Muhammad Atim
Suatu kekalahan yang menimpa, ternyata tidak boleh membuat kita lemah untuk bangkit kembali mengejar musuh.
Banyak luka yang terasa di perang Uhud. Paman Nabi saw yang tercinta,
Hamzah bin Abdul Muttalib ra, sang singa Allah, harus syahid bahkan
dengan sayatan pedang di tubuh untuk dikeluarkan hatinya. Belum lagi
Mush'ab bin Umair ra, sang anak muda yang hijrah dari necis ke zuhud,
harus tertebas kedua tangannya yang memegang bendera. Bahkan bendera pun
masih ditelungkupkan di antara dada dan lehernya tanpa kedua tangan.
Hingga akhirnya terbunuh, dan kain kapannya tak mampu menutupi seluruh
tubuhnya. Jika kain itu ditutupkan ke kakinya maka wajahnya terbuka, dan
jika ditutupkan ke wajahnya maka kakinya terbuka. Kain pun ditutupkan
ke wajahnya, sedangkan kakinya ditutup dengan rerumputan idkhir. Meski
tidak banyak kerugian secara materi, tetapi gugurnya para mujahid
menyisakan kesedihan yang mendalam, hingga tangis Rasul pun
terisak-isak. Shofiah tak kuasa melihat jasad saudaranya, Hamzah, dalam
kondisi seperti itu. Dan tercatat yang gugur di pihak muslimin sebanyak
70 orang. Bahkan Rasul sendiri mengalami luka yang cukup perih. Bahkan
luka itu masih terasa hingga sebulan lamanya. Beliau terpukul di bagian
lambung, gigi taring, bahu, bahkan dua besi menusuk pipi beliau yang
mulia.
Namun sifat orang beriman tidak boleh larut dalam
kesedihan. Tetapi segera bangkit kembali mengejar musuh untuk
menunjukkan kekuatan. Perang Uhud yang terjadi pada 7 Syawal 3 H, esok
harinya 8 Syawal 3 H, beliau diperintah beserta muslimin untuk kembali
mengejar musuh yang dikhawatirkan masih belum puas menghabisi muslimin.
Perang ini dikenal dengan perang Hamraul Asad.
Alloh SWT memerintahkan,
"Dan janganlah kalian lemah untuk mengejar musuh. Jika kalian terluka,
maka sesungguhnya mereka pun terluka sebagaimana kalian terluka, tetapi
kalian berharap dari Alloh apa yang mereka tidak berharap. Alloh Maha
Mengetahui, Maha Bijaksana". (QS. An-Nisa : 104)
Maka beliau
berpesan, "Yang boleh bergabung bersama kami hanyalah orang-orang yang
sebelumnya bergabung dalam perang Uhud". Hingga tiba di Hamraul Asad
untuk menghadang mereka. Ada kabar bahwa pasukan musyrikin yang dipimpin
Abu Sufyan akan kembali menyerang dan meluluhlantakkan Madinah. Rasul
saw dan para sahabat siap menghadang mereka. Namun setelah ditunggu
selama tiga hari mereka tidak kunjung datang.
Inilah suatu kekuatan orang-orang beriman. Meski setelah terluka, namun tetap saja membuat para musuh itu gentar.
Ibrohnya :
Kita jangan merasa lemah untuk terus mengejar sang penista agama,
ahoax, sampai ia masuk penjara. Meski dari aksi ke aksi banyak
menyisakan luka, kita harus tetap bangkit untuk menampakkan kekuatan.
Karena mereka pun mendapat luka dari perjuangan kita. Bedanya, kita
berharap pertolongan, kemenangan, bahkan syahid dari Alloh, sedangkan
mereka tidak berharap itu. Pelindung kita adalah Alloh, sedangkan mereka
tidak punya pelindung. Dan kita tidak membutuhkan orang-orang munafik
dalam perjuangan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar