Sabtu, 21 Oktober 2017

Karakteristik Pendidikan Islam



Oleh : Muhammad Atim

Karakteristik inilah yang akan membedakan pendidikan Islam dengan pendidikan barat dan lainnya.
1. Berorientasi kepada Ar-Robb, Alloh SWT (Ar-Robbaniyyah)
Aktifitas pendidikan yang dilakukan adalah karena Alloh, untuk menggapai ridho Alloh, bergantung kepada Alloh, dan melandaskan segala halnya kepada petunjuk Alloh.
Inilah makna perintah Alloh "bacalah dengan nama Tuhanmu", dan "Dialah yang mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya", dalam QS. Al-'Alaq 1-5 sebagai asas bagi pendidikan Islam.
Berbeda dengan pendidikan barat yang asasnya katanya kemanusiaan, tapi ketika hanya bergantung kepada manusia dan menafikan Alloh, kenyataannya hanya mengikuti hawa nafsu dan zhon belaka, akhirnya tersesat.
Dalam sumber ilmu pun mereka menposisikan agama sebagai pengetahuan primitif dan mitos, sedangkan rasio dan empirik (panca indra) diagungkan.
Sedangkan Islam, menjadikan wahyu sebagai sumber utama ilmu, kemudian akal dan panca indra yang menjadi prajuritnya.
2. Komprehensif dan sempurna (Asy-Syumul wat Takamul)
Karena Alloh mengetahui hakikat manusia, maka Dia menurunkan Islam memiliki manhaj pendidikan yang sempurna.
Tidak ada pengabaian dari satu hal pun dalam setiap aspeknya. Yang meliputi aspek materi pendidikan, manusia, fitrah, waktu dan tempat.
Dalam aspek materi pendidikan, tidak memisahkan antara perkara agama dan dunia. Dalam aspek manusia, pendidikan Islam cocok untuk semua macam manusia. Dalam aspek fitrah, menyentuh semua unsurnya yang mencakup ruh, akal dan jasad. Dalam aspek waktu dan tempat, maka pendidikan Islam sesuai untuk setiap waktu dan tempat tanpa terkecuali.
3. Seimbang (At-Tawazun)
Prinsip keseimbangan selalu digunakan dalam pendidikan Islam. Karena ia adalah asas bagi kehidupan yang tegak.
Seimbang dalam memenuhi kebutuhan manusia yang meliputi ruh, akal dan jasad.
Ada pendidikan yang mementingkan aspek fisik saja. Akhirnya materialisme.
Ada yang mementingkan aspek batin saja. Akhirnya tak mampu memberdayakan bumi ini.
Ada pula yang hanya mementingkan aspek akal saja, akhirnya berpikiran picik dan liberal.
4. Mengarahkan kepada potensi positif dengan tetap di atas jalan yang lurus (Al-Ijabiyyah As-Sawiyyah)
Alloh telah membekali manusia dengan dua potensi; potensi positif dan negatif, potensi ketakwaan dan kedurhakaan.
Dalam pendidikan Islam manusia diarahkan kepada potensi positif, tetapi tetap di atas jalan yang lurus, dengan cara yang benar.
Murid diarahkan untuk dapat berprestasi, tetapi dengan cara yang benar yaitu memohon pertolongan kepada Alloh dan belajar sungguh-sungguh.
Begitu pula mengarahkan murid berakhlaq mulia tidak dengan cara keras yang kaku yang membuat mereka justru lari, tidak pula dengan pembiaran yang membuat mereka semakin enjoy berbuat kesalahan. Tetapi dengan sikap tegas yang diiringi dengan kelembutan.
5. Memperhatikan hal yang tetap dan yang fleksibel (Ats-Tsabat wal Murunah)
Dalam Islam ada hal-hal yang tetap seperti keimanan, akhlaq mulia, perintah dan larangan.
Adapula hal-hal yang fleksibel seperti alat belajar-mengajar, kendaraan, waktu belajar, dll.
Berbeda dengan pendidikan barat yang menganggap semuanya fleksibel, semuanya bisa dirubah, disesuaikan dengan keinginan hawa nafsunya.
6. Sesuai dengan realitas dan memiliki idealisme (Al-Waqi'iyyah Al-Mitsaliyyah)
Pendidikan Islam memperhatikan realita manusia dan memberikan arahan untuk memperbaiki permasalahannya. Tetapi juga memiliki target ideal yang berusaha dicapai.
Masyarakat Islam bukanlah masyarakat yang tanpa kesalahan. Diantara mereka ada yang tergiur harta lalu turun meninggalkan bukit Uhud, maka Alloh memberikan pelajaran lalu memaafkannya. Bagi setiap permasalahan selalu diberikan solusinya yang tepat.
Ketika kita menargetkan hapalan sekian juz bagi murid, dalam prakteknya kita memberikan porsi hapalan sesuai dengan kemampuannya di setiap harinya atau setiap minggunya.
Adakalanya dia malas, kita berikan motivasi. Adakalanya dia terganggu oleh pengaruh tv atau lainnya, kita berikan nasihat dan menyingkirkan gangguan itu secara halus. Ada kalanya pula dia melakukan pelanggaran setelah diberi peringatan, kita berikan hukuman yang tepat.
Inilah prinsip memperbaiki setiap realita yang berjalan dan mengarahkannya kepada bentuk ideal.
Sehingga dengan begitu, kita tidak menyerah pada realita, tidak pula memaksa untuk mencapai bentuk ideal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar