Belakangan ini ada sebagian peneliti hadits yang berkesimpulan bahwa
seluruh hadits tentang imam Mahdi adalah dhaif, sehingga tak perlu menjadi satu
keyakinan dalam akidah, bahkan tanpa ragu mengatakan mempercayai adanya imam
Mahdi adalah suatu kemusyrikan. Astaghfirullah.
Seharusnya sebelum
memvonis seperti itu, perlu dilihat pendapat-pendapat para ulama berkenaan
dengan imam Mahdi ini. Jika mayoritas para ulama menetapkan bahwa imam Mahdi
adalah suatu bagian dari akidah Ahlus Sunnah, berarti vonis musyrik itu
mengenai para ulama tersebut. Tentu pendapat mayoritas para ulama itu tidak
sembarangan, tetapi ada dalil yang shahih. Hendaknya jangan terburu-buru
mengambil kesimpulan.
Syekh Muhammad Hasan bin Ad-Dadaw Asy-Syanqithi, salah
seorang ulama Mauritania di zaman ini yang sangat menguasai ilmu-ilmu hadits
dan ilmu-ilmu syar’i lainnya mengatakan, berkenaan dengan imam Mahdi ada 1050
hadits, seluruhnya tidak shahih kecuali hanya empat saja, yaitu dalam shahih Bukhari
dan Muslim, namun tidak disebutkan namanya secara jelas tentang “seorang imam
yang mengimami kaum muslimin saat turunnya Nabi Isa as”, para ulama mensyarah
bahwa itulah imam Mahdi, kemudian disebutkan dalam sunan Abu Dawud, Tirmidzi
dan lainnya hadits tentang “kalaulah di dunia ini tidak tersisa kecuali satu
hari, niscaya akan dipanjangkan sampai keluarnya imam Mahdi yang namanya mirip
dengan nama Nabi Muhammad saw”, tentang bahwa “imam Mahdi berasal dari
keturunan Fatimah” dan tentang “dibaiatnya imam Mahdi di depan Ka’bah.”
Berhubung penulis bukanlah ahli hadits, tetapi sebagai orang yang masih
terus mempelajari ilmu yang mulia ini, dalam kesempatan ini penulis cukupkan
dengan mengutip pendapat Ibnu Hajar –rahimahullah- sang pakar hadits
yang tak diragukan lagi penguasaannya terhadap hadits-hadits Rasulullah saw,
berkenaan dengan perkara imam Mahdi ini. Ada satu buku yang secara khusus
membahas manhaj akidah Ibnu Hajar yang berjudul Manhaj Al-Hafizh Ibni Hajar
fil ‘Aqidah min khilali kitab Fathil Bari (Manhaj Al-Hafizh Ibnu Hajar
dalam akidah dari kitab Fathul Bari) yang ditulis oleh Muhammad Ishaq Kandu
(Cet. Maktabah Ar-Rusydi Riyadh). Berkenaan dengan Imam Mahdi (hal.1337-1339)
dijelaskan,
“Al-Hafizh Ibnu Hajar tidak berbicara tentang masalah Imam Mahdi dan
keadaannya sebagai tanda-tanda hari kiamat seperti halnya berbicara tentang
tanda-tanda lain, melainkan beliau hanya berisyarat di dalam dua tempat dalam
kitab beliau,
Pertama,
dalam mensyarah “Bab turunnya Nabi Isa bin Maryam alaihima assalam” ketika
berbicara berkenaan dengan hadits Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw
bersabda, “Bagaimanakah keadaan kalian apabila turun Ibnu Maryam kepada
kalian, dan imam kalian dari golongan kalian.” Dimana beliau menyebutkan
hadits yang lain untuk menjelaskan makna hadits ini, beliau berkata, “Bagi Ibnu
Majah dalam hadits Abu Umamah yang panjang tentang Dajjal, ia berkata, “Dan
mereka seluruhnya, yaitu kaum muslimin, berada di Baitul Maqdis dan imam mereka
adalah seorang lelaki shaleh telah maju untuk mengimami mereka shalat, ketika
Nabi Isa turun, imam itu kembali mundur agar Nabi Isa maju, maka Isa berdiri di
antara dua pundaknya, kemudian ia berkata, “Majulah! Sesungguhnya itu adalah
hakmu untuk didirikannya shalat.” Ibnu Hajar berkata, “Abul Hasan Al-Khos’i
Al-Abidi dalam Manaqib Asy-Syafi’i berkata, “Telah mutawitir kabar-kabar
bahwa Al-Mahdi adalah bagian dari umat ini, dan bahwasannya Isa shalat di
belakangnya” ia menyebutkan hal itu sebagai bantahan untuk hadits yang
dikeluarkan oleh Ibnu Majah dari Anas, dan di dalamnya dikatakan, “Dan tidak
ada Mahdi kecuali Isa.”
Kedua,
dalam syarah “Bab Manaqib Hasan dan Husain radhiyallahu ‘anhuma” dimana Al-Hafizh berkata tentang orang yang
menyebutkan bahwa mereka mirip dengan Rasulullah saw, ia menyebutkan di
antaranya adalah imam Mahdi. Ia berkata, “Al-Mahdi yang akan keluar di akhir
zaman, datang bahwa ia itu mirip (dengan Rasulullah saw), namanya mirip dengan
nama Rasul, dan nama ayahnya mirip dengan nama ayah Rasul saw.
Ini yang aku temui dari perkataan Al-Hafizh ibnu Hajar tentang perkara
Al-Mahdi, dan nampaklah darinya bahwa Al-Hafizh menetapkan keluarnya Al-Mahdi
di akhir zaman, sebagaimana ia adalah akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. As-Safarini
berkata, “Sungguh telah banyak perkataan tentang Al-Mahdi sampai dikatakan, “tidak
ada Al-Mahdi kecuali Isa”, dan yang benar adalah apa yang diyakini oleh
Ahli Haq bahwa Al-Mahdi itu bukanlah Nabi Isa as, dan bahwa ia akan keluar
sebelum turunnya Nabi Isa as. Sungguh telah banyak riwayat-riwayat tentang
keluarnya hingga sampai pada derajat mutawatir ma’nawi, dan hal itu tersebar di
antara para ulama Sunnah, hingga dihitung sebagai akidah mereka.”
(M. Atim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar