Senin, 03 Februari 2020

Menjaga Bahasa Arab adalah Menjaga Al-Qur'an

Keterangan foto :
Suasana pembelajaran di Masjid Al-Hidayah Cipageran Asri Cimahi Utara

Program 2 tahun setiap hari Ahad sore ba'da ashar s.d. 17.30 WIB 

Oleh : Muhammad Atim  

Allah subhanahu wata'ala telah menjamin wahyu yang Ia turunkan baik Al-Qur'an maupun hadits akan tetap terjaga keasliannya hingga hari kiamat. Allah berfirman,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُوْنَ
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan peringatan (Al-Qur'an) dan sesungguhnya Kami baginya benar-benar sebagai penjaganya" (QS. Al-Hijr : 9).
Munculnya ilmu-ilmu Al-Qur'an dan Hadits adalah fakta yang membuktikan kebenaran janji-Nya tersebut. Begitupun munculnya ilmu-ilmu bahasa Arab. Karena Al-Qur'an dan Hadits itu berbahasa Arab, bahasa yang telah dipilih oleh-Nya sebagai bahasa wahyu terakhir, jika Allah berjanji menjaga keaslian wahyu-Nya maka secara otomatis Ia juga menjaga keaslian bahasa Arab. Maka tak heran musuh-musuh Islam berusaha untuk menjauhkan kaum muslimin dari bahasa Arab, agar kemudian mereka jauh dari Al-Qur'an dan Hadits sebagai panduan hidup mereka. Memang mereka tidak akan mampu merubah keaslian wahyu-Nya sekaligus bahasanya, tapi mereka telah berhasil menjauhkan kaum muslimin darinya.
Meskipun Allah telah berjanji, dalam proses pembuktian janji-Nya itu Ia memberi kesempatan kepada para pemeluk agama-Nya untuk mendapat kemuliaan dengan ikut berperan di dalamnya. Maka banyak dari para sahabat, tabi'in dan ulama-ulama berikutnya yang telah mendapat kemuliaan dengan ikut andil dalam menjaga wahyu-Nya tersebut.
Selepas Rasulullah saw, para sahabat yang telah terdidik oleh beliau melanjutkan tugas mengemban amanah risalah. Mereka benar-benar menjaga amanah itu. Mereka sangat menjaga keaslian bahasa Arab, karena mereka meyakini itu artinya menjaga keaslian Al-Qur'an. Khulafaurrasyidin yang menggantikan kepemimpinan Rasulullah saw telah berhasil melakukan peran itu, bahkan peran mereka sangat besar.
Kesalahan (lahn) dalam bahasa Arab yang tentu saja berpengaruh pada Al-Qur'an terjadi secara perlahan. Pada zaman Nabi saw sudah terjadi lahn ini tetapi sangat jarang sekali, dan beliau langsung menegurnya dengan keras. Misalnya dalam sebuah hadits riwayat Hakim, jika hadits ini hasan karena memang ada syawahid yang menguatkan dari kedhaifannya, bahwa ada seorang lelaki yang melakukan lahn di hadapan Rasulullah saw, beliau bersabda :
أَرْشِدُوا أَخَاكُمْ فَقَدْ ضَلَّ
"Bimbinglah saudara kalian ini, sungguh dia telah sesat".
Betapa besar kesalahan melakukan lahn ini sampai beliau nenyebutnya sebagai sebuah kesesatan.
Begitu pula pada masa kekhalifahan Abu Bakar Shiddiq ra, lahn itu jarang terjadi, karena belum terlalu banyak orang-orang non-Arab yang masuk Islam. Peran terbesar beliau adalah jam'ul qur'an (mengumpulkan al-qur'an) dalam satu mushaf karena banyaknya para penghapal Al-Qur'an yang meninggal dalam perang riddah (memerangi orang-orang yang murtad), khawatir al-qur'an itu lenyap. Beliau juga sangat mewanti-wanti terjadinya lahn, seperti perkataan beliau yang diriwayatkan oleh Asy-Sya'bi,
 لَأَنْ أَقْرَأَ فَأُسْقِطَ أَحَبُّ إلِيَّ مِنْ أَنْ أَقْرَأَ فَأَلْحَنَ
  "Aku membaca lalu aku menggugurkan (suatu pembacaan) / tidak membacanya, lebih aku sukai daripada aku membaca lalu aku melakukan lahn (kesalahan dalam pembacaan)".
Di zaman Umar bin Khattab ra mulai bermunculan lahn, maka banyak riwayat yang menyebutkan teguran beliau terhadap lahn ini.
Diriwayatkan bahwa Umar melewati sekelompok orang yang sedang memanah tetapi mereka salah dalam memanah. Umar menegur kesalahan mereka. Lalu mereka berkata,
  نَحْن قَوْمٌ مُتَعَلِّمِيْنَ
Ini adalah sebuah lahn. Kata muta'allimin tidak dibaca manshub dengan "ya" tetapi marfu dengan "wawu", harusnya mereka mengatakan :
  نَحْن قَوْمٌ مُتَعَلِّمُوْنَ
"Kami adalah kelompok yang masih belajar"
Lalu Umar berkata, 
وَاللّهِ لَخَطَؤُكُمْ فِي كَلَامِكُمْ أَشَدُّ مِنْ خَطَئِكُمْ فِي رَمْيِكُمْ
"Demi Allah, kesalahan kalian dalam perkataan kalian lebih fatal daripada kesalahan kalian dalam memanah".
Suatu hari pada masa kekhalifahan Umar, datang seorang Arab badui. Ia berkata "Siapa yang mau membacakan untukku sesuatu dari apanyang diturunkan kepada Muhammad". Lalu ada seorang lelaki yang membacakan surat Al-Baroah (At-Taubah) dengan lahn, 
وَأَذَانٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الأَكْبَرِ أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولِهِ
Yaitu dengan mengkasrohkan huruf lam pada rosulih, maka tentu maknanya menjadi salah fatal, "bahwa Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan rasulnya". Maka karuan saja orang Arab badui itu salah dalam memahami, ia mengatakan, "Jika Allah berlepas diri dari rasul-Nya, maka aku lebih berlepas diri darinya". Lalu sampailah perkataan ini kepada Umar, maka Umar menegurnya, "Bukan begitu wahai Arab badui!" Orang itu berkata, "Lalu bagaimana wahai Amirul Mu'minin?" Lalu Umar membacakan ayat tersebut dengan benar, 
وَأَذَانٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الأَكْبَرِ أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهِ
Dengan mendhomahkan lam pada rosuluh yang berarti "bahwa Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik, begitu pula rasul-Nya berlepas diri dari mereka"
Maka orang Arab badui itu berkata, "Aku berlepas diri dari yang Allah dan rasul-Nya berlepas diri dari mereka"
Lalu Umar menyuruh agar jangan membacakan Al-Qur'an kecuali yang memiliki ilmu terhadap bahasa Arab.
Selain itu, dikisahkan bahwa Abu Musa Al-Asy'ari mengirim surat kepada Umar bin Khattab yang awalnya berisi, 
مِنْ أَبُو مُوْسَى الأَشْعَرِي
Harusnya, 
مِنْ أَبِي مُوْسَى الأَشْعَرِي
Kata abi majrur karena terletak setelah huruf jar.
Maka umar menyuruh untuk menghukum juru tulisnya dengan mencambuknya dua kali karena telah melakukan lahn dan ia merupakan kesalahan fatal. Dalam riwayat lain disebutkan Umar menyuruhnya untuk memberhentikannya.
Maka terkenallah perkataan Umar yang menyuruh untuk mempelajari bahasa Arab, 
تَعَلَّمُوا الْعَرَبِيَّةَ فَإِنَّهَا تُثْبِتُ الْعَقْلَ وَتُزِيْدُ فِي الْمُرُوْءَةِ
"Pelajarilah bahasa Arab, karena sesungguhnya ia menguatkan akal dan menambah kehormatan" 
تَعَلَّمُوا السُّنَّةَ وَالْفَرَائِضَ وَاللَّحْنَ كَمَا تَعَلَّمُوْنَ الْقُرْآنَ
"Pelajarilah sunnah, faroid (ilmu waris) dan lahn (maksudnya di sini adalah bahasa Arab) sebagaimana kalian mempelajari Al-Qur'an"
Sedangkan pada masa Utsman bin Affan ra, tak diragukan lagi peran beliau yang besar dalam menyatukan tulisan Al-Qu'an dalam satu mushaf agar karena terjadinya perselisihan dalam pembacaan Al-Qur'an di kalangan muslimin pada saat itu, agar mushaf tersebut dijadikan rujukan saat terjadi perbedaan.
Terjadinya lahn tersebut semakin meluas pada zaman Ali bin Abi Thalib ra, sehingga beliaulah yang menuruh untuk membuat dasar-dasar bahasa Arab kepada Abul Aswad Ad-Duali (w.97 H). Dan Abul Aswad ini menjadi orang yang pertama kali menyusun dan meletakkan dasar-dasar ilmu Bahasa Arab.




______
Program pembelajaran Bahasa Arab dengan Bahasa Arab Dasar untuk menguasai kosa kata dasar dan bentuk-bentuk kalimat sederhana serta ilmu Tashrif dan Nahwu dengan Metode Teori Kunci membaca dan memahami Arab gundul, semoga menjadi bagian dari peran menjaga amanah risalah ini. 
Bagi yang ingin memiliki bukunya silahkan order.
Bahasa Arab Dasar Rp. 30.000
Metode Teori Kunci Rp. 85.000

Isi orderan dengan klik link berikut : https://bit.ly/2Q8BpJC

Pengiriman dari Kota Cimahi Jawa Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar