Rabu, 01 Maret 2017

Terbitnya Cahaya Teladan Hidup

9 Robi’ul Awal tahun gajah, atau ada juga yang menyebut tanggal 12, awal sejarah besar dimulai. Lahirlah seorang manusia pilihan bernama Muhammad. Nama itu masih terdengar asing pada masa itu, tapi nama itulah yang dipilih oleh kakeknya yang sangat menyayanginya, Abdul Muttolib. Beberapa saat setelah lahirnya, Abdul Muttolib membawanya ke dalam Ka’bah seraya berdoa kepada Alloh dan bersyukur kepada-Nya, bayi itu diberi nama Muhammad dan dikhitan pada hari ketujuh.
Manusia yang kelak menjadi panutan seluruh alam itu, lahir dalam keadaan yatim. Ayahnya, Abdullah sudah tiada pada saat dua bulan sebelum kelahirannya. Ia pun harus berpisah dengan ibunya karena dititipkan kepada seorang perempuan yang menyusuinya di kampung Bani Sa’ad, Halimah As-Sa’diyyah. Setelah empat tahun, ia kembali kepada ibunya, dan tak lama. Hanya dua tahun ia mendapatkan kasih sayang ibunya secara total, dan mungkin hal itu sudah cukup. Ia harus berpisah dengan ibunya untuk selamanya pada saat berumur enam tahun. Kini, ia telah menjadi yatim piatu. Untuk selanjutnya mendapat bimbingan dari kakeknya selama dua tahun. Dan masa-masa berikutnya ia lalui bersama pamannya, Abu Tholib.
Dalam keadaan seperti itu ia tumbuh menjadi anak yang mandiri, kuat, tidak bergantung kepada orang lain, ia telah mengambil tanggung jawab terhadap hidupnya sendiri dengan memulai bekerja dengan mengembala kambing dan berdagang. Bahkan, ia dikenal sebagai orang yang berakhlaq baik, jujur dan tak pernah sekalipun berdusta, peduli terhadap orang-orang lemah dan miskin, menyayangi anak-anak yatim,  menyambungkan silaturrahmi, orang-orang pun mengenalnya sebagai Al-Amin.
Ia tidak mau terlibat dalam kesia-siaan hidup yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya yang berlawanan dengan akal sehatnya seperti menyembah berhala, meminum-minuman keras dan prilaku-prilaku jahiliyyah lainnya. Ia lebih memilih hidup yang dilalui dengan kerja keras dan sungguh-sungguh. Ia kemudian lebih memilih untuk menjauhi perbuatan-perbuatan kesia-siaan tersebut dengan menyendiri dan merenung. Gua Hiro, tempat dia bertahannuts, telah menjadi tempat bersejarah pada saat wahyu diturunkan pertama kali kepadanya. Ketika itulah ia mendapat amanah besar dari Alloh menjadi Rosul yang diutus untuk menyampaikan risalah kepada seluruh umat manusia, dan Alloh pun tahu bahwa dia mampu untuk memikul amanah tersebut.
Sejak saat itu, arah sejarah kehidupan manusia berubah. Perlahan tapi pasti, cahaya petunjuk itu terus menerangi kehidupan manusia. Jazirah Arab selanjutnya dipenuhi oleh manusia-manusia mulia dan berperadaban luhur, bahkan menjadi pionir perubahan terhadap seluruh dunia. Hal itu tiada lain karena kerja keras da’wah Rosululloh saw dan akhlaq mulianya yang menjadi panutan.   
Alloh SWT melalui Rosul-Nya, Muhammad saw, ingin membimbing manusia menjalani cara hidup yang sesuai dengan tujuan penciptaannya, yaitu beribadah, mengabdikan diri kepada Alloh SWT, dan dengan begitu maka Alloh akan memberikan keselamatan dan kebahagiaan kepada manusia. Untuk itu Alloh menjadikan sosok pribadi Rosululloh sebagai teladan yang dapat diikuti oleh siapa saja yang ingin meniti jalan keselamatan tersebut. Tidak ada sedikitpun dari kehidupan Rosululloh saw yang tidak menjadi teladan yang dapat diikuti oleh umatnya selain dari hal-hal yang memang dikhususkan untuk beliau, sebagai karunia yang khusus dari Alloh. “Sungguh telah ada bagi kalian dalam diri Rosululloh suri tauladan yang baik (uswah hasanah) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan hari akhir, dan dia banyak menyebut nama Alloh.” (QS. Al-Ahzab: 21).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar