Kamis, 25 Juli 2019

Di Langkah Awal Da'wah



Awalnya adalah kegelisahan terhadap lingkungan sekitar, lalu kemantapan hati di dalam kebenaran. Dari sanalah da'wah bermula. Karena kebenaran bukanlah untuk disembunyikan. Bukan untuk kepuasan diri lalu berselimut mengurung diri.

Lihatlah Nabi Muhammad saw, saat kegelisahan menemukan jawaban wahyu, ada kemantapan hati namun rasa takut tak bisa dihindari. Bertemu dengan malaikat bukanlah hal biasa, belum lagi bobot wahyu yang teramat berat. Badan pun menggigil tak tertahankan. "Selimuti aku! Selimuti aku!" pinta beliau kepada keluarga. Beliaupun diselimuti.

Namun Allah segera menyeru.

"Wahai yang berselimut! Bangunlah, segera berikan peringatan. Tuhanmu, agungkanlah. Pakaianmu, bersihkanlah. Perbuatan dosa, tinggalkanlah. Jangalah kamu memberi dalam keadaan kamu menganggapnya banyak. Dan untuk Tuhanmu, hendaklah kamu bersabar" (QS. Al-Muddatsir : 1-7).
Saat kebenaran menghampiri bukanlah untuk berdiam diri. Karena ia bukan akhir dari perjuangan, lalu bersantai seakan telah mendapat jaminan keselamatan. Tidak! Justru ia adalah waktu untuk bangkit memulai da'wah. Memberikan peringatan, menularkan kebenaran kepada sebanyak-banyaknya orang.

Di langkah awal da'wah, Allah memberikan panduan. Ada 5 rambu yang mesti senantiasa diperhatikan.

Pertama, Tuhanmu, agungkanlah. Engkau berda'wah adalah untuk mengagungkan Allah, bukan untuk mengagugkan dirimu sendiri, bukan pula untuk mengagungkan kelompokmu. Engkau ajak orang ke jalan Allah, bukan agar mereka mengidolakanmu. Bukan karena ada sesuatu pada mereka yang kau kejar, apakah itu harta, kedudukan dan segala perhiasan dunia. Agungkanlah Allah, raihlah segala kemuliaan di sisi-Nya.

Di dalam pandanganmu, hanya Allah lah yang Agung. Semua yang kau hadapi di jalan da'wah itu kecil dibandingkan keagungan-Nya.

Kedua, Pakaianmu, bersihkanlah. Perhatikanlah penampilan dalam menyampaikan pesan kebenaran agar mereka tertarik pada saat pandangan pertama. Janganlah membuat orang memandang rendah penyampai kebenaran, yang mengakibatkan mereka memandang rendah kebenaran. Perindahlah cara menyampaikan da'wah Islam, karena hakikatnya Islam adalah agama yang indah.

Ketiga, Perbuatan dosa, tinggalkanlah. Berda'wah adalah tugas berat, maka diperlukan kekuatan jiwa. Jangan kau lemahkan jiwamu dengan perbuatan dosa. Bagaimana mungkin kau ajak orang lain kepada kebenaran, sedangkan dirimu belum kau ajak menjalankan kebenaran? "Faqidusy syai la yu'thi" "orang yang kehilangan sesuatu, tidak dapat memberikan sesuatu tersebut". Kuatnya materi yang kita sampaikan, bukanlah terletak pada materi itu sendiri, tapi pada integritas si penyampai materi. Maka kekuatan da'wah dibangun pertama kali dengan keteladan. Karena yang bisa sampai ke dalam hati itu adalah suara yang keluar dari hati.

Keempat, Janganlah kau memberi dalam keadaan kamu menganggapnya banyak. Artinya, saat kau berda'wah, kau berkorban di dalam da'wah, baik dengan ide-ide pikiranmu, ilmumu, lelah fisikmu, bahkan hartamu, janganlah kau merasa telah berbuat banyak. Karena sikap seperti itu akan membuatmu lemah dalam berda'wah, bahkan menghentikan langkahmu sama sekali. Bahkan, dengan merasa dan menonjolkan diri bahwa dirimu telah berbuat banyak dalam da'wah, justru akan melenyepkan segala nilai jerih payahmu, tanpa sadar kau menghanguskan semua pahala da'wahmu. Segala apa yang telah kau lakukan dalam da'wah, belumlah seberapa, sehingga mendorong dirimu untuk selalu meningkatkannya.

Atau, dengan pemaknaan lain, janganlah kau memberi dengan berharap balasan yang lebih banyak. Kau mau berkorban dalam da'wah dengan memberikan apa yang kamu punya, tetapi di dalam hatimu ada niat lain, yaitu berharap imbalan yang lebih besar dari manusia. Da'wah bukanlah transaksi jual beli, bukan dagang, bukan untuk untung-untungan.

Kelima, Untuk Tuhanmu, hendaklah engkau bersabar. Ini bermakna pemberitahuan bahwa di jalan da'wah pasti ada rintangan yang mesti dihadapi. Hendaklah engkau bersabar untuk Tuhanmu, bukan untuk manusia. Jika kau bersabar untuk manusia, pasti ada batasnya, lalu kau katakan "sudah habis kesabaranku". Tetapi jika kau bersabar untuk Allah, kesabaran itu tidak akan ada batasnya, karena Allah menyediakan balasannya yang tanpa batas. Da'wah adalah jalan panjang yang mesti dilalui, maka dibutuhkan kesabaran yang panjang pula agar tetap berada di jalannya, dan berhasil melewati segala prosesnya.

(Muhammad Atim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar