Sabtu, 10 September 2016

Meninggalkan kenangan yang indah

Inspirasi pemuda Ashabul Kahfi (7)
(QS. Al-Kahfi : 21-22)


Oleh : Muhammad Atim         
Simak dan download kajiannya : di sini
Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: "Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: "Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya. Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(Jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya", sebagai terkaan terhadap perkara yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(Jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka.(QS. Al-Kahfi : 21-22).
Kisah keshalehan mereka menjadi kenangan indah setelahnya. Allah sengaja mempertemukan orang-orang pada zaman itu dengan mereka agar orang-orang tersebut dapat mengambil pelajarannya. Pelajaran yang paling besar dari kisah mereka adalah sebagai bukti nyata bahwa janji Allah itu benar dan hari kiamat itu pasti terjadi. Karena jika Allah berkuasa membangkitkan mereka setelah tertidur selama 309 tahun, maka Allah pun berkuasa untuk membangkitkan kembali manusia di hari kebangkitan. Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya.”
Para pemuda Ashabul Kahfi itu pun menjadi perbincangan dan perselisihan di kalangan masyarakat pada waktu itu tentang keadaannya setelah mereka melihatnya dan mengetahui kematiannya. Dan Allah lebih tahu tentang keadaan mereka. Akhirnya sebagai bentuk penghormatan mereka berkeinginan untuk membangun suatu bangunan di pintu gua yang dapat menjaga kuburan mereka dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang dikhawatirkan dapat merusaknya dan juga sebagai tanda. Tetapi kemudian kebanyakan mereka yang mendominasi urusan mereka berpendapat agar dibangun sebuah tempat peribadatan di sana, padahal hal itu termasuk sesuatu yang dilarang. Diriwayatkan dari Aisyah, Rasulullah saw bersabda : “Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nashrani, mereka menjadikan kuburan-kuburan para Nabi dan orang-orang shaleh mereka sebagai masjid (tempat peribadatan).” (HR. Bukhari).      
Jumlah mereka pun menjadi perselisihan. Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(Jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya", sebagai terkaan terhadap perkara yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(Jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit".
Para ahli tafsir berkata : “Ketika Allah menyebutkan pendapat pertama dan kedua, Allah menyertainya dengan kata “terkaan terhadap perkara yang gaib”. Sedangkan ketika menyebutkan pendapat yang terakhir, Allah tidak mencelanya dengan suatu apapun, seakan-akan  Dia menyetujui yang berpendapat seperti itu. Kemudian Allah memperingatkan kepada yang lebih utama dan lebih sempurna yaitu mengembalikan ilmu tersebut kepada Allah Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib.”[1] Kita katakan bahwa Allah yang lebih tahu tentang jumlah mereka, tetapi setelah mencermati rangkaian ayat tersebut dan itu bisa dilakukan oleh sedikit orang, kita katakan pendapat yang paling kuat jumlah mereka adalah tujuh orang dan yang ke delapan adalah anjingnya. Itu pula yang dikatakan oleh Ibnu Abbas : “Aku termasuk orang yang sedikit tersebut, jumlah mereka ada tujuh, karena Allah menghitung bilangan mereka sampai tujuh.”[2]
Meninggalkan kenangan indah berupa kebaikan-kebaikan bagi orang-orang sepeninggal kita tanpa ada niatan riya, mesti kita usahakan. Ketika kita telah berjuang menguatkan iman kita dan menghindari berbagai fitnah yang ada, pada akhirnya kita akan merasakan manis hasilnya. Kita akan dapat mewarisi kebaikan yang kita perjuangkan itu kepada generasi berikutnya. Karena orang yang beruntung adalah orang yang ketika lahirnya disambut bahagia, dan ketika meninggal ditangisi karena kehilangan dan terkenang dengan kebaikan-kebaikannya. Sedangkan orang yang rugi adalah ketika ia lahir disambut bahagia dan ketika meninggal pun orang-orang di sekitarnya merasa tentram karena dapat beristirahat dari kejahatannya. Nabi Ibrahim as telah mencontohkan dengan doanya, “Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian.” (QS. Asy-Syu’ara: 84).   


[1] Ibid, hal.180
[2] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar