9 Robi’ul Awal tahun gajah, atau ada juga yang menyebut tanggal 12, awal sejarah
besar dimulai. Lahirlah seorang manusia pilihan bernama Muhammad. Nama itu masih terdengar asing pada masa itu, tapi nama
itulah yang dipilih oleh kakeknya yang sangat menyayanginya, Abdul Muttolib. Beberapa
saat setelah lahirnya, Abdul Muttolib membawanya ke dalam Ka’bah seraya berdoa
kepada Alloh dan bersyukur kepada-Nya, bayi itu diberi nama Muhammad dan
dikhitan pada hari ketujuh.
Manusia yang kelak menjadi panutan
seluruh alam itu, lahir dalam keadaan yatim. Ayahnya, Abdullah sudah tiada pada
saat dua bulan sebelum kelahirannya. Ia pun harus berpisah dengan ibunya karena
dititipkan kepada seorang perempuan yang menyusuinya di kampung
Bani Sa’ad, Halimah As-Sa’diyyah. Setelah empat
tahun, ia kembali kepada ibunya, dan tak lama. Hanya dua tahun ia mendapatkan
kasih sayang ibunya secara total, dan mungkin hal itu sudah cukup. Ia harus
berpisah dengan ibunya untuk selamanya pada saat berumur enam tahun. Kini, ia
telah menjadi yatim piatu. Untuk selanjutnya mendapat bimbingan dari kakeknya
selama dua tahun. Dan masa-masa berikutnya ia lalui bersama pamannya, Abu
Tholib.
Dalam keadaan seperti itu ia
tumbuh menjadi anak yang mandiri, kuat, tidak bergantung kepada orang lain, ia
telah mengambil tanggung jawab terhadap hidupnya sendiri dengan memulai bekerja
dengan mengembala kambing dan berdagang. Bahkan, ia dikenal sebagai orang yang
berakhlaq baik, jujur dan tak pernah sekalipun berdusta, peduli terhadap
orang-orang lemah dan miskin, menyayangi anak-anak yatim, menyambungkan silaturrahmi, orang-orang pun
mengenalnya sebagai Al-Amin.
Ia tidak mau terlibat dalam
kesia-siaan hidup yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya yang berlawanan
dengan akal sehatnya seperti menyembah berhala, meminum-minuman keras dan
prilaku-prilaku jahiliyyah lainnya. Ia lebih memilih hidup yang dilalui dengan
kerja keras dan sungguh-sungguh. Ia kemudian lebih memilih untuk menjauhi
perbuatan-perbuatan kesia-siaan tersebut dengan menyendiri dan merenung. Gua
Hiro, tempat dia bertahannuts, telah menjadi tempat bersejarah pada saat wahyu
diturunkan pertama kali kepadanya. Ketika itulah ia mendapat amanah besar dari
Alloh menjadi Rosul yang diutus untuk menyampaikan risalah kepada seluruh umat
manusia, dan Alloh pun tahu bahwa dia mampu untuk memikul amanah tersebut.
Sejak saat itu, arah sejarah
kehidupan manusia berubah. Perlahan tapi pasti, cahaya petunjuk itu terus
menerangi kehidupan manusia. Jazirah Arab selanjutnya dipenuhi oleh
manusia-manusia mulia dan berperadaban luhur, bahkan menjadi pionir perubahan
terhadap seluruh dunia. Hal itu tiada lain karena kerja keras da’wah Rosululloh
saw dan akhlaq mulianya yang menjadi panutan.
Alloh SWT melalui Rosul-Nya,
Muhammad saw, ingin membimbing manusia menjalani cara hidup yang sesuai dengan
tujuan penciptaannya, yaitu beribadah, mengabdikan diri kepada Alloh SWT, dan
dengan begitu maka Alloh akan memberikan keselamatan dan kebahagiaan kepada
manusia. Untuk itu Alloh menjadikan sosok pribadi Rosululloh sebagai teladan
yang dapat diikuti oleh siapa saja yang ingin meniti jalan keselamatan
tersebut. Tidak ada sedikitpun dari kehidupan Rosululloh saw yang tidak menjadi
teladan yang dapat diikuti oleh umatnya selain dari hal-hal yang memang
dikhususkan untuk beliau, sebagai karunia yang khusus dari Alloh. “Sungguh
telah ada bagi kalian dalam diri Rosululloh suri tauladan yang baik (uswah
hasanah) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan hari akhir, dan dia
banyak menyebut nama Alloh.” (QS. Al-Ahzab: 21).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar