Kisah Al-Qur’an Surat Al-A’rof: 10 - 27
Oleh : Muhammad Atim
Oleh : Muhammad Atim
Di Romadhon ini, para santri mengikuti kegiatan Mutiara Romadhon.
Di bulan yang teristimewa ini, karena ia merupakan bulan diturunkannya
Al-Qur’an, maka aktifitasnya pun tak bisa dilepaskan dari Al-Qur’an. Saya yang
memberikan materi Tarikh Islam, kali ini mengajak kepada para santri juga
kepada pembaca sekalian untuk menyelami kisah-kisah atau sejarah dalam
Al-Qur’an. Karena kisah Al-Qur’an merupakan kisah terbaik, dan mengandung pelajaran-pelajaran
yang sangat berharga sebagai petunjuk bagi kita. Berikut ini kisah tentang awal
perseteruan manusia dan iblis dengan
mentadaburi Al-Qur’an Surat Al-A’rof ayat 10 sampai 27.
Sebelum semua makhluk tercipta, Alloh SWT berdiri sendiri. Dia-lah
yang awal dan Dia-lah yang akhir. Yang pertama kali Dia ciptakan adalah ‘Arsy,
singgasana-Nya. Kemudian Dia menciptakan pena. Dia memerintahkan kepada pena
itu untuk menuliskan semua yang akan terjadi sampai hari kiamat nanti. Lima
puluh ribu tahun setelah penulisan takdir itu, mulailah Alloh SWT menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa. Langit dan bumi telah tercipta, kemudian Alloh
menciptakan makhluk-makhluknya seperti para malaikat, jin, hewan-hewan,
tumbuh-tumbuhan dan yang lainnya. Namun manusia belum jua tercipta.
Tersebutlah sekelompok jin yang Alloh tempatkan di bumi. Akan
tetapi, mereka malah berbuat kerusakan di permukaan bumi itu dan menumpahkan
darah. Sampai Alloh SWT menyuruh malaikat untuk menghukum mereka di sebuah
pulau, dan terus menerus mereka dihukum di sana. Tetapi, di antara para jin
yang berbuat kerusakan itu, tersebutlah ada satu jin yang taat kepada Alloh, ia
bernama Iblis. Karena ketaatannya itu, maka Alloh memberikannya penghargaan dan
kehormatan dengan diangkatnya ia ke langit untuk hidup bersama para malaikat.
Waktu pun berlalu dalam hitungan yang Alloh kehendaki.
Kemudan, Alloh SWT hendak menciptakan seorang manusia yang akan
dijadikan kholifah di muka bumi. Di antara para malaikat ada yang bertanya, “Apakah
Engkau hendak menciptakan di atas bumi orang yang akan berbuat kerusakan dan
menumpahkan darah. Sedangkan kami selalu bertasbih kepada-Mu dengan memuji-Mu
dan mengagungkan-Mu.” Alloh menjawab, “Sesungguhnya Aku lebih mengetahui
apa yang tidak kalian ketahui.” Ketidaktahuan malaikat itu yang membuat
mereka bertanya kepada Alloh dengan maksud ingin mengetahui hikmahnya, ditambah
dengan pengalaman mereka terhadap jin-jin yang telah berbuat kerusakan di bumi
sebelumnya.
Kemudian Alloh menyuruh malaikat untuk mengambil tanah dari bumi
itu. Dipilih tanah yang terbaik, sari pati tanah, tanah lihat seperti tembikar.
Lalu dibentuklah rupanya. Setelah sempurna kemudian Alloh meniupkan ruhnya.
Maka terciptalah seorang manusia pertama yang bernama Adam.
Para malaikat melihat-lihat makhluk baru itu, mereka senang dengan ciptaan Alloh
itu. Tetapi apa yang terjadi dengan Iblis? Ternyata sifat aslinya muncul
kembali. Ia merasa dengki dengan penciptaan manusia itu. Ia tidak ingin
tersaingi kemuliaannya. Maka, ketika Alloh SWT memerintahkan kepada seluruh
malaikat itu bersujud kepada Adam, bersujudlah seluruh malaikat itu kepada Adam
sebagai penghormatan, dan hanya Iblis sajalah yang berdiri tidak mau sujud
karena kedengkiannya, padahal itu merupakan perintah dari Alloh. Di sinilah
dimulai permusuhan Iblis dan syetan-syetan yang menjadi anak buahnya terhadap
manusia beserta keturunannya. Di sini pula terdapat pelajaran tentang bahayanya
sifat dengki yang mesti kita jauhi, karena ternyata bisa melupakan pelakunya
akan perintah Alloh.
Alloh SWT bertanya kepada Iblis, “Apa yang menghalangimu untuk
bersujud ketika Aku perintahkan kepadamu? Iblis menjawab, “Aku lebih
baik dari dia, Engkau ciptakan aku dari api sedangkan Engkau ciptakan dia dari
tanah.”
Maka Alloh berfirman, “Turunlah kamu darinya (surga), tidak
layak bagimu untuk menyombongkan diri disana, keluarlah kamu sesungguh kamu
termasuk yang hina.”
Itulah kesombongan Iblis yang membuat dirinya menjadi celaka. Kita
juga mesti hati-hati dengan sifat sombong yang kadang tak sadar merasa diri lebih
baik dari yang lain serta merendahkan orang lain. Sebagaimana Rosululloh saw
mengingatkan, “Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang
lain.”
Kemudian, setelah Iblis enggan bersujud kepada Adam karena dengki
dan sombong, apakah ia lantas memohon ampun kepada Alloh karena telah melanggar
perintah-Nya? Ternyata tidak. Ia malah terus menerus berada dalam kesombongan
hingga membuat ia terkutuk selama-lamanya. Bukannya minta ampun, ia malah
meminta satu permintaan kepada Alloh, “Tangguhkanlah (ajal)ku sampai hari
mereka dibangkitkan.” Alloh SWT mengabulkan permohonannya, “Sesungguhnya
kamu termasuk yang ditangguhkan.” Maka ditetapkanlah bagi Iblis untuk bisa
hidup sampai hari kiamat.
Bahkan dengan kesombongannya yang terus menerus, Iblis semakin
tidak beradab kepada Alloh, ia menyalahkan Alloh yang telah membuat dirinya
sesat, padahal perbuatannya sendirilah yang menjadi sebab, dan andaikan ia mau
bertobat niscaya Alloh pun akan mengampuni, tetapi ia tidak mau bertobat. Ia
mengatakan, “Karena Engkau telah menyesatkanku, niscaya aku akan
bersungguh-sungguh menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian aku
akan datangi mereka dari depan mereka, dari belakang mereka, dari arah kanan
dan dari arah kiri mereka. Dan Engkau tidak mendapati kebanyakan mereka
bersyukur.”
Itulah proklamasi Iblis tentang permusuhannya yang abadi dengan
manusia.
Kemudian ia mulai melakukan langkah-langkahnya.
Saat itu, Adam as ditempatkan oleh Alloh di surga. Ia berjalan
sendirian, lalu tertidur di bawah pohon. Ketika terbangun, ia kaget di dekatnya
ada seseorang. Ia bertanya, “Siapakah engkau?” Orang itu menjawab, “Aku
seorang perempuan.” Dialah Hawa yang diciptakan oleh Alloh dari tulang
rusuk Nabi Adam as untuk dijadikan pasangannya di surga. Alloh SWT memberikan keni’matan serta keistimewaan kepada
Adam as. Di antara keistimewaan itu adalah Alloh mengajarkan nama-nama
seluruhnya, yang tidak diberikan kepada yang lainnya. Kemudian Adam as
memberitahukan nama-nama itu kepada para malaikat. Ketika itu datanglah para
malaikat dan bertanya kepada Adam, “Siapakah nama istrimu?” Adam
menjawab, “Hawa” Malaikat bertanya kembali, “Kenapa Hawa?” Adam
menjawab, “Karena ia diciptakan dari sesuatu yang hidup.”
Adam dan Hawa
hidup di surga dengan penuh keni’matan yang tiada tara. Alloh SWT
mempersilahkan kepadanya untuk meni’mati apa saja yang ada di dalamnya, tetapi
hanya satu saja larangan Alloh, yaitu agar ia jangan mendekati satu pohon.
Diriwayatkan,
saat itu Iblis tak lagi di surga, tetapi ia bertekad untuk menggoda Nabi Adam
as beserta istrinya. Ada seekor ular yang keluar masuk surga. Iblis pun
memanfaatkannya dengan memasuki ular tersebut. Dan mulailah ia menggoda. “Apa
yang dilarang Alloh?” tanya Iblis. Adam menjawab, “Jangan mendekati satu
pohon.” Iblis mengatakan, “Tahukah kamu, Dia tidak melarangmu dari pohon
itu melainkan jika kamu mendekatinya kamu pasti menjadi malaikat atau kamu akan
menjadi kekal.” Awalnya Adam as tidak mendengarkan sama sekali rayuan Iblis
itu. Namun, waktu pun terus berlalu dan Iblis tak henti-hentinya terus
menggoda. Sampai kemudian Iblis bersumpah atas nama Alloh bahwa ia berkata
benar dan dia hanya memberi nasihat saja. Akhirnya Adam as, karena ia mendengar
sumpah atas nama Alloh, ia mengira tidak mungkin kalau atas nama Alloh itu
tidak benar. Dan tak sadar lagi, Adam dan Hawa pun tergoda Iblis. Mereka berdua
mendekati pohon itu bahkan hendak memakan buahnya. Saat mulai mencicipi
buahnya, tiba-tiba tersingkaplah aurat Adam dan Hawa. Keduanya berlari menjauh
karena ketakutan, bahkan mengambil daun-daun surga untuk menutupi aurat mereka.
Alloh pun menyeru, “Kenapa kamu lari wahai Adam? Apakah kalian hendak
meninggalkan-Ku?” Adam menjawab, “Aku tidak meninggalkan-Mu, tetapi aku
malu.” Dan Alloh pun menyeru, “Bukankah aku telah melarang kalian berdua
dari mendekati pohon itu? Dan bukankah Aku telah katakan kepada kalian bahwa
syetan adalah musuh yang nyata bagi kalian!”
Adam as bersama
Hawa pun menyesal karena telah melanggar larangan Alloh. Ia terus menerus
memohon ampun dengan mengucapkan kalimat yang diajarkan Alloh, “Wahai Tuhan
kami, kami telah menzhalimi diri sendiri, dan kalau Engkau tidak mengampuni
kami, niscaya kami termasuk orang yang rugi.” Alloh pun mengampuni mereka,
tetapi Alloh telah menetapkan agar mereka turun ke bumi. Maka, turunlah Adam,
Hawa besarta Iblis. Dan dimulailah pertarungan itu di muka bumi.
Adam dan Hawa
yang terpisah, kemudian dapat bertemu di suatu tempat. Mereka mulai menjalani
kehidupan yang berbeda sama sekali dengan di surga. Untuk makan dan minum
mereka mesti berusaha terlebih dahulu. Kemudian mereka memiliki keturunan.
Sedangkan Iblis
menempati singgasananya di atas lautan (wallohu a’lam lautan yang mana). Ia
menyuruh, mengajarkan dan menggiring anak buah dan bala tentaranya untuk
menggoda Adam as beserta keturunannya.
Godaan pertama
di bumi pun telah menuai hasilnya. Anak Nabi Adam as yang bernama Qabil
berhasil digoda untuk membunuh saudaranya sendiri yang bernama Habil. Dan ini
merupakan kejahatan pertama dalam sejarah kehidupan manusia.
Waktu demi
waktu, manusia terus menerus beranak pinak, begitupun Iblis dan para jin yang
menjadi balatentaranya. Permusuhan itu terus berlanjut, hingga banyak dari
keturunan Adam yang menjadi pengikut mereka. Dan Alloh pun mengutus para Nabi
dan Rosul-Nya serta menurunkan kitab-kitab-Nya sebagai petunjuk bagi manusia di
muka bumi ini. Namun di antara manusia ada yang beriman ada pula yang kafir
dengan mengikuti godaan Iblis tersebut.
Hingga sampai
di akhir zaman, Alloh mengutus Nabi dan Rosul-Nya yang terakhir, Muhammad saw. Iblis
bahkan turun langsung untuk menghadapi Nabi yang terakhir ini, seperti pada
saat rapat kaum kafir di Darun Nadwah, Iblis datang berwujud kakek tua dari
Najed yang merencanakan pembunuhan Nabi saw. Begitu pula di perang Badar, ia
juga turun langsung dengan menjelma menjadi Suroqoh bin Malik, tetapi karena ia
melihat para malaikat diturunkan untuk membantunya, ia lari terbirit-birit
menuju singgasananya. Ketika ia ditanya oleh orang-orang kafir Quraisy, “Mengapa
engkau lari?” Iblis menjawab, “Sesungguhnya aku melihat apa yang tidak
kalian lihat.”
Itulah
permusuhan antara manusia dan iblis yang akan terus abadi hingga hari kiamat.
Akhirnya, Alloh SWT mengingatkan kita dalam surat Al-A’rof tersebut agar kita
tidak terjerumus dengan berbagai tipu dayanya;
“Wahai
keturunan Adam, janganlah sampai syetan menggelincirkan kalian sebagaimana ia
telah menggelincirkan kedua orang tua kalian dari surga. Ia melepas dari mereka
berdua, pakaian mereka agar ia memperlihatkan aurat mereka berdua. Sesungguhnya
dia dan golongannya melihat kalian dari arah yang kalian tidak melihat mereka.
Sesungguhnya Kami telah menjadikan syetan-syetan sebagai pelindung bagi
orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-A’rof: 27).
Semoga kita
semua selalu dilindungi Alloh dari berbagai tipu daya syetan yang terus
menggoda tiada henti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar