Sentuhan Kebahasaan Al-Qur'an
Eps 02
Oleh : Muhammad Atim
Kita tahu surat Al-Fatihah adalah surat yang pendek namun merangkum seluruh isi Al-Qur'an. Untuk itu ia disebut sebagai Fatihatul Kitab (pembukaan Al-Qur'an), Ummul Kitab (induk Al-Qur'an) dan As-Sab'ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang). Hikmah diulang-ulang adalah agar inti kandungan Al-Qur'an itu senantiasa kita hayati dalam hidup kita. Isi kandungan Al-Qur'an itu berkisar pada tiga hal. Pertama, pujian kepada Allah atau seputar keimanan yaitu tercermin dalam ayat 1-4. Kedua, perintah dan larangan atau hukum-hukum syariat tercermin dalam ayat 5-6. Ketiga, janji dan ancaman yang tercermin dalam ayat 7, bahwa ada kisah orang-orang shaleh yang dijanjikan surga dan kisah orang-orang yang dimurkai dan sesat yang diancam dengan neraka.
Dalam konteks penyampaian pesan secara ringkas (dalam ilmu Balaghah disebut Ijaz) itu tidak perlu ada pengulangan. Karena pengulangan merupakan bagian dari penyampaian pesan secara memperpanjang (dalam ilmu Balaghah disebut Ithnab).
Tahukah kita, di surat Al-Fatihah ini, meskipun ia dalam konteks ijaz, tapi ada kata yang diulang?
Ya, yaitu kata Ar-Rahman Ar-Rahim. Tapi ini tidak disepakati ulama, karena ada sebagian ulama yang menganggap basmalah bukan termasuk Al-Fatihah.
Ada satu kata lagi, yaitu kata Shiroth (jalan). Inilah yang ingin saya soroti dalam kesempatan ini.
Mengapa kata siroth ini diulang? Apa rahasia pengulangan (asror at-tikror) ini? Sebenarnya bisa aja kan dikatakan: "ihdina shirotholladzina an'amta 'alaihim... tanpa mengulangi kata siroth. Ini menunjukkan ada rahasia penting yang mesti kita gali.
Kata shiroth pertama menyatakan :
اهدنا الصراط المستقيم
"Tunjukilah kami jalan yang lurus"
Ini menunjukkan bahwa jalan yang lurus atau jalan kebenaran bisa diketahui dari konsep kebenaran itu sendiri yang diturunkan oleh Allah yang bersumber di dalam Al-Qur'an dan Sunnah.
Sedangkan kata shiroth kedua menyatakan :
صراط الذين أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضالين
"Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai, dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat."
Ini menyebutkan tentang orang-orang yang berada di jalan yang lurus itu.
Maka ini menjadi kaidah,
اِعْرِفِ الْحَقَّ تَعْرِفُ أَهْلَهُ
"Kenalilah kebenaran, maka engkau akan mengenal siapa orang-orang yang berada di atas kebenaran itu".
Jadi, tolak ukurnya konsep kebeneran itu sendiri, bukan orang-orangnya.
Jika ayatnya berbunyi : "tunjukilah jalan orang-orang yang diberi ni'mat" tanpa menyebutkan "tunjukilah jalan yang lurus" tentu ini memberi makna bahwa orang-orangnya yang menjadi tolak ukur kebenaran.
Menyebutkan "tunjukilah jalan yang lurus" tanpa menyebutkan "yaitu jalan orang-orang..." Juga tidak cukup. Karena setelah kita mengenal kebenaran, selanjutnya mesti mengenal siapa orang-orang yang berada di atas kebenaran itu. Agar mereka menjadi teladan bagi kita. Agar kita tahu siapa orang-orang yang bersama kita di surga nanti. Agar kita tidak merasa sendiri saat menghadapi beratnya berada di atas kebenaran. Karena kisah-kisah orang shaleh itu dapat menjadi penguat jiwa.
Seperti yang dikatakan oleh para ulama,
قصص الصالحين جند من جنود الله يثبت بها قلوب عباده
"Kisah-kisah orang-orang shaleh itu adalah salah satu tentara dari tentara-tentara Allah yang denganya Allah menguatkan hati para hamba-Nya"
Sesuai dengan firman Allah subhanahu wa ta'ala :
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ...
"Dan semua yang Kami kisahkan kepadamu dari kisah-kisah para rasul itu, adalah agar dengannya Kami menguatkan hatimu..." (QS. Hud : 120).
Rahasia pengulangan kata shiroth ini merupakan tadabur yang dihasilkan oleh Syekh Muhammad Hasan Ad-Dadaw Asy-Syanqithi hafizhahullah, yang belum disebutkan oleh ulama-ulama sebelumnya, khususnya yang meneliti dalam bidang asrorut tikror seperti Al-Biqa'i, Al-Karmani, dll, seperti diceritakan oleh beliau sendiri. (bisa disimak penjelasan beliau di youtube https://youtu.be/jBrEqdXv048)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar