Rabu, 22 Mei 2019

Keutamaan Bulan Ramadhan


Tadabur Ayat-ayat Shaum - 4

Oleh : Muhammad Atim
 شَهْرُ رَمَضَانَ ...
“Bulan Ramadhan ..."  (QS. Al-Baqarah : 185).
Ayat ini sebagai penjelas dari ayat sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan “hari-hari yang terhitung” adalah satu bulan Ramadhan. Penyebutan kata “bulan Ramadhan” adalah suatu keistimewaan, karena tidak semata-mata Allah menyebutkan sesuatu secara khusus kecuali terdapat keistimewaan di dalamnya. Keistimewaan dan keutamaan bulan Ramadhan disebutkan di dalam berbagai hadits. Imam Muslim rahimahullah menuliskan di dalam shahihnya tentang bab keutamaan bulan Ramadhan, ia mengemukakan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, bahwasanya Rasulullah bersabda,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ
“Apabila telah datang Ramadhan, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan dibelenggulah syetan-syetan.”  (HR. Muslim no.1079).
Imam Bukhari pun meriwayatkan hadits yang senada di tiga tempat dalam kitab shahihnya yaitu dengan nomer 1898,1899 dan 3277. Dari tiga jalur tersebut, ada satu hadits yang menyebutkan “dibukakan pintu langit” sebagai pengganti dari dibukakan pintu surga”.
Imam Nasai meriwayatkan dengan redaksi yang lebih panjang berikut ini,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

Dari Abu Hurairah radhiayallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah bersabda : "Ramadlan telah datang kepada kalian, ia adalah bulan yang diberkahi, Allah -Azza wa Jalla- telah mewajibkan kepada kalian berpuasa. Di bulan itu pintu langit dibuka, dan pintu neraka Jahim ditutup dan syetan pembangkang dibelenggu. Demi Allah di bulan itu ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang terhalangi mendapatkan kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi mendapatkannya." (HR. Nasai no. 2106).
Apa yang dimaksud dengan pintu surga / pintu langit dibuka, pintu neraka ditutup, dan syetan-syetan dibelenggu?
Imam Nawawi di dalam syarah shahih Muslim menukil uraian Qadhi ‘Iyadh, ia berkata :
“Hadits tersebut berkemungkinan untuk dipahami secara zhahir dan hakikatnya, bahwa dibukakannya pintu surga, ditutupnya pintu neraka jahannam dan dibelenggunya syetan-syetan adalah sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan dan sebagai pengagungan terhadap kemuliaannya. Dibelenggunya syetan itu untuk mencegah dari mengganggu dan merusak orang-orang beriman.”  Ia berkata, “Dan berkemungkinan yang dimaksud adalah makna majaz, ia menjadi isyarat dari banyaknya pahala dan ampunan, dan bahwa syetan-syetan itu sedikit dalam menggoda dan mengganggu mereka, maka para syetan itu seperti dibelenggu. Dibelenggunya syetan itu dari melakukan suatu hal, tetapi tidak dalam hal lain, terhadap sebagian manusia, tetapi tidak terhadap sebagian yang lain. Hal ini dikuatkan dengan riwayat yang kedua yaitu “dibukakan pintu-pintu rahmat”, dan terdapat di dalam hadits lain “dibelenggu syetan-syetan pembangkang”. Qadhi ‘Iyadh berkata, “Dan berkemungkinan dibukanya pintu-pintu surga adalah suatu ungkapan dari Allah subhanahu wata’ala membukakan bagi hamba-hamba-Nya berbagai ketaatan di bulan ini yang tidak ada pada bulan yang lain, secara umum seperti shaum, qiyam Ramadhan, mengerjakan kebaikan-kebaikan dan terlepas dari melakukan banyak pelanggaran-pelanggaran, dan ini semua adalah sebab-sebab untuk masuk ke dalam surga dan pintu-pintunya. Begitu pula ditutupnya neraka dan dibelenggunya syetan-syetan adalah ungkapan dari terlepasnya mereka dari melakukan pelanggaran-pelanggaran. Makna “shuffidat” adalah “ghullilat” (dibelenggu). Ash-Shafadu itu dengan memfathahkan fa, dan al-ghull dengan mendhamahkan ghain, dan ia bermakna dirantai dalam riwayat lain.”  Ini adalah perkataan Qadhi ‘Iyadh, atau ada perubahan redaksi yang semakna dengan makna perkataannya.”[1]
Hadits di atas menunjukkan keistimewaan bulan Ramadhan, bahwa ia adalah waktu berseminya berbagai kebaikan dan bergugurannya berbagai keburukan, hawa surga itu semakin dekat terasa, sedangkan hawa neraka menjadi jauh tak terasa, dan tak ada celah bagi syetan-syetan untuk menggoda. Tentu saja ini berlaku bagi orang-orang beriman dan gemar beramal shaleh, tidak bagi orang-orang kafir dan orang-orang fasik. Bagi mereka, Ramadhan sama sekali tidak memberi pengaruh. Meskipun secara khusus Allah mengutus malaikat pada setiap malam Ramadhan untuk menyeru, sebagaimana disebutkan di dalam hadits, “Dan menyerulah sang penyeru pada setiap malam, “Wahai pencari kebaikan, menghadaplah! Dan wahai pencari keburukan, berhentilah! (HR. Nasai, no. 2107).
Keistimewaan dan keutamaan bulan Ramadhan dapat kita pahami dengan disebutkannya ia sebagai bulan yang diberkahi, artinya ia adalah bulan yang terdapat banyak kebaikan di dalamnya. Ia adalah bulan diampuninya dosa dan diselamatkannya seorang hamba dari siksa neraka. Juga karena ada berbagai ibadah istimewa yang dilakukan padanya, yaitu shaum Ramadhan yang merupakan rukun Islam keempat, dengan berbagai keutamaan dan hikmahnya, qiyam Ramadhan yang kemudian dikenal dengan istilah shalat Tarawih, lebih memperbanyak “tadarus” Al-Qur’an dan berdoa karena doa orang yang shaum itu diijabah, lebih dermawan, melaksanakan i’tikaf, dan ringkasnya agar menjadi lebih bertakwa. Dan secara khusus Rasulullah menyebutkan bahwa orang yang melaksanakan umrah pada bulan Ramadhan pahalanya sama dengan pahala haji. Dan juga di bulan Ramadhan terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu Lailatul Qadar, artinya jika kita beribadah pada malam itu pahalanya lebih baik dari beribadah pada seribu bulan yang tidak terdapat lailatul qadar di dalamnya. Itu semua yang disebutkan di dalam ayat dan hadits-hadits yang shahih. Adapun tentang dilipatgandakannya pahala dalam berbagai ibadah, memang tidak ada nash shahih yang jelas di dalam penyebutannya. Namun, waktu-waktu yang istimewa yang disediakan oleh Allah itu menunjukkan bahwa ibadah yang dilakukan padanya menjadi istimewa. Wallahu A’lam.
Ada satu penggambaran yang menarik tentang keutamaan bulan Ramadhan ini, yaitu keutamaannya dibanding sebelas bulan lainnya diumpamakan seperti keutamaan nabi Yusuf ‘alaihissalam dibanding sebelas saudaranya, sebagaimana dikemukakan oleh imam Ibnul Jauzi rahimahullah[2].
Seperti halnya Nabi Yusuf as adalah anak yang paling dicintai oleh Nabi Ya'qub as, begitu pula Ramadhan, bulan yang paling dicintai oleh Allah .
Nabi Yusuf ‘alaihissalam memiliki sifat penyayang dan pemaaf kepada saudara-saudaranya meskipun telah banyak berbuat jahat padanya, menyiksanya dan melemparkannya ke sumur. Beliau mengatakan kepada saudara-saudaranya itu pada akhirnya, "Tidak ada cercaan terhadap kalian pada hari ini, semoga Allah mengampuni kalian dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang". (QS. Yusuf : 92). Begitu pun Ramadhan, satu bulan yang penuh keberkahan, ampunan dan penyelamatan dari siksa neraka, yang membuat dosa-dosa pada sebelas bulan lainnya dapat diampuni.
Pada saat sebelas saudaranya itu datang di kala paceklik memohon bantuan pemenuhan kekurangannya dan penyelesaian masalahnya, maka Yusuf ‘alaihissalam menyambut kedatangannya, menjamunya, memberi makan saat mereka lapar, memenuhi kebutuhan dan kekurangannya, menambal kebolongannya, dan meringankan kesulitannya meskipun mereka dahulu telah berbuat salah. Bahkan "Yusuf ‘alaihissalam berkata kepada para pelayannya, "Masukkanlah barang-barang (penukar) mereka ke dalam karung-karungnya, agar mereka mengetahuinya apabila telah kembali kepada keluarganya, mudah-mudahan mereka kembali lagi". (QS. Yusuf : 62). Begitulah Ramadhan mampu memberikan solusi bagi permasalahan di sebelas bulan lainnya, menambal kebolongan-kebolongannya berupa kekurangan ibadah dan ketergelinciran dalam dosa.
Nabi Ya'qub as meskipun bersama sebelas anak lainnya dalam waktu lama, tidak ada di antara baju mereka yang aromanya mampu menyembuhkan kebutaannya, tetapi aroma baju Nabi Yusuf ‘alaihissalam mampu mengembalikan kebutaannya bahkan lebih terang benderang. Seperti itulah Ramadhan, aromanya dan suasananya dapat menyembuhkan si pendosa meski dosanya berlumuran, asalkan dia mau menghirup dalam-dalam aromanya dengan tenggelam dalam ibadah, memohon ampunan, berdoa, membaca Al-Qur'an, bersama dengan orang-orang shaleh dengan syarat adanya keislaman dan keimanan, maka insya Allah ia akan diampuni dan dibuat melihat kembali mata hatinya yang sebelumnya buta, dan dapat melihat cahaya petunjuk dengan terang benderang.
Semoga Allah memberikan kesempatan kepada kita di bulan Ramadhan ini untuk menjadi lebih baik, dan tidak terhalang dari berbagai kebaikan yang disediakan di dalamnya. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.


[1] An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, Jilid 7, hal. 263-264
[2] Lihat Ibnu Jauzi, Bustanul Wa'izhin wa Riyadhus Sami'in, hal.230-232

Tidak ada komentar:

Posting Komentar