Oleh : Muhammad Atim
Karakteristik inilah yang akan membedakan pendidikan Islam dengan pendidikan barat dan lainnya.
1. Berorientasi kepada Ar-Robb, Alloh SWT (Ar-Robbaniyyah)
Aktifitas pendidikan yang dilakukan
adalah karena Alloh, untuk menggapai ridho Alloh, bergantung kepada Alloh, dan
melandaskan segala halnya kepada petunjuk Alloh.
Inilah makna perintah Alloh
"bacalah dengan nama Tuhanmu", dan "Dialah yang mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya", dalam QS. Al-'Alaq 1-5 sebagai asas
bagi pendidikan Islam.
Berbeda dengan pendidikan barat yang
asasnya katanya kemanusiaan, tapi ketika hanya bergantung kepada manusia dan
menafikan Alloh, kenyataannya hanya mengikuti hawa nafsu dan zhon belaka,
akhirnya tersesat.
Dalam sumber ilmu pun mereka
menposisikan agama sebagai pengetahuan primitif dan mitos, sedangkan rasio dan
empirik (panca indra) diagungkan.
Sedangkan Islam, menjadikan wahyu
sebagai sumber utama ilmu, kemudian akal dan panca indra yang menjadi
prajuritnya.
2. Komprehensif dan sempurna (Asy-Syumul wat Takamul)
Karena Alloh mengetahui hakikat
manusia, maka Dia menurunkan Islam memiliki manhaj pendidikan yang sempurna.
Tidak ada pengabaian dari satu hal
pun dalam setiap aspeknya. Yang meliputi aspek materi pendidikan, manusia,
fitrah, waktu dan tempat.
Dalam aspek materi pendidikan, tidak
memisahkan antara perkara agama dan dunia. Dalam aspek manusia, pendidikan
Islam cocok untuk semua macam manusia. Dalam aspek fitrah, menyentuh semua
unsurnya yang mencakup ruh, akal dan jasad. Dalam aspek waktu dan tempat, maka
pendidikan Islam sesuai untuk setiap waktu dan tempat tanpa terkecuali.
3. Seimbang (At-Tawazun)
Prinsip keseimbangan selalu
digunakan dalam pendidikan Islam. Karena ia adalah asas bagi kehidupan yang
tegak.
Seimbang dalam memenuhi kebutuhan
manusia yang meliputi ruh, akal dan jasad.
Ada pendidikan yang mementingkan
aspek fisik saja. Akhirnya materialisme.
Ada yang mementingkan aspek batin
saja. Akhirnya tak mampu memberdayakan bumi ini.
Ada pula yang hanya mementingkan
aspek akal saja, akhirnya berpikiran picik dan liberal.
4. Mengarahkan kepada potensi positif dengan tetap di atas
jalan yang lurus (Al-Ijabiyyah As-Sawiyyah)
Alloh telah membekali manusia dengan
dua potensi; potensi positif dan negatif, potensi ketakwaan dan kedurhakaan.
Dalam pendidikan Islam manusia
diarahkan kepada potensi positif, tetapi tetap di atas jalan yang lurus, dengan
cara yang benar.
Murid diarahkan untuk dapat
berprestasi, tetapi dengan cara yang benar yaitu memohon pertolongan kepada
Alloh dan belajar sungguh-sungguh.
Begitu pula mengarahkan murid
berakhlaq mulia tidak dengan cara keras yang kaku yang membuat mereka justru
lari, tidak pula dengan pembiaran yang membuat mereka semakin enjoy berbuat
kesalahan. Tetapi dengan sikap tegas yang diiringi dengan kelembutan.
5. Memperhatikan hal yang tetap dan yang fleksibel
(Ats-Tsabat wal Murunah)
Dalam Islam ada hal-hal yang tetap
seperti keimanan, akhlaq mulia, perintah dan larangan.
Adapula hal-hal yang fleksibel
seperti alat belajar-mengajar, kendaraan, waktu belajar, dll.
Berbeda dengan pendidikan barat yang
menganggap semuanya fleksibel, semuanya bisa dirubah, disesuaikan dengan
keinginan hawa nafsunya.
6. Sesuai dengan realitas dan memiliki idealisme
(Al-Waqi'iyyah Al-Mitsaliyyah)
Pendidikan Islam memperhatikan
realita manusia dan memberikan arahan untuk memperbaiki permasalahannya. Tetapi
juga memiliki target ideal yang berusaha dicapai.
Masyarakat Islam bukanlah masyarakat
yang tanpa kesalahan. Diantara mereka ada yang tergiur harta lalu turun
meninggalkan bukit Uhud, maka Alloh memberikan pelajaran lalu memaafkannya.
Bagi setiap permasalahan selalu diberikan solusinya yang tepat.
Ketika kita menargetkan hapalan
sekian juz bagi murid, dalam prakteknya kita memberikan porsi hapalan sesuai
dengan kemampuannya di setiap harinya atau setiap minggunya.
Adakalanya dia malas, kita berikan
motivasi. Adakalanya dia terganggu oleh pengaruh tv atau lainnya, kita berikan
nasihat dan menyingkirkan gangguan itu secara halus. Ada kalanya pula dia
melakukan pelanggaran setelah diberi peringatan, kita berikan hukuman yang
tepat.
Inilah prinsip memperbaiki setiap
realita yang berjalan dan mengarahkannya kepada bentuk ideal.
Sehingga dengan begitu, kita tidak
menyerah pada realita, tidak pula memaksa untuk mencapai bentuk ideal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar