Syarah Alfiyah Ibnu Malik bait 187
Ibnu Malik rahimahullah mengatakan dalam alfiyahnya, bait ke-187
وَوَصْلُ "مَا" بِذِي الْحُرُوفِ مُبْطِلُ ۞ إِعْمَالَهَا، وَقَدْ يُبَقَّى الَعَمَلُ
“Dan menyambungkan "ma" dengan huruf-huruf ini, menggugurkan fungsinya, dan terkadang fungsinya tetap diberlakukan”
Apabila “Ma” yang bukan maushul bersambung dengan “Inna” dan saudari-saudarinya, maka ia menghalanginya dari amal/fungsinya, kecuali “laita” ia boleh diberlakukan fungsinya (I’mal) dan boleh pula digugurkan (ihmal). Misalnya kamu mengatakan :
إِنَّمَا زَيْدٌ قَائِمٌ
“Hanyalah Zaid itu berdiri”
Tidak boleh memanshubkan “Zaid”, begitu pula yang bersambung dengan “anna”, “kaanna”, “lakinna” dan “la’alla”.
I’robnya menjadi kembali seperti semula, yaitu “Zaidun” mubtada dan “Qaimun” khobarnya.
Adapun yang bersambung dengan “laita” maka boleh kedua-duanya. Kamu boleh mengatakan :
لَيْتَمَا زَيْدٌ قَائِمٌ
“Andaikan Zaid itu berdiri”
Boleh juga mengatakan :
لَيْتَمَا زَيْدًا قَائِمٌ
“Andaikan Zaid itu berdiri”
“Zaidan” sebagai isim laita dan “qaimun” sebagai khobarnya.
Yang jelas dari perkataan penulis (Ibnu Malik) rahimahullah bahwa “ma” apabila bersambung dengan huruf-huruf ini, menghalanginya dari fungsinya. Namun, ada yang berpendapat terkadang boleh diberlakukan, hanya jarang. Ini pendapat sekelompok ahli Nahwu seperti Zajjaji, Ibnu Siroj, Akhfasy dan Kisai. Keduanya meriwayatkan dari orang-orang Arab yang mengatakan : “Innama Zaidan qaimun”. Namun, yang benar adalah pendapat pertama, yaitu bahwa tidak boleh diberlakukan kecuali “laita” saja. Adapun yang diriwayatkan oleh Akhfasy dan Kisai, maka itu adalah “syadz” (bahasa yang ganjil, tidak fasih).
Huruf “Ma” yang menghalangi fungsi inna dan saudari-saudarinya ini adalah “ma” yang bukan maushul. Adapun “ma” maushul maka tidak menghalangi fungsinya. “Ma” maushul ini baik berupa isim maushul, yaitu yang bermakna “alladzi” (yang). Misalnya :
إِنَّ مَا عِنْدَكَ حَسَنٌ
“Sesungguhnya yang ada di sisimu itu bagus”
Ataupun berupa huruf maushul, yaitu yang bisa dialihkan ke bentuk mashdarnya. Contoh :
إِنَّ مَا فَعَلْتَ حَسَنٌ
“Sesungguhnya yang telah kamu perbuat itu bagus”
Bisa dialihkan ke benuk mashdarnya menjadi :
إِنَّ فِعْلَكَ حَسَنٌ
“Sesungguhnya perbuatanmu itu bagus”
Referensi :
Syarah Ibnu ‘Aqil terhadap Alfiyah Ibnu Malik
Minta nomer yang aktif tad untuk pesen kitab
BalasHapusBuku apa?
BalasHapusSudah direspon murid ust.atas namanya Ahmad Ginanjar dari Cimahi Bandung pesen kitab teori baca kitab gundul
HapusBarangnya lagi proses paket minta doanya tadz supaya diberi kefahaman
BalasHapus