَّهَا تُثْبِتُ
الْعَقْلَ وَتُزِيْدُ فِي الْمُرُوْءَةِ
"Pelajarilah
bahasa Arab, karena sesungguhnya ia menguatkan akal dan menambah
kehormatan"
تَعَلَّمُوا
السُّنَّةَ وَالْفَرَائِضَ وَاللَّحْنَ
كَمَا تَعَلَّمُوْنَ الْقُرْآنَ
"Pelajarilah
sunnah, faroid (ilmu waris) dan lahn (maksudnya di sini adalah bahasa
Arab) sebagaimana kalian mempelajari Al-Qur'an"
Sedangkan
pada masa Utsman bin Affan ra, tak diragukan lagi peran beliau yang
besar dalam menyatukan tulisan Al-Qu'an dalam satu mushaf agar karena
terjadinya perselisihan dalam pembacaan Al-Qur'an di kalangan
muslimin pada saat itu, agar mushaf tersebut dijadikan rujukan saat
terjadi perbedaan.
Terjadinya
lahn tersebut semakin meluas pada zaman Ali bin Abi Thalib ra,
sehingga beliaulah yang menuruh untuk membuat dasar-dasar bahasa Arab
kepada Abul Aswad Ad-Duali (w.97 H). Dan Abul Aswad ini menjadi orang
yang pertama kali menyusun dan meletakkan dasar-dasar ilmu Bahasa
Arab.
______
Program pembelajaran
Bahasa Arab dengan Bahasa Arab Dasar untuk menguasai kosa kata dasar dan
bentuk-bentuk kalimat sederhana serta ilmu Tashrif dan Nahwu dengan
Metode Teori Kunci membaca dan memahami Arab gundul, semoga menjadi
bagian dari peran menjaga amanah risalah ini.
Bagi yang ingin memiliki bukunya silahkan order.
Bahasa Arab Dasar Rp. 30.000
Metode Teori Kunci Rp. 85.000
Metode Teori Kunci Rp. 85.000
Isi orderan dengan klik link berikut : https://bit.ly/2Q8BpJC
Pengiriman dari Kota Cimahi Jawa Barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar