Rabu, 01 Maret 2017

Menumbuhkan Akhlaq Mulia

Apa itu Akhlaq?

Para ulama mendefinisikan Akhlaq sebagai berikut :

اَلْأَخْلَاقُ هُوَ صِفَةٌ رَاسِخَةٌ تَصْدُرُ مِنْهَا الْأَفْعَالُ بِسُهُوْلَةٍ مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَرَوِيَّةٍ

“Akhlaq adalah sifat yang berurat akar yang lahir darinya perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan.”

Menurut pengertian di atas maka akhlaq itu adalah sifat yang sudah tertanam di dalam diri seseorang, baik itu baik ataupun buruk. Kalau akhlaq seseorang baik berarti perbuatan-perbuatan baik itu akan dengan mudah dilakukan atau istilahnya secara spontanitas tanpa ada proses berpikir dan mempertimbangkan, begitu juga sebaliknya kalau orang berakhlaq buruk, maka perbuatan buruknya akan begitu mudah dilakukannya. Dalam kata lain, akhlaq itu adalah watak.

Tahapan terbentuknya Akhlaq

Akhlaq itu bisa terbentuk melalui tahapan berikut ini :













(Sumber: Anis Matta, Model Manusia Muslim Abad XXI)
 
Akhlaq itu akan terbentuk bermula dari Lintasan pikiran. Seperti dikatakan oleh Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah: “Hati-hatilah terhadap lintasan pikiran yang memenuhi benakmu.” Lintasan pikiran itu berasal dari apa yang kita dengar, apa yang kita lihat, apa yang kita baca, apa yang kita raba, dan apa yang kita pikirkan. Setiap harinya banyak lintasan-lintasan pikiran yang melintas di pikiran kita. Oleh karena itu, rawatlah pikiran kita agar yang selalu muncul adalah pikiran yang baik. Karena kalau pikiran kita dipenuhi hal-hal yang baik, maka perbuatan yang muncul adalah perbuatan baik, sebaliknya kalau pikiran kita dipenuhi hal-hal yang buruk, maka perbuatan yang muncul adalah perbuatan buruk. Di sini kita harus hati-hati, karena pekerjaan syetan adalah membayang-bayangi pikiran yang buruk. Pikiran adalah akar kepribadian kita. Oleh karena itu, kalau kita ingin merubah diri, maka mulailah dengan merubah pikiran kita. Benarlah orang yang mengatakan, “You Are What you thing” (kamu adalah apa yang kamu pikirkan).

Lintasan pikiran yang melekat dalam pikiran kita akan tersimpan dalam Memori. Selanjutnya ia akan menjadi Gagasan (Ide). Sampai di sini disebut dengan tahap Cara berpikir (Visi). Jika gagasan itu kuat, maka akan menjadi Keyakinan. Jika keyakinan itu kuat maka akan menjadi Kemauan, dan sampai di sini disebut dengan tahap Cara merasa (mental). Dan jika kemauan itu kuat maka akan menjadi Tindakan. Jika tindakan itu dilakukan secara berulang-ulang, maka ia akan menjadi Kebaiasaan. Dan jika kebiasaan itu berlangsung dalam waktu yang lama, maka ia akan menjadi Watak. Inilah yang disebut Cara bertindak (karakter). Dan di sinilah akhlaq itu terbentuk.
Untuk menumbuhkan Akhlaq yang baik atau Akhlaqul Karimah, maka harus ditumbuh suburkan pikiran-pikiran yang baik. Untuk itulah perlunya ada pembinaan (Tarbiyyah) berupa nasihat-nasihat, pengajaran yang baik, pemberian ilmu-ilmu yang bermanfaat, yang kesemuanya bersumber dari nilai-nilai kebenaran yang hakiki dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh saw.

3 Landasan di dalam menumbuhkan Akhlaqul Karimah

1. Muroqobah

Muroqobah adalah merasa selalu diawasi oleh Alloh SWT. Alloh SWT berfirman: “Dan Dia bersama kalian dimana pun kalian berada.” (QS. Al-Hadid : 4). Sikap inilah sebagai landasan terbentuknya akhlaqul Karimah. Dengan merasa selalu diawasi oleh Alloh SWT, seseorang akan mau berbuat kebaikan karena Alloh akan membalas kebaikan itu, dan ia enggan untuk berbuat jahat karena takut kepada Alloh yang akan memberikan siksaan. Sikap seperti ini di dalam hadits disebut dengan Ihsan. Yaitu ketika Rosululloh saw ditanya tentang Ihsan beliau menjawab: “Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat Alloh, dan jika engkau tidak mampu, maka yakinlah bahwa Alloh melihatmu.” Orang yang berbuat Ihsan disebut Muhsin. Muhsin lebih tinggi dari Mu’min, karena sikap Ihsan itu adalah tingkat tertinggi dari keimanan seseorang. Jadi urutannya adalah: Muslim, kemudian Mu’min, kemudian Muhsin.

Seperti halnya seorang anak gembala yang selalu merasa diawasi oleh Alloh, ketika dia diuji oleh Kholifah Umar bin Khottob untuk menjual kambing miliki tuannya kepadanya tanpa sepengetahuan tuannya, ia mengatakan: “Lalu, dimanakah Alloh?”. Sikap itulah yang membuat dia tidak mau melakukan kebohongan dan penipuan. Orang-orang dengan mudah melakukan korupsi, kebohongan, penipuan, kedzoliman dan lain-lain, karena mereka menganggap bahwa Alloh tidak melihat mereka. Oleh karena itu, hal pertama agar kita bisa berakhlaqul Karimah adalah dengan merasa selalu diawasi oleh Alloh SWT. Dari sikap inilah akan lahir 3 motivasi dalam ibadah yaitu Mahabbah (Cinta yang besar kepada Alloh), Roja’ (Pengharapan yang kuat untuk mendapatkan surga-Nya) dan Khouf (Rasa takut yang luar biasa terhadap siksa neraka-Nya). 

2. Muhasabah

Muhasabah artinya menghitung-hitung diri, evaluasi atau introspeksi diri. Alloh SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18).

 Setiap harinya kita mesti melakukan muhasabah terhadap apa yang telah kita perbuat, kalau ada perbuatan baik maka pelihara dan tingkatkan, sedangkan perbuatan yang buruk atau sebuah kesalahan mesti kita sadari untuk selanjutnya kita tinggalkan. Kita juga perlu memeriksa dan mendeteksi sifat-sifat yang buruk dalam diri kita untuk kita tinggalkan. Bisa jadi selama ini kita sering melakukan sifat-sifat buruk, sementara kita tidak menyadarinya. Oleh karena itu, sangat diperlukan muhasabah yang rutin untuk memulai menumbuhkan Akhlaqul Karimah.

3. Mujahadah

Mujahadah artinya bersungguh-sungguh dan bekerja keras. “Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan Kami, pasti akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami, dan sungguh benar-benar Alloh bersama orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut : 69).

Jihad itu ada dua ma’na, yaitu ma’na khusus dan ma’na umum. Ma’na khusus jihad adalah berperang di jalan Alloh, sedangkan ma’na umumnya adalah bersungguh-sungguh di dalam mengerjakan setiap amal sholeh. 

Di dalam menumbuhkan akhlaqul Karimah, setelah kita melakukan Muroqobah dan Muhasabah, tentu untuk merubah diri dari sifat buruk kepada sifat yang baik itu banyak cobaan dan rintangannya, karena memang di baliknya ada hawa nafsu dan syetan yang selalu menggoda. Dengan demikian, maka diperlukan sikap Mujahadah. Tanda adanya sikap Mujahadah, maka kita akan mudah menyerah, akhirnya tidak sabar. Seperti halnya orang yang memiliki sifat terlalu banyak bicara, tiba-tiba dia ingin merubahnya yaitu dengan menjaga pembicaraannya, tentu hal itu akan banyak omongan dari orang lain, maka diperlukan Mujahadah agar ia mampu untuk bersabar.  Sikap Mujahadah ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu Takholli (bersungguh-sungguh di dalam mengosongkan diri dari sifat-sifat buruk) dan Tahalli (bersungguh-sungguh di dalam menghiasi diri dengan sifat-sifat yang baik).

Itulah tiga sikap yang mesti selalu dilakukan setiap kali ingin meninggalkan sifat-sifat buruk dan menumbuhkan sifat-sifat baik, karena ia adalah landasan bertumbuhnya akhlaqul karimah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar