Nah, bagaimana supaya ia menjadi petunjuk dalam hidup kita? Maka ia perlu digali petunjuknya.
Disebutkan
dalam riwayat dari Abu Abdurrahman As-Sullami bahwa para sahabat
mempelajari Al-Qur'an tidak melampaui sepuluh ayat sampai mereka dapat
menggali ilmu dan amalnya. Mereka mengatakan, "Maka kami mempelajari
Al-Qur'an, ilmunya dan amalnya secara sekaligus"
Ini adalah manhaj para sahabat dalam belajar Al-Qur'an, semestinya kita pun begitu.
Makna "tidak
melampaui sepuluh ayat" itu dimungkinkan mereka mempelajari satu tema
pembahasan. Karena, Al-Qur'an ini berisi halaqoh-halaqoh pembelajaran yg
berisi tema-tema tertentu untuk menjawab semua permasalahan.
Dan memang,
setiap permasalahan pasti ada jawabannya di Al-Qur'an, karena ia
disifati dengan "tibyanan likulli syai'in" (menjelaskan segala sesuatu)
dan "tafshila kulli syai'in" (merinci segala sesuatu).
Dengan mengkaji
Al-Qur'an dalam suatu tema pembahasan sesuai dengan susunan halaqoh
pembelajarannya, diharapkan kita dapat menggali petunjuk ilmu dan
petunjuk amalnya. Sehingga Al-Qur'an betul-betul menjadi cahaya bagi
kehidupan.
Yg dijadikan rujukan utama dalam kajian ini adalah,
1. Shofwatut Tafasir, sebagai pemahaman awal
2. Tafsir Ibnu Katsir, yg mewakili tafsir bil ma'tsur/birriwayah
3. Tafsir Ibnu Asyur, yg mewakili tafsir birro'yi/biddiroyah
4. Fi Zhilalil
Qur'an, yg menyoroti Al-Qur'an dari sisi tarbiyahnya, dgn menghayati
setiap halaqoh pembelajarannya, yg merasuk ke alam batin (dhomir) dengan
racikan bahasa sastranya dan ke alam realita (waqi') dgn panduan siroh
Nabi, sehingga dapat diketahui bagaimana generasi sahabat ditarbiyah
oleh Al-Qur'an.
Ditambah dgn penggalian lebih lanjut trhdp pengamalan Rosululloh saw dalam hadits dan siroh, serta ilmu dan amal orang-orang sholeh berikutnya, ditambah pula dgn menyingkap sisi kemukjizatan ilmiahnya sperti yg ditulis oleh Dr. Zaghlul An-Najjar dlm kitabnya Tafsir Ayat Kauniyyah dan Dr. Abdud Daim Al-Kahil dlm websitenya kaheel7.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar