Minggu, 17 Maret 2019

Petunjuk Rasulullah ﷺ dalam Wudhu

Petunjuk Rasulullah dalam Ibadah
Kajian Fiqih Pilihan dari Ringkasan Zadul Ma'ad

Petunjuk Rasulullah dalam Wudhu


Rasulullah shallahu ‘alahi wasallam biasanya berwudhu untuk setiap kali shalat, dan kadang-kadang melaksanakan beberapa shalat dengan sekali wudhu. Beliau berwudhu kadang-kadang dengan satu mud, dua pertiga mud, dan kadang lebih dari itu.
Telah shahih riwayat dari Nabi shallahu ‘alahi wasallam bahwa beliau berwudhu sekali-sekali, dua kali-dua kali, tiga kali-tiga kali, dan sebagian anggota dua kali dan sebagiannya tiga kali.
Beliau berkumur-kumur (madhmadhoh) dan memasukkan air ke hidung (istinsyaq) kadang-kadang dengan sekali cedukan, dua kali cedukan atau tiga kali cedukan. Beliau menyambungkan antara kumur-kumur dengan memasukkan air ke hidung, dengan mengambil setengah cedukan untuk mulutnya dan setengahnya untuk hidungnya, dan tidak mungkin dalam menceduk kecuali seperti ini.
Tidak terdapat dalam satu riwayat shahih pun memisahkan antara kumur-kumur dan memasukkan air ke hidung.
Beliau memasukkan air ke hidung dengan tangan kanan dan mengeluarkannya (istintsar) dengan tangan kiri. Beliau mengusap seluruh kepalanya, kadang-kadang memulai dari belakang dengan kedua tangannya, dan kadang-kadang memulai dari depan, itu adalah makna yang diambil dari hadits orang yang berkata "beliau mengusap kepalanya dua kali". Yang benar bahwa beliau tidak mengulangi dalam mengusap kepala.
Tidak shahih darinya dalam satu hadits pun bahwa beliau menyederhanakan dengan mengusap sebagian kepalanya, tetapi apabila beliau mengusap ubun-ubunnya, beliau menyempurnakannya ke atas sorban.
Beliau tidak berwudhu kecuali berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung, dan tidak terjaga riwayat darinya bahwa beliau tidak melakukannya sekali pun, begitu pula wudhunya secara berurutan (tertib) dan menyambungkannya tanpa ada jeda (muwalah) dan beliau tidak meninggalkan hal itu sekali pun.
Kadang-kadang beliau mengusap kepalanya, kadang-kadang mengusap di atas sorban dan kadang-kadang pula mengusap di atas ubun-ubun dan sorban. Adapun mengkhususkan mengusap ubun-ubun saja, tidak terpelihara riwayatnya dari Nabi shallahu ‘alahi wasallam.
Beliau mencuci kedua kakinya jika tidak berada pada dua khuf (sepatu menutupi sampai mata kaki) dan dua kaos kaki (yang menutupi mata kaki), dan mengusap di atas keduanya jika memakainya.
Beliau mengusap dua telinganya bersamaan dengan kepalanya, mengusap bagian luar telinga dan bagian dalamnya. Tidak terpelihara riwayat dari beliau bahwa beliau mengambil air yang baru untuknya (mengusap telinga), hanya riwayat dari Umar yang shahih tentang itu (mengambil air baru untuk telinga).[1]
Tidak ada riwayat yang kuat sedikit pun dari beliau bahwa beliau mengusap lehernya. Tidak ada riwayat yang kuat bahwa beliau berdoa sesuatu pun dalam wudhunya selain membaca basmalah. Semua dzikir dalam wudhu yang dikatakan darinya adalah dusta yang diada-adakan, Rasulullah saw tidak pernah mengatakannya, tidak mengajarkan kepada umatnya.
Telah ditetapkan riwayatnya dari beliau membaca basmalah di awalnya dan membaca :
اَشْهَدُ أَنْ لَا اِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
"Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah semata, tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya."
di akhirnya.[2]
Beliau tidak mengucapkan di awalnya, "nawaitu rof'al hadats" (aku niat menghilangkan hadats), tidak juga istibahatash sholah (membolehkan shalat), tidak beliau, tidak juga seorang pun dari sahabatnya. Tidak diriwayatkan dari beliau satu huruf pun baik hadits shahih ataupun hadits dhoif.
Beliau tidak pernah melebihi tiga kali (dalam mencuci anggota wudhu), tidak juga terjaga riwayat dari beliau bahwa beliau melebihi dua siku dan dua mata kaki.
Rasulullah saw tidak pernah membiasakan mengelap anggota wudhunya setelah wudhu sekali pun, tidak ada riwayat yang shahih tentang hal itu, justru riwayat yang shahih menunjukkan kebalikannya.
Bukan termasuk petunjuknya dituangkan untuknya air setiap kali wudhu. Tetapi kadang-kadang beliau menuangkan untuk dirinya sendiri, dan kadang-kadang dibantu oleh orang lain menuangkan untuknya karena suatu kebutuhan. Begitu pula menyela-nyela jari-jari, beliau tidak membiasakannya.

[1] Inilah yang dijadikan hujjah oleh madzhab imam Syafi’i dalam mengambil air baru untuk mengusap telinga, sedangkan Jumhur ulama berpendapat mengusapnya bersamaan dengan kepala.
[2] HR. Muslim no.234

Tidak ada komentar:

Posting Komentar