Seorang ulama besar tabi'in yang telah bertemu dengan 500 sahabat, dan meriwayatkan dari 50an di antara mereka, Amr bin Syarohil bin 'Abd bin Dzi Kibar, Abu 'Amr Al-Hamadani, Asy-Sya'bi, yang dikenal dengan Asy-Sya'bi.
Ketinggian ilmunya tak lagi diragukan. Cukuplah apa yang dikatakan oleh Al-Makhul Asy-Syami yang berkata, "Aku tidak melihat orang yang lebih berilmu dari Asy-Sya'bi". Juga yang dikatakan oleh Abu Hushain dan Abu Mijlaz, "Aku tidak mengetahui orang yang lebih faqih dari Asy-Sya'bi".
Suatu ketika orang-orang penasaran, apa rahasia kesuksesannya dalam mendapatkan ilmu, apa harga yang harus dibayar untuk meraih ketinggian ilmunya. Ditanyakan kepadanya, "Darimana semua ilmu yang engkau raih ini?"
Beliau mengungkapkan rahasianya kepada yang bertanya tersebut, kepada kita dan siapapun yang punya kemauan meraih ketinggian ilmu,
بنفي الإعتماد والسير في البلاد وصبر كصبر الجماد وبكور كبكور الغراب
"Dengan tidak mengandalkan (kepada kemampuan diri), mengembara di berbagai negeri, bersabar seperti sabarnya benda mati, dan tangkas setangkas burung gagak." (Lihat kitab Siyar A'lam An-Nubala karya Adz-Dzahabi).
1. Tidak mengandalkan kemampuan diri
Penyakit orang yang intelektualnya cerdas adalah mengandalkan kemampuan dirinya, merasa bisa bahkan angkuh, sehingga menimbulkan sikap malas dan ceroboh. Dan yang lebih dari itu adalah lalai memohon bantuan kepada Allah SWT.
Pertama kali yang harus disadari, bahwa Allahlah yang memberi kita ilmu. Kuatkanlah energi untuk berdoa kepada Allah. Maksimalkan kesungguhan, jangan merasa puas dengan yang sudah diraih. Banyak orang yang tidak begitu cerdas tetapi bersungguh-sungguh dan berhasil, dan orang yang cerdas tetapi tidak bersungguh-sungguh dan tidak berhasil. Jangan merasa semuanya bisa didapatkan oleh diri sendiri, bantuan-bantuan dari orang lain sangat penting untuk dapat meningkatkan kualitas ilmu.
2. Mengembara di berbagai negeri
Ini adalah kunci keistimewaan dalam meraih ilmu. Ilmu adalah sesuatu yang paling berharga, sehingga mesti dicari dimanapun berada. Inilah yang telah dilakukan oleh ulama besar yang kita kenal. Pada zaman kendaraan dan media tidaklah mudah. Dengan kemudahan kendaraan dan media pada zaman kita ini, sesungguhnya lebih mudah untuk meraih ketinggian ilmu, selama kita diberi kemampuan untuk itu.
3. Bersabar seperti sabarnya benda mati
Inilah perumpamaan yang paling tepat menurut Asy-Sya'bi dalam menggambarkan kesabaran dalam menuntut ilmu. Ilmu adalah harga yang paling tinggi sehingga perlu dibayar dengan kesabaran yang tinggi. Seperti halnya benda mati yang tidak bergeming dengan sengatan panas dan terpaan dingin, meraih ilmu perlu untuk siap untuk duduk dalam waktu yang lama, mendengarkan dengan serius, menerima pembelajaran adab dari sang guru, mengikuti proses yang tidak instan, berlelah-lelah membaca dan menelaah, bertahan dalam menghadapi kerumitan-kerumitan yang tidak sederhana, bahkan seringkali jasad tak pernah merasakan ketentraman karenanya. Seperti halnya imam Muslim yang menyebutkan dalam shahihnya, setelah beliau menemui kerumitan dalam mengurai hadits, beliau berkata,
لا يستطاع العلم براحة الجسم
"Ilmu tidak dapat diraih dengan kenyamanan jasad"
4. Tangkas setangkas burung Gagak
Seperti tangkasnya burung gagak dalam menangkap mangsa, begitulah kita harus tangkas dalam menangkap ilmu. Seperti halnya para sahabat yang duduk di sekitar Rasulullah saw dengan badan yang diam tak bergeming hingga burung-burung pun dapat hinggap di pundak-pundak mereka dengan santai, seperti berada di sekitar pohon yang sigap menantikan buahnya jatuh, begitulah mereka sigap dan tangkas dalam menantikan ilmu yang akan disampailan oleh Rasulullah saw.
Ketinggian derajat kita dalam meraih ilmu harus dibayar dengan sikap yang sigap dan tangkas setiap saat dalam menangkap ilmu. Dengan mulazamah dan mendekat kepada sang guru, hadir paling awal, duduk paling depan, paling semangat, paling dahulu mengerjakan tugas, paling awal dalam meraup ilmu dari sang guru dimana pun dan kapanpun.
Semoga Allah membimbing kita dalam meraih ketinggian ilmu, yang tentunya menentukan ketinggian derajat kita di surga. Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin.
(M. Atim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar