Apa itu Akhlaq?
Para ulama mendefinisikan Akhlaq sebagai berikut :
اَلْأَخْلَاقُ
هُوَ صِفَةٌ رَاسِخَةٌ تَصْدُرُ مِنْهَا الْأَفْعَالُ بِسُهُوْلَةٍ مِنْ غَيْرِ
فِكْرٍ وَرَوِيَّةٍ
“Akhlaq adalah sifat yang berurat akar yang
lahir darinya perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui pemikiran dan
pertimbangan.”
Menurut pengertian di atas maka akhlaq itu
adalah sifat yang sudah tertanam di dalam diri seseorang, baik itu baik ataupun
buruk. Kalau akhlaq seseorang baik berarti perbuatan-perbuatan baik itu akan
dengan mudah dilakukan atau istilahnya secara spontanitas tanpa ada proses
berpikir dan mempertimbangkan, begitu juga sebaliknya kalau orang berakhlaq
buruk, maka perbuatan buruknya akan begitu mudah dilakukannya. Dalam kata lain,
akhlaq itu adalah watak.
Tahapan terbentuknya Akhlaq
Akhlaq itu bisa terbentuk melalui tahapan
berikut ini :
(Sumber: Anis Matta, Model Manusia Muslim Abad XXI)
Akhlaq itu akan terbentuk bermula dari Lintasan
pikiran. Seperti dikatakan oleh Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah: “Hati-hatilah
terhadap lintasan pikiran yang memenuhi benakmu.” Lintasan pikiran itu
berasal dari apa yang kita dengar, apa yang kita lihat, apa yang kita baca, apa
yang kita raba, dan apa yang kita pikirkan. Setiap harinya banyak
lintasan-lintasan pikiran yang melintas di pikiran kita. Oleh karena itu,
rawatlah pikiran kita agar yang selalu muncul adalah pikiran yang baik. Karena
kalau pikiran kita dipenuhi hal-hal yang baik, maka perbuatan yang muncul
adalah perbuatan baik, sebaliknya kalau pikiran kita dipenuhi hal-hal yang
buruk, maka perbuatan yang muncul adalah perbuatan buruk. Di sini kita harus
hati-hati, karena pekerjaan syetan adalah membayang-bayangi pikiran yang buruk.
Pikiran adalah akar kepribadian kita. Oleh karena itu, kalau kita ingin merubah
diri, maka mulailah dengan merubah pikiran kita. Benarlah orang yang
mengatakan, “You Are What you thing” (kamu adalah apa yang kamu
pikirkan).
Lintasan pikiran yang melekat dalam pikiran
kita akan tersimpan dalam Memori. Selanjutnya ia akan menjadi Gagasan
(Ide). Sampai di sini disebut dengan tahap Cara berpikir
(Visi). Jika gagasan itu kuat, maka akan menjadi Keyakinan.
Jika keyakinan itu kuat maka akan menjadi Kemauan, dan sampai di
sini disebut dengan tahap Cara merasa (mental). Dan jika kemauan itu
kuat maka akan menjadi Tindakan. Jika tindakan itu dilakukan
secara berulang-ulang, maka ia akan menjadi Kebaiasaan. Dan jika
kebiasaan itu berlangsung dalam waktu yang lama, maka ia akan menjadi Watak.
Inilah yang disebut Cara bertindak (karakter). Dan di sinilah akhlaq itu
terbentuk.
Untuk menumbuhkan Akhlaq yang baik atau
Akhlaqul Karimah, maka harus ditumbuh suburkan pikiran-pikiran yang baik. Untuk
itulah perlunya ada pembinaan (Tarbiyyah) berupa nasihat-nasihat, pengajaran
yang baik, pemberian ilmu-ilmu yang bermanfaat, yang kesemuanya bersumber dari
nilai-nilai kebenaran yang hakiki dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh saw.
3 Landasan di dalam menumbuhkan Akhlaqul
Karimah
1. Muroqobah
Muroqobah adalah merasa selalu diawasi oleh
Alloh SWT. Alloh SWT berfirman: “Dan Dia bersama kalian dimana pun kalian
berada.” (QS. Al-Hadid : 4). Sikap inilah sebagai landasan terbentuknya
akhlaqul Karimah. Dengan merasa selalu diawasi oleh Alloh SWT, seseorang akan
mau berbuat kebaikan karena Alloh akan membalas kebaikan itu, dan ia enggan
untuk berbuat jahat karena takut kepada Alloh yang akan memberikan siksaan.
Sikap seperti ini di dalam hadits disebut dengan Ihsan. Yaitu ketika Rosululloh
saw ditanya tentang Ihsan beliau menjawab: “Engkau beribadah kepada Alloh
seakan-akan engkau melihat Alloh, dan jika engkau tidak mampu, maka yakinlah
bahwa Alloh melihatmu.” Orang yang berbuat Ihsan disebut Muhsin. Muhsin
lebih tinggi dari Mu’min, karena sikap Ihsan itu adalah tingkat tertinggi dari
keimanan seseorang. Jadi urutannya adalah: Muslim, kemudian Mu’min, kemudian
Muhsin.
Seperti halnya seorang anak gembala yang selalu
merasa diawasi oleh Alloh, ketika dia diuji oleh Kholifah Umar bin Khottob
untuk menjual kambing miliki tuannya kepadanya tanpa sepengetahuan tuannya, ia
mengatakan: “Lalu, dimanakah Alloh?”. Sikap itulah yang membuat dia
tidak mau melakukan kebohongan dan penipuan. Orang-orang dengan mudah melakukan
korupsi, kebohongan, penipuan, kedzoliman dan lain-lain, karena mereka
menganggap bahwa Alloh tidak melihat mereka. Oleh karena itu, hal pertama agar
kita bisa berakhlaqul Karimah adalah dengan merasa selalu diawasi oleh Alloh
SWT. Dari sikap inilah akan lahir 3 motivasi dalam ibadah yaitu Mahabbah
(Cinta yang besar kepada Alloh), Roja’ (Pengharapan
yang kuat untuk mendapatkan surga-Nya) dan Khouf (Rasa takut yang
luar biasa terhadap siksa neraka-Nya).
2. Muhasabah
Muhasabah artinya menghitung-hitung diri,
evaluasi atau introspeksi diri. Alloh SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang
beriman! Bertakwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada
Alloh, sesungguhnya Alloh maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS.
Al-Hasyr : 18).
Setiap
harinya kita mesti melakukan muhasabah terhadap apa yang telah kita perbuat,
kalau ada perbuatan baik maka pelihara dan tingkatkan, sedangkan perbuatan yang
buruk atau sebuah kesalahan mesti kita sadari untuk selanjutnya kita
tinggalkan. Kita juga perlu memeriksa dan mendeteksi sifat-sifat yang buruk
dalam diri kita untuk kita tinggalkan. Bisa jadi selama ini kita sering
melakukan sifat-sifat buruk, sementara kita tidak menyadarinya. Oleh karena
itu, sangat diperlukan muhasabah yang rutin untuk memulai menumbuhkan Akhlaqul
Karimah.
3. Mujahadah
Mujahadah artinya bersungguh-sungguh dan
bekerja keras. “Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan
Kami, pasti akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami, dan sungguh
benar-benar Alloh bersama orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut
: 69).
Jihad itu ada dua ma’na, yaitu ma’na khusus dan
ma’na umum. Ma’na khusus jihad adalah berperang di jalan Alloh, sedangkan ma’na
umumnya adalah bersungguh-sungguh di dalam mengerjakan setiap amal sholeh.
Di dalam menumbuhkan akhlaqul Karimah, setelah
kita melakukan Muroqobah dan Muhasabah, tentu untuk merubah diri dari sifat
buruk kepada sifat yang baik itu banyak cobaan dan rintangannya, karena memang
di baliknya ada hawa nafsu dan syetan yang selalu menggoda. Dengan demikian,
maka diperlukan sikap Mujahadah. Tanda adanya sikap Mujahadah, maka kita akan
mudah menyerah, akhirnya tidak sabar. Seperti halnya orang yang memiliki sifat
terlalu banyak bicara, tiba-tiba dia ingin merubahnya yaitu dengan menjaga
pembicaraannya, tentu hal itu akan banyak omongan dari orang lain, maka
diperlukan Mujahadah agar ia mampu untuk bersabar. Sikap Mujahadah ini dapat dibagi menjadi dua,
yaitu Takholli (bersungguh-sungguh di dalam mengosongkan diri
dari sifat-sifat buruk) dan Tahalli (bersungguh-sungguh di dalam
menghiasi diri dengan sifat-sifat yang baik).
Itulah tiga sikap yang mesti selalu dilakukan
setiap kali ingin meninggalkan sifat-sifat buruk dan menumbuhkan sifat-sifat
baik, karena ia adalah landasan bertumbuhnya akhlaqul karimah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar