Kamis, 01 September 2016

Awal Perseteruan Manusia dan Iblis




Kisah Al-Qur’an Surat Al-A’rof: 10 - 27

Oleh : Muhammad Atim
Di Romadhon ini, para santri mengikuti kegiatan Mutiara Romadhon. Di bulan yang teristimewa ini, karena ia merupakan bulan diturunkannya Al-Qur’an, maka aktifitasnya pun tak bisa dilepaskan dari Al-Qur’an. Saya yang memberikan materi Tarikh Islam, kali ini mengajak kepada para santri juga kepada pembaca sekalian untuk menyelami kisah-kisah atau sejarah dalam Al-Qur’an. Karena kisah Al-Qur’an merupakan kisah terbaik, dan mengandung pelajaran-pelajaran yang sangat berharga sebagai petunjuk bagi kita. Berikut ini kisah tentang awal perseteruan manusia dan iblis dengan mentadaburi Al-Qur’an Surat Al-A’rof ayat 10 sampai 27.
Sebelum semua makhluk tercipta, Alloh SWT berdiri sendiri. Dia-lah yang awal dan Dia-lah yang akhir. Yang pertama kali Dia ciptakan adalah ‘Arsy, singgasana-Nya. Kemudian Dia menciptakan pena. Dia memerintahkan kepada pena itu untuk menuliskan semua yang akan terjadi sampai hari kiamat nanti. Lima puluh ribu tahun setelah penulisan takdir itu, mulailah Alloh SWT menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Langit dan bumi telah tercipta, kemudian Alloh menciptakan makhluk-makhluknya seperti para malaikat, jin, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan dan yang lainnya. Namun manusia belum jua tercipta.
Tersebutlah sekelompok jin yang Alloh tempatkan di bumi. Akan tetapi, mereka malah berbuat kerusakan di permukaan bumi itu dan menumpahkan darah. Sampai Alloh SWT menyuruh malaikat untuk menghukum mereka di sebuah pulau, dan terus menerus mereka dihukum di sana. Tetapi, di antara para jin yang berbuat kerusakan itu, tersebutlah ada satu jin yang taat kepada Alloh, ia bernama Iblis. Karena ketaatannya itu, maka Alloh memberikannya penghargaan dan kehormatan dengan diangkatnya ia ke langit untuk hidup bersama para malaikat. Waktu pun berlalu dalam hitungan yang Alloh kehendaki.
Kemudan, Alloh SWT hendak menciptakan seorang manusia yang akan dijadikan kholifah di muka bumi. Di antara para malaikat ada yang bertanya, “Apakah Engkau hendak menciptakan di atas bumi orang yang akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah. Sedangkan kami selalu bertasbih kepada-Mu dengan memuji-Mu dan mengagungkan-Mu.” Alloh menjawab, “Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.” Ketidaktahuan malaikat itu yang membuat mereka bertanya kepada Alloh dengan maksud ingin mengetahui hikmahnya, ditambah dengan pengalaman mereka terhadap jin-jin yang telah berbuat kerusakan di bumi sebelumnya.
Kemudian Alloh menyuruh malaikat untuk mengambil tanah dari bumi itu. Dipilih tanah yang terbaik, sari pati tanah, tanah lihat seperti tembikar. Lalu dibentuklah rupanya. Setelah sempurna kemudian Alloh meniupkan ruhnya. Maka terciptalah seorang manusia pertama yang bernama Adam.
Para malaikat melihat-lihat makhluk baru itu, mereka senang dengan ciptaan Alloh itu. Tetapi apa yang terjadi dengan Iblis? Ternyata sifat aslinya muncul kembali. Ia merasa dengki dengan penciptaan manusia itu. Ia tidak ingin tersaingi kemuliaannya. Maka, ketika Alloh SWT memerintahkan kepada seluruh malaikat itu bersujud kepada Adam, bersujudlah seluruh malaikat itu kepada Adam sebagai penghormatan, dan hanya Iblis sajalah yang berdiri tidak mau sujud karena kedengkiannya, padahal itu merupakan perintah dari Alloh. Di sinilah dimulai permusuhan Iblis dan syetan-syetan yang menjadi anak buahnya terhadap manusia beserta keturunannya. Di sini pula terdapat pelajaran tentang bahayanya sifat dengki yang mesti kita jauhi, karena ternyata bisa melupakan pelakunya akan perintah Alloh.
Alloh SWT bertanya kepada Iblis, “Apa yang menghalangimu untuk bersujud ketika Aku perintahkan kepadamu? Iblis menjawab, “Aku lebih baik dari dia, Engkau ciptakan aku dari api sedangkan Engkau ciptakan dia dari tanah.”
Maka Alloh berfirman, “Turunlah kamu darinya (surga), tidak layak bagimu untuk menyombongkan diri disana, keluarlah kamu sesungguh kamu termasuk yang hina.”
Itulah kesombongan Iblis yang membuat dirinya menjadi celaka. Kita juga mesti hati-hati dengan sifat sombong yang kadang tak sadar merasa diri lebih baik dari yang lain serta merendahkan orang lain. Sebagaimana Rosululloh saw mengingatkan, “Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.”
Kemudian, setelah Iblis enggan bersujud kepada Adam karena dengki dan sombong, apakah ia lantas memohon ampun kepada Alloh karena telah melanggar perintah-Nya? Ternyata tidak. Ia malah terus menerus berada dalam kesombongan hingga membuat ia terkutuk selama-lamanya. Bukannya minta ampun, ia malah meminta satu permintaan kepada Alloh, “Tangguhkanlah (ajal)ku sampai hari mereka dibangkitkan.” Alloh SWT mengabulkan permohonannya, “Sesungguhnya kamu termasuk yang ditangguhkan.” Maka ditetapkanlah bagi Iblis untuk bisa hidup sampai hari kiamat.
Bahkan dengan kesombongannya yang terus menerus, Iblis semakin tidak beradab kepada Alloh, ia menyalahkan Alloh yang telah membuat dirinya sesat, padahal perbuatannya sendirilah yang menjadi sebab, dan andaikan ia mau bertobat niscaya Alloh pun akan mengampuni, tetapi ia tidak mau bertobat. Ia mengatakan, “Karena Engkau telah menyesatkanku, niscaya aku akan bersungguh-sungguh menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian aku akan datangi mereka dari depan mereka, dari belakang mereka, dari arah kanan dan dari arah kiri mereka. Dan Engkau tidak mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
Itulah proklamasi Iblis tentang permusuhannya yang abadi dengan manusia.
Kemudian ia mulai melakukan langkah-langkahnya.
Saat itu, Adam as ditempatkan oleh Alloh di surga. Ia berjalan sendirian, lalu tertidur di bawah pohon. Ketika terbangun, ia kaget di dekatnya ada seseorang. Ia bertanya, “Siapakah engkau?” Orang itu menjawab, “Aku seorang perempuan.” Dialah Hawa yang diciptakan oleh Alloh dari tulang rusuk Nabi Adam as untuk dijadikan pasangannya di surga. Alloh SWT memberikan keni’matan serta keistimewaan kepada Adam as. Di antara keistimewaan itu adalah Alloh mengajarkan nama-nama seluruhnya, yang tidak diberikan kepada yang lainnya. Kemudian Adam as memberitahukan nama-nama itu kepada para malaikat. Ketika itu datanglah para malaikat dan bertanya kepada Adam, “Siapakah nama istrimu?” Adam menjawab, “Hawa” Malaikat bertanya kembali, “Kenapa Hawa?” Adam menjawab, “Karena ia diciptakan dari sesuatu yang hidup.”
Adam dan Hawa hidup di surga dengan penuh keni’matan yang tiada tara. Alloh SWT mempersilahkan kepadanya untuk meni’mati apa saja yang ada di dalamnya, tetapi hanya satu saja larangan Alloh, yaitu agar ia jangan mendekati satu pohon.
Diriwayatkan, saat itu Iblis tak lagi di surga, tetapi ia bertekad untuk menggoda Nabi Adam as beserta istrinya. Ada seekor ular yang keluar masuk surga. Iblis pun memanfaatkannya dengan memasuki ular tersebut. Dan mulailah ia menggoda. “Apa yang dilarang Alloh?” tanya Iblis. Adam menjawab, “Jangan mendekati satu pohon.” Iblis mengatakan, “Tahukah kamu, Dia tidak melarangmu dari pohon itu melainkan jika kamu mendekatinya kamu pasti menjadi malaikat atau kamu akan menjadi kekal.” Awalnya Adam as tidak mendengarkan sama sekali rayuan Iblis itu. Namun, waktu pun terus berlalu dan Iblis tak henti-hentinya terus menggoda. Sampai kemudian Iblis bersumpah atas nama Alloh bahwa ia berkata benar dan dia hanya memberi nasihat saja. Akhirnya Adam as, karena ia mendengar sumpah atas nama Alloh, ia mengira tidak mungkin kalau atas nama Alloh itu tidak benar. Dan tak sadar lagi, Adam dan Hawa pun tergoda Iblis. Mereka berdua mendekati pohon itu bahkan hendak memakan buahnya. Saat mulai mencicipi buahnya, tiba-tiba tersingkaplah aurat Adam dan Hawa. Keduanya berlari menjauh karena ketakutan, bahkan mengambil daun-daun surga untuk menutupi aurat mereka. Alloh pun menyeru, “Kenapa kamu lari wahai Adam? Apakah kalian hendak meninggalkan-Ku?” Adam menjawab, “Aku tidak meninggalkan-Mu, tetapi aku malu.” Dan Alloh pun menyeru, “Bukankah aku telah melarang kalian berdua dari mendekati pohon itu? Dan bukankah Aku telah katakan kepada kalian bahwa syetan adalah musuh yang nyata bagi kalian!”
Adam as bersama Hawa pun menyesal karena telah melanggar larangan Alloh. Ia terus menerus memohon ampun dengan mengucapkan kalimat yang diajarkan Alloh, “Wahai Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri sendiri, dan kalau Engkau tidak mengampuni kami, niscaya kami termasuk orang yang rugi.” Alloh pun mengampuni mereka, tetapi Alloh telah menetapkan agar mereka turun ke bumi. Maka, turunlah Adam, Hawa besarta Iblis. Dan dimulailah pertarungan itu di muka bumi.
Adam dan Hawa yang terpisah, kemudian dapat bertemu di suatu tempat. Mereka mulai menjalani kehidupan yang berbeda sama sekali dengan di surga. Untuk makan dan minum mereka mesti berusaha terlebih dahulu. Kemudian mereka memiliki keturunan.
Sedangkan Iblis menempati singgasananya di atas lautan (wallohu a’lam lautan yang mana). Ia menyuruh, mengajarkan dan menggiring anak buah dan bala tentaranya untuk menggoda Adam as beserta keturunannya.
Godaan pertama di bumi pun telah menuai hasilnya. Anak Nabi Adam as yang bernama Qabil berhasil digoda untuk membunuh saudaranya sendiri yang bernama Habil. Dan ini merupakan kejahatan pertama dalam sejarah kehidupan manusia.
Waktu demi waktu, manusia terus menerus beranak pinak, begitupun Iblis dan para jin yang menjadi balatentaranya. Permusuhan itu terus berlanjut, hingga banyak dari keturunan Adam yang menjadi pengikut mereka. Dan Alloh pun mengutus para Nabi dan Rosul-Nya serta menurunkan kitab-kitab-Nya sebagai petunjuk bagi manusia di muka bumi ini. Namun di antara manusia ada yang beriman ada pula yang kafir dengan mengikuti godaan Iblis tersebut.
Hingga sampai di akhir zaman, Alloh mengutus Nabi dan Rosul-Nya yang terakhir, Muhammad saw. Iblis bahkan turun langsung untuk menghadapi Nabi yang terakhir ini, seperti pada saat rapat kaum kafir di Darun Nadwah, Iblis datang berwujud kakek tua dari Najed yang merencanakan pembunuhan Nabi saw. Begitu pula di perang Badar, ia juga turun langsung dengan menjelma menjadi Suroqoh bin Malik, tetapi karena ia melihat para malaikat diturunkan untuk membantunya, ia lari terbirit-birit menuju singgasananya. Ketika ia ditanya oleh orang-orang kafir Quraisy, “Mengapa engkau lari?” Iblis menjawab, “Sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kalian lihat.”
Itulah permusuhan antara manusia dan iblis yang akan terus abadi hingga hari kiamat. Akhirnya, Alloh SWT mengingatkan kita dalam surat Al-A’rof tersebut agar kita tidak terjerumus dengan berbagai tipu dayanya;
“Wahai keturunan Adam, janganlah sampai syetan menggelincirkan kalian sebagaimana ia telah menggelincirkan kedua orang tua kalian dari surga. Ia melepas dari mereka berdua, pakaian mereka agar ia memperlihatkan aurat mereka berdua. Sesungguhnya dia dan golongannya melihat kalian dari arah yang kalian tidak melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syetan-syetan sebagai pelindung bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-A’rof: 27).
Semoga kita semua selalu dilindungi Alloh dari berbagai tipu daya syetan yang terus menggoda tiada henti.   




Tidak ada komentar:

Posting Komentar