Rabu, 14 Desember 2016

Janganlah lemah mengejar musuh













Muhammad Atim

Suatu kekalahan yang menimpa, ternyata tidak boleh membuat kita lemah untuk bangkit kembali mengejar musuh.

Banyak luka yang terasa di perang Uhud. Paman Nabi saw yang tercinta, Hamzah bin Abdul Muttalib ra, sang singa Allah, harus syahid bahkan dengan sayatan pedang di tubuh untuk dikeluarkan hatinya. Belum lagi Mush'ab bin Umair ra, sang anak muda yang hijrah dari necis ke zuhud, harus tertebas kedua tangannya yang memegang bendera. Bahkan bendera pun masih ditelungkupkan di antara dada dan lehernya tanpa kedua tangan. Hingga akhirnya terbunuh, dan kain kapannya tak mampu menutupi seluruh tubuhnya. Jika kain itu ditutupkan ke kakinya maka wajahnya terbuka, dan jika ditutupkan ke wajahnya maka kakinya terbuka. Kain pun ditutupkan ke wajahnya, sedangkan kakinya ditutup dengan rerumputan idkhir. Meski tidak banyak kerugian secara materi, tetapi gugurnya para mujahid menyisakan kesedihan yang mendalam, hingga tangis Rasul pun terisak-isak. Shofiah tak kuasa melihat jasad saudaranya, Hamzah, dalam kondisi seperti itu. Dan tercatat yang gugur di pihak muslimin sebanyak 70 orang. Bahkan Rasul sendiri mengalami luka yang cukup perih. Bahkan luka itu masih terasa hingga sebulan lamanya. Beliau terpukul di bagian lambung, gigi taring, bahu, bahkan dua besi menusuk pipi beliau yang mulia.

Namun sifat orang beriman tidak boleh larut dalam kesedihan. Tetapi segera bangkit kembali mengejar musuh untuk menunjukkan kekuatan. Perang Uhud yang terjadi pada 7 Syawal 3 H, esok harinya 8 Syawal 3 H, beliau diperintah beserta muslimin untuk kembali mengejar musuh yang dikhawatirkan masih belum puas menghabisi muslimin. Perang ini dikenal dengan perang Hamraul Asad.

Alloh SWT memerintahkan,

"Dan janganlah kalian lemah untuk mengejar musuh. Jika kalian terluka, maka sesungguhnya mereka pun terluka sebagaimana kalian terluka, tetapi kalian berharap dari Alloh apa yang mereka tidak berharap. Alloh Maha Mengetahui, Maha Bijaksana". (QS. An-Nisa : 104)
Maka beliau berpesan, "Yang boleh bergabung bersama kami hanyalah orang-orang yang sebelumnya bergabung dalam perang Uhud". Hingga tiba di Hamraul Asad untuk menghadang mereka. Ada kabar bahwa pasukan musyrikin yang dipimpin Abu Sufyan akan kembali menyerang dan meluluhlantakkan Madinah. Rasul saw dan para sahabat siap menghadang mereka. Namun setelah ditunggu selama tiga hari mereka tidak kunjung datang.

Inilah suatu kekuatan orang-orang beriman. Meski setelah terluka, namun tetap saja membuat para musuh itu gentar.

Ibrohnya :

Kita jangan merasa lemah untuk terus mengejar sang penista agama, ahoax, sampai ia masuk penjara. Meski dari aksi ke aksi banyak menyisakan luka, kita harus tetap bangkit untuk menampakkan kekuatan. Karena mereka pun mendapat luka dari perjuangan kita. Bedanya, kita berharap pertolongan, kemenangan, bahkan syahid dari Alloh, sedangkan mereka tidak berharap itu. Pelindung kita adalah Alloh, sedangkan mereka tidak punya pelindung. Dan kita tidak membutuhkan orang-orang munafik dalam perjuangan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar